Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Kita wajib membenarkan hal ini dan tidak mendustakannya, karena Allah ﷻ telah mengabarkan kepada kita. Allah berfirman:
﴿يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ﴾
“Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud, maka mereka tidak kuasa.” (Surah Al-Qalam: 42)
Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim terdapat hadits yang menjelaskan ayat ini. Dari Abu Sa‘id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Rabb kita menyingkapkan betis-Nya, maka semua mukmin laki-laki dan perempuan bersujud kepada-Nya. Adapun orang yang dahulu bersujud di dunia karena riya dan sum‘ah, ia berusaha untuk sujud, namun punggungnya menjadi satu lapisan yang kaku sehingga tidak mampu sujud.”
Perlu diketahui bahwa penetapan sifat betis bagi Allah sama seperti penetapan tangan, pendengaran, penglihatan, dan sifat-sifat lainnya. Riwayat dari Ibnu Abbas yang menafsirkan ‘betis’ dengan makna ‘kesulitan perkara’ bertentangan dengan riwayat sahih dari Ibnu Mas‘ud yang menegaskan bahwa Rabb kita menyingkapkan betis-Nya.
Sangat indah ucapan Imam asy-Syaukani ketika berkata: “Allah ﷻ telah mencukupkan kita dalam menafsirkan ayat ini dengan apa yang shahih dari Rasulullah ﷺ. Hal itu tidak mengharuskan adanya tajsim (penyerupaan dengan jasad) maupun tasybih (penyerupaan dengan makhluk), karena tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.”
Ibnu Jarir ath-Thabari dan Ibnu Katsir juga menukil tafsir Ibnu Abbas sekaligus meriwayatkan hadits-hadits yang menafsirkan ayat ini tanpa menakwilnya dengan makna lain. Hal itu menunjukkan bahwa menurut mereka tidak ada pertentangan antara hadits dan perkataan Ibnu Abbas. Sebab, memang keadaan pada hari kiamat sangatlah dahsyat, dan hal itu tidak menafikan bahwa Allah menyingkapkan betis-Nya.