Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Tauhid tidak akan terwujud kecuali dengan dua hal:
Menyaksikan dan meyakini keesaan Allah dalam Dzat dan sifat-sifat-Nya.
Menghadap dan mengarahkan seluruh maksud serta kehendak hanya kepada-Nya dalam semua bentuk ibadah, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Adapun ibadah adalah istilah yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, lahir maupun batin. Contoh yang lahir seperti mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat, dan puasa. Sedangkan yang batin seperti iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, serta rasa takut, harapan, dan cinta kepada-Nya.
Ibadah yang sejati adalah ibadah yang pelakunya senantiasa berada di antara cinta kepada Allah, rasa takut kepada-Nya, kerendahan diri di hadapan-Nya, serta harapan dan keinginan terhadap rahmat-Nya.
Seorang yang beribadah tanpa didasari rasa cinta, takut, dan harap, hanyalah melakukan gerakan kosong tanpa makna dan tanpa pengaruh dalam kehidupannya.
Sedangkan orang yang mengaku beribadah hanya dengan cinta, tanpa rasa takut, harap, dan kerendahan diri, seringkali terjerumus dalam dosa dan maksiat. Ia mengaku mencintai Allah, tetapi meninggalkan amal ketaatan dan berani bermaksiat. Dahulu, pernah ada kaum yang mengklaim mencintai Allah tanpa disertai amal. Maka Allah menguji klaim mereka dengan firman-Nya:
﴿قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ﴾
“Katakanlah: Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.” (Surah Ali ‘Imran: 31)
Maka barang siapa mengaku mencintai Allah, tetapi tidak mengikuti Rasul-Nya, berarti ia pendusta dalam pengakuannya.