Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Menurut pandangannya, hakikat ketuhanan tidak pernah terungkap kepada manusia sekaligus dalam satu waktu. Ia berkata: “Kembali kepada asal-usul agama pada masa jahiliah awal tidak menunjukkan kebatilan agama, dan tidak pula berarti bahwa agama itu mencari sesuatu yang mustahil. Semua itu hanya menunjukkan bahwa hakikat besar terlalu agung untuk terungkap kepada manusia secara sempurna dalam satu zaman saja.”
Setelah itu ia meninjau berbagai pendapat para peneliti tentang sejarah akidah. Ada yang berpendapat bahwa sebab munculnya akidah adalah kelemahan manusia di hadapan gejala alam dan musuh-musuhnya dari kekuatan kosmos dan makhluk hidup. Ada pula yang beranggapan bahwa akidah agama hanyalah penyakit psikologis pada individu dan kelompok. Sebagian yang lain menyatakan bahwa asal-usul akidah adalah penyembahan “totem”, misalnya sebuah kabilah menganggap seekor hewan tertentu sebagai leluhur mereka, atau berupa pohon maupun batu yang mereka sucikan. Demikianlah serangkaian teori yang muncul dalam benak para peneliti Barat.
Sayangnya, teori ini juga menyebar ke banyak penulis dan dianut oleh sejumlah pelajar. Kesalahan ini bersumber dari beberapa hal:
Mereka beranggapan bahwa manusia pertama diciptakan dalam keadaan tidak sempurna, tidak layak untuk menerima kebenaran yang agung secara lengkap. Dalam bayangan mereka, manusia pertama lebih dekat sifatnya kepada hewan daripada manusia.
Mereka menyangka bahwa manusia menemukan akidah dengan usahanya sendiri, tanpa adanya pengajar dan penuntun yang membimbing. Jika demikian, maka menurut mereka manusia pasti berkembang dalam pengetahuannya tentang Allah sebagaimana ia berkembang dalam ilmu dan keterampilan.
Ketika mereka meneliti agama-agama untuk mengetahui sejarahnya, mereka tidak mendapati kecuali agama-agama yang telah rusak atau menyimpang. Itulah yang mereka jadikan bahan kajian dan penelitian. Maka bagaimana mungkin mereka bisa mengetahui kebenaran dari agama-agama yang justru mewakili penyimpangan manusia dalam memahami akidah?