Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Al Aqidah fiLlah - Detail Buku
Halaman Ke : 156
Jumlah yang dimuat : 228
« Sebelumnya Halaman 156 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

Penyimpangan dari Manhaj yang Lurus dan Sebab-Sebabnya

Penyimpangan dari manhaj yang lurus dalam memahami Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah terjadi karena mengabaikan salah satu dari tiga landasan yang telah disebutkan sebelumnya. Kita dapat membagi penyimpangan manusia, baik dahulu maupun sekarang, dalam masalah nama dan sifat Allah ke dalam tiga kelompok:

Pertama: Penyimpangan Kaum Musyrikin

Penyimpangan kaum musyrikin telah disebutkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Jurayj, dan Mujahid. Kaum musyrikin menyimpangkan nama-nama Allah dari makna yang benar, lalu menamakan berhala-berhala mereka dengan nama-nama itu. Mereka menambah dan mengurangi, lalu menurunkan nama al-Lat dari “Allah”, al-‘Uzza dari “al-‘Aziz”, dan Manat dari “al-Mannan”.

Termasuk dalam bentuk ilhad mereka adalah pendustaan terhadap sebagian nama Allah, seperti pengingkaran mereka terhadap nama ar-Rahman. Allah berfirman:

﴿وهم يكفرون بالرحمن﴾
(الرعد: ٣٠)

“Dan mereka kafir kepada (nama) Ar-Rahman.” (Surah Ar-Ra’d: 30)

﴿وإذا قيل لهم اسجدوا للرحمن قالوا وما الرحمن﴾
(الفرقان: ٦٠)

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Sujudlah kepada Ar-Rahman,’ mereka berkata: ‘Siapakah Ar-Rahman itu?’” (Surah Al-Furqan: 60)

Termasuk pula ke dalam golongan ini adalah mereka yang menyifati Allah dengan sifat-sifat kekurangan. Seperti ucapan busuk orang-orang Yahudi:

﴿إن الله فقير ونحن أغنياء﴾
(آل عمران: ١٨١)

“Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya.” (Surah Ali ‘Imran: 181)

﴿يد الله مغلولة غلت أيديهم ولعنوا بما قالوا﴾
(المائدة: ٦٤)

“Tangan Allah terbelenggu. Tangan merekalah yang dibelenggu dan mereka dilaknat disebabkan ucapan mereka itu.” (Surah Al-Maidah: 64)

Kedua: Penyimpangan Kaum Musyabbihah (Penyama)

Mereka adalah orang-orang yang menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang Allah tetapkan bagi diri-Nya, tetapi mereka tidak menyucikan Allah dari penyerupaan dengan makhluk. Mereka hanya memperhatikan bagian akhir dari ayat:

﴿وهو السميع البصير﴾
(الشورى: ١١)

“Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Surah Asy-Syura: 11)

Namun mereka melalaikan bagian awal ayat yang menegaskan:

﴿ليس كمثله شيء﴾
(الشورى: ١١)

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” (Surah Asy-Syura: 11)

Seandainya mereka memperhatikan bagian awal ayat itu, tentu mereka tahu bahwa Allah tidak menyerupai makhluk. Mereka tidak akan berani melontarkan perkataan yang sangat mengerikan dan membuat hati gentar: bahwa Allah memiliki tangan, penglihatan, dan pendengaran seperti tangan, penglihatan, dan pendengaran kita. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang agung.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 156 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi