Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya aku telah mengucapkan setelah engkau (beranjak) empat kalimat, tiga kali. Seandainya ditimbang dengan apa yang engkau ucapkan sejak pagi ini, niscaya akan sebanding dengannya: *Subhanallah wa bihamdih, ‘adada khalqih, wa ridha nafsih, wa zinata ‘arsyih, wa midada kalimatih.*”
Allah ﷻ memiliki wajah, yang tidak menyerupai wajah makhluk. Kita meyakininya dan membenarkannya, karena Allah telah memberitakan hal itu dalam Kitab-Nya, dan Rasulullah ﷺ menegaskannya dalam hadits-haditsnya.
﴿وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ﴾
“Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan.” (Surah Ar-Rahman: 27)
Ibnu Jarir dalam tafsirnya menyatakan: “Frasa *Dzul Jalali wal Ikram* adalah sifat bagi wajah, karena itu ia dibaca dalam keadaan marfu‘ (dhammah).”
Sebagian ulama terdahulu menolak penetapan sifat wajah bagi Allah, dengan alasan bahwa sifat *Dzul Jalali wal Ikram* kembali kepada kata “Rabb”, bukan kepada kata “wajah”.
Namun, Imam Ibnu Khuzaymah membantah anggapan ini. Beliau berkata: “Ini adalah klaim orang yang jahil terhadap bahasa Arab. Allah ﷻ berfirman: *Wa yabqa wajhu rabbika dzul jalali wal ikram.* Di sini disebut kata *wajh* dalam keadaan marfu‘, dan kata *rabb* dalam keadaan majrur karena idhafah kepada wajah. Jika benar sifat *Dzul Jalali wal Ikram* itu kembali kepada Rabb, maka seharusnya dibaca *dzi al-jalali wal ikram* dalam keadaan majrur.”
﴿كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ﴾
“Segala sesuatu pasti binasa kecuali wajah-Nya.” (Surah Al-Qashash: 88)