Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Mereka ini menjadikan sembahan mereka seperti berhala. Karena itu para ulama salaf berkata: "Orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk berarti menyembah berhala." Dengan ucapan mereka ini mereka telah kafir dan keluar dari agama. Di antara mereka adalah Dawud al-Jawaribi dan Hisyam bin al-Hakam ar-Rafidhi. Kedua kelompok ini penyimpangannya saling berlawanan: kaum musyrikin menjadikan makhluk setara dengan Sang Pencipta dan menyamakannya dengan Allah, sementara kaum musyabbihah menjadikan Sang Pencipta setara dengan jasad makhluk, lalu menyerupakan-Nya dengannya. Mahatinggi Allah dan Mahasuci dari kebohongan dan kesesatan mereka.
Ketiga: Penyimpangan kelompok penolak sifat (an-Nufat), mereka terbagi menjadi tiga golongan:
1. Kelompok yang menolak nama-nama Allah beserta makna-makna yang dikandungnya, lalu mereka menyifati Allah dengan ketiadaan murni. Mereka adalah kaum Jahmiyyah. Hakikatnya, penyimpangan mereka adalah bentuk pendustaan kepada Allah sebagaimana pendustaan kaum musyrikin.
2. Kelompok yang menetapkan lafaz nama-nama Allah tanpa sifat kesempurnaan yang dikandungnya. Mereka berkata: "Ar-Rahman, Ar-Rahim tanpa rahmat; Al-Hakim tanpa hikmah; Al-Qadir tanpa kekuasaan; As-Sami’ tanpa pendengaran; dan seterusnya." Mereka adalah kaum Mu’tazilah.
3. Kelompok ketiga adalah yang menetapkan tujuh sifat makna: hidup, ilmu, kekuasaan, kehendak, pendengaran, penglihatan, dan perkataan. Selain itu mereka menolaknya. Mereka adalah kaum Asy’ariyyah.(1)
Orang-orang yang mendustakan nama-nama dan sifat Allah, orang-orang yang menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk, serta orang-orang yang menolak nama dan sifat Allah — kesesatan mereka sudah jelas. Mereka adalah para penentang Allah dan Rasul-Nya, pendusta kitab dan sunnah. Urusan mereka sudah nyata dan tidak butuh penjelasan lebih jauh.
Adapun yang perlu diungkap kepalsuan pendapat mereka adalah ahli kalam. Mereka mengaku bahwa dengan menolak sifat, mereka sedang mensucikan Allah dari penyerupaan dengan makhluk. Dengan alasan itu mereka menolak sifat-sifat Allah yang datang dalam kitab dan sunnah, dengan dalih bahwa sifat-sifat tersebut menimbulkan kesan tasybih (penyerupaan). Lalu mereka melakukan takwil terhadap sifat-sifat tersebut agar keluar dari makna sebenarnya.(2)