Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Allah ﷻ telah memberitakan bahwa Dia memiliki Diri (nafs), dan Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Allah menegaskan hal itu dalam ayat lain:
﴿قُلْ لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ كَتَبَ عَلَىٰ نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ﴾
“Katakanlah: Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi? Katakanlah: Kepunyaan Allah. Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya.” (Surah Al-An‘am: 12)
Rasulullah ﷺ juga menafsirkan sebagian dari ketetapan ini. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menulis dalam sebuah kitab, dan kitab itu berada di sisi-Nya di atas ‘Arsy: Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku.”
Dalam riwayat lain: “Rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.” (Muttafaq ‘alaih)
Penetapan sifat nafs untuk Allah juga menjadi manhaj para rasul sebelumnya. Inilah perkataan Nabi ‘Isa kepada Allah ﷻ:
﴿تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ﴾
“Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib.” (Surah Al-Ma’idah: 116)
Allah juga berfirman kepada Nabi Musa:
﴿ثُمَّ جِئْتَ عَلَىٰ قَدَرٍ يَا مُوسَىٰ * وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي﴾
“Kemudian engkau datang sesuai ketentuan, wahai Musa. Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.” (Surah Thaha: 40–41)
Allah juga memperingatkan kita terhadap diri-Nya:
﴿وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ﴾
“Allah memperingatkan kamu terhadap diri-Nya. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (Surah Ali ‘Imran: 30)
Allah juga menyebut hamba-hamba-Nya dalam konteks ibadah mereka kepada-Nya. Dalam hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Allah berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di hadapan suatu kelompok, Aku pun mengingatnya di hadapan kelompok yang lebih baik dari mereka.”
Dzikir kepada Allah juga mendatangkan keridhaan Diri Allah ﷻ. Dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu ‘Abbas, dari Juwayriyyah, Nabi ﷺ keluar dari sisinya pada waktu pagi setelah shalat subuh, dan ia masih berada di tempat shalatnya. Nabi kembali setelah waktu dhuha, sementara Juwayriyyah masih duduk di tempat yang sama. Nabi bertanya: “Apakah engkau masih tetap dalam keadaan seperti ketika aku meninggalkanmu tadi?” Ia menjawab: “Ya.”