Kemudian beliau menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Ia berkata: “Hal ini terjadi karena suatu hikmah yang agung dan tujuan yang besar. Sel laki-laki (sperma) harus bergabung dengan sel perempuan (ovum) untuk membentuk sel pertama tubuh janin, yang kita sebut sebagai ‘sel zigot’. Dalam proses ini, dua puluh tiga kromosom yang ada pada sel laki-laki bersatu dengan dua puluh tiga kromosom yang ada pada sel perempuan, sehingga jumlah kromosom pada sel baru kembali ke jumlah asalnya, yaitu empat puluh enam kromosom.”

“Sel zigot yang kini mengandung empat puluh enam kromosom tersebut lalu melanjutkan proses pembelahannya, menjadi dua sel, kemudian empat, lalu delapan, dan seterusnya, hingga terbentuk janin yang keluar dari rahim ibunya. Proses pertumbuhan ini berlanjut melalui pembelahan sel sampai ia menjadi manusia dewasa yang sempurna, dengan setiap sel dalam tubuhnya mengandung empat puluh enam kromosom, sebagaimana halnya sel-sel tubuh ayah, ibu, kakek, nenek, dan seluruh umat manusia.”

“Pengurangan jumlah kromosom menjadi separuh ketika terbentuknya sel reproduksi, agar ketika bergabung jumlah kromosom kembali pada asalnya, tidak mungkin terjadi secara kebetulan buta. Hal itu pasti merupakan hasil dari perencanaan yang sangat teliti oleh suatu kekuatan tertinggi yang mengetahui apa yang diperbuat-Nya. Dan pada saat yang sama, mekanisme ini tidak bisa tunduk pada percobaan dan kemungkinan kesalahan. Sebab, jika terjadi kesalahan sekali saja pada awal penciptaan, maka makhluk hidup sudah akan musnah sebelum sempat membentuk generasi kedua. Artinya, tatanan ini pasti telah ditetapkan sejak terciptanya janin pertama di alam semesta. Bukankah hal ini saja sudah cukup menjadi bukti adanya kekuatan yang Maha Mengatur, Maha Menentukan, lagi Maha Bijaksana?”