Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Wahiduddin Khan (1) setelah mengutip paragraf ini dari ucapan Huxley (2) berkata: “Sesungguhnya ucapan semacam ini hanyalah omong kosong yang penuh kegaduhan, dengan segala makna yang terkandung dalam kata itu. Hingga hari ini, seluruh ilmu pengetahuan kita tidak mengetahui adanya suatu kebetulan yang menghasilkan realitas agung dengan ruh yang menakjubkan dalam keindahan alam semesta.”
Ia juga mengutip penolakan seorang ilmuwan lain terhadap perkataan ini. Sang ilmuwan berkata: “Mengatakan bahwa kehidupan terjadi akibat peristiwa kebetulan, sama artinya dengan mengharapkan tersusunnya sebuah kamus besar akibat ledakan acak yang terjadi di sebuah percetakan.”
Wahiduddin Khan menegaskan: “Sesungguhnya ilmu matematika yang memperkenalkan kepada kita konsep kebetulan, justru ilmu yang sama pula yang menafikan segala kemungkinan matematis bahwa alam semesta ini muncul melalui hukum kebetulan.”
Ambillah contoh berikut yang dinukil Wahiduddin Khan dari ilmuwan Amerika, Kristi Morrison, untuk menjelaskan mustahilnya mengatakan bahwa alam semesta ada karena kebetulan:
Ia berkata: “Seandainya engkau mengambil sepuluh keping uang, lalu menulis angka satu sampai sepuluh di atasnya, kemudian memasukkannya ke dalam saku dan mengocoknya dengan baik, lalu mencoba mengeluarkannya satu demi satu sesuai urutan angka dari 1 sampai 10—dengan syarat setiap kali diambil harus dikembalikan lagi ke dalam saku—maka kemungkinan engkau mendapatkan angka satu pada percobaan pertama adalah satu banding sepuluh. Adapun kemungkinan engkau bisa mengeluarkan uang dari angka (1–10) secara berurutan adalah satu banding sepuluh milyar.” (3)
Maka, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk membangun alam semesta jika ia memang muncul karena kebetulan dan peristiwa acak? Perhitungan dengan metode yang sama menjadikan peluang itu khayalan semata—yang sukar dihitung, apalagi untuk dibayangkan.