Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Al Aqidah fiLlah - Detail Buku
Halaman Ke : 202
Jumlah yang dimuat : 228
« Sebelumnya Halaman 202 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text

ويرى أن الحقيقة الإلهية لم تتجل للناس مرة واحدة، يقول: " فالرجوع إلى أصول الأديان في عصور الجاهلية الأولى لا يدلّ على بطلان التدين، ولا على أنها تبحث عن محال، كل ما يدلّ عليه أنّ الحقيقة الكبرى أكبر من أن تتجلى للناس كاملة في عصر واحد ".

ثم أخذ يستعرض آراء الباحثين في تاريخ العقيدة، فمنهم من يرى أنّ السبب في نشأة العقيدة هو ضعف الإنسان بين مظاهر الكون وأعدائه من قوى الطبيعة والأحياء، ... وبعضهم يرى أن العقيدة الدينية حالة مرضية في الآحاد والجماعات، ويرى بعضهم أن أصل العقيدة الدينية عبادة ((الطوطم)) ، كأن تتخذ بعض القبائل حيواناً (طوطمياً) تزعمه أباً لها. وقد يكون شجراً أو حجراً يقدسونه، إلى آخر تلك الفروض التي قامت في أذهان الباحثين الغربيين.

ومع الأسف فقد سرت هذه النظرية (١) إلى كثير من الكتّاب، واعتنقها جملة من الدارسين (٢) ، والذي أوقع هؤلاء في هذا الخطأ أمور:

الأول: أنهم قدّروا أن الإنسان الأول خُلق خلقاً ناقصاً، غير مؤهل لأن يتلقى الحقائق العظمى كاملة، بل إن تصوراتهم عن الإنسان الأول تجعله أقرب إلى الحيوان منه إلى الإنسان.

الثاني: أنهم ظنوا أن الإنسان اهتدى إلى العقيدة بنفسه بدون معلم يعلمه، ومرشد يوضح له. فما دام الأمر كذلك فلا بد أن يترقى في معرفته بالله كما ترقى في العلوم والصناعات.

الثالث: أنهم عندما بحثوا في الأديان ليتبينوا تاريخها لم يجدوا أمامهم إلا تلك الأديان المحرفة أو الضالة، فجعلوها ميدان بحثهم، فأخضعوها للدراسة والتمحيص، وأنى لهم أن يعرفوا الحقيقة من تلك الأديان التي تمثل انحراف الإنسان في فهم العقيدة.


(١) ممن جنح إلى القول بهذه النظرية مصطفى محمود في كتابه (الله) .
(٢) لست أدري أي عقيدة هذه التي تطورت، أهي العقيدة اليهودية المحرفة، أم النصرانية المبدلة، أم عقيدة الفلاسفة ... إن هذه العقائد لا تمثل إلا انحرافات عقائدية، ولا تمثل العقيدة السليمة.

Bahasa Indonesia Translation

Menurut pandangannya, hakikat ketuhanan tidak pernah terungkap kepada manusia sekaligus dalam satu waktu. Ia berkata: “Kembali kepada asal-usul agama pada masa jahiliah awal tidak menunjukkan kebatilan agama, dan tidak pula berarti bahwa agama itu mencari sesuatu yang mustahil. Semua itu hanya menunjukkan bahwa hakikat besar terlalu agung untuk terungkap kepada manusia secara sempurna dalam satu zaman saja.”

Setelah itu ia meninjau berbagai pendapat para peneliti tentang sejarah akidah. Ada yang berpendapat bahwa sebab munculnya akidah adalah kelemahan manusia di hadapan gejala alam dan musuh-musuhnya dari kekuatan kosmos dan makhluk hidup. Ada pula yang beranggapan bahwa akidah agama hanyalah penyakit psikologis pada individu dan kelompok. Sebagian yang lain menyatakan bahwa asal-usul akidah adalah penyembahan “totem”, misalnya sebuah kabilah menganggap seekor hewan tertentu sebagai leluhur mereka, atau berupa pohon maupun batu yang mereka sucikan. Demikianlah serangkaian teori yang muncul dalam benak para peneliti Barat.

Sayangnya, teori ini juga menyebar ke banyak penulis dan dianut oleh sejumlah pelajar. Kesalahan ini bersumber dari beberapa hal:

  1. Mereka beranggapan bahwa manusia pertama diciptakan dalam keadaan tidak sempurna, tidak layak untuk menerima kebenaran yang agung secara lengkap. Dalam bayangan mereka, manusia pertama lebih dekat sifatnya kepada hewan daripada manusia.

  2. Mereka menyangka bahwa manusia menemukan akidah dengan usahanya sendiri, tanpa adanya pengajar dan penuntun yang membimbing. Jika demikian, maka menurut mereka manusia pasti berkembang dalam pengetahuannya tentang Allah sebagaimana ia berkembang dalam ilmu dan keterampilan.

  3. Ketika mereka meneliti agama-agama untuk mengetahui sejarahnya, mereka tidak mendapati kecuali agama-agama yang telah rusak atau menyimpang. Itulah yang mereka jadikan bahan kajian dan penelitian. Maka bagaimana mungkin mereka bisa mengetahui kebenaran dari agama-agama yang justru mewakili penyimpangan manusia dalam memahami akidah?


  1. Di antara yang condong kepada teori ini adalah Mustafa Mahmud dalam bukunya Allah.
  2. Pertanyaannya: akidah manakah yang mereka klaim mengalami perkembangan? Apakah akidah Yahudi yang telah diselewengkan, atau akidah Nasrani yang telah diubah, ataukah filsafat? Semua itu tidak lain hanyalah penyimpangan akidah, bukan akidah yang lurus dan benar.

Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 202 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi