Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Al Aqidah fiLlah - Detail Buku
Halaman Ke : 71
Jumlah yang dimuat : 228
« Sebelumnya Halaman 71 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text

وهدايته على قدر التعليم والتوطين، والحمام موصوف باليُمْن والإلف للناس، ويحب الناس ويحبونه، ويألف المكان ويثبت على العهد والوفاء لصاحبه، وإن أساء إليه، ويعود إليه من مسافات بعيدة، وربما صد فترك وطنه عشر حجج، وهو ثابت على الوفاء، حتى إذا وجد فرصة واستطاعة عاد إليه.

والحمام إذا أراد السفاد يلطف للأنثى غاية اللطف، وإذا علم الذكر أنه أودع رحم الأنثى ما يكون منه الولد يقوم هو والأنثى بطلب القصب والحشيش وصغار العيدان، فيعملان منه أفحوصة، وينسجانها نسجاً متداخلاً في الوضع الذي يكون بقدر حيمان الحمامة، ويجعلان حروفها شاخصة مرتفعة، لئلا يتدحرج عنها البيض، ويكون حصناً للحاضن، ثم يتعاودان ذلك المكان، ويتعاقبان الأفحوص يسخنانه، ويطيبانه وينفيان طباعه الأول، ويحدثان فيه طبعاً آخر مشتقاً ومستخرجاً من طباع أبدانهما ورائحتهما، لكي تقع البيضة إذا وقعت في مكان هو أشبه المواضع بأرحام الحمام، ويكون على مقدار من الحر والبرد والرخاوة والصلابة.

ثم إذا ضربها المخاض بادرت إلى ذلك المكان، ووضعت فيه البيض، فإن أفزعها رعد قاصف رمت بالبيضة دون ذلك المكان الذي هيأته كالمرأة التي تُسقط من الفزع.

فإذا وضعت البيض في ذلك المكان لم يزالا يتعاقبان الحضن، حتى إذا بلغ الحضن مداه وانتهت أيامه انصدع عن الفراخ، فأعاناه على خروجه، فيبدآن أولاً بفتح الريح في حلقه حتى تتسع حوصلته، علماً بأن الحوصلة تضيق عن الغذاء، فتتسع الحوصلة بعد التحامها، وتنفتق بعد ارتتاقها.

ثم يعلمان أن الحوصلة وإن كانت قد اتسعت شيئاً فإنها في أول الأمر لا تحتمل الغذاء، فيزقانه بلعابهما المختلط بالغذاء، وفيه قوى الطعم.

ثم يعلمان أن طبع الحوصلة تضعف عن استمرار الغذاء، وأنها تحتاج إلى دفع وتقوية، لتكون لها بعض المتانة، فيلقطان من الغيطان الحب اللين الرخو، ويزقانه الفرخ، ثم يزقانه بعد ذلك الحب الذي هو أقوى وأشد.

Bahasa Indonesia Translation

Petunjuk yang Allah berikan kepada merpati sesuai dengan kadar pelatihan dan pembiasaan. Merpati dikenal dengan sifat keberuntungan dan kedekatannya dengan manusia. Ia mencintai manusia dan manusia pun mencintainya. Ia terbiasa dengan tempat tinggalnya, setia pada janji, dan tetap loyal kepada pemiliknya meskipun diperlakukan buruk. Ia mampu kembali ke tempat asalnya dari jarak yang jauh, bahkan terkadang sampai sepuluh tahun ia terhalang untuk pulang, namun tetap menyimpan kesetiaan hingga bila kesempatan datang, ia kembali lagi.

Ketika merpati hendak kawin, pejantan memperlakukan betina dengan kelembutan yang luar biasa. Jika pejantan mengetahui bahwa ia telah menitipkan benih di rahim betina sehingga akan lahir keturunan darinya, maka ia bersama betina mencari batang-batang kecil, rumput, dan ranting untuk membuat sarang. Mereka menyusunnya dengan anyaman yang saling bertautan, disesuaikan dengan ukuran tubuh merpati. Mereka membuat bagian tepi sarang menonjol ke atas agar telur tidak mudah terguling, sehingga sarang itu menjadi benteng yang aman bagi telur yang dierami.

Keduanya kemudian bergantian kembali ke sarang itu, memanaskannya dengan tubuh mereka, menyesuaikan baunya, dan mengubahnya dengan aroma tubuh mereka, sehingga ketika telur diletakkan di sana, tempat itu seakan menjadi pengganti rahim burung. Suhunya pun sesuai, tidak terlalu panas atau dingin, serta memiliki kelembutan dan kekerasan yang seimbang.

Jika betina hendak bertelur, ia segera menuju sarang itu untuk meletakkan telurnya. Namun jika tiba-tiba ia terkejut karena suara petir yang keras, ia bisa saja menjatuhkan telurnya di luar sarang, sebagaimana seorang wanita yang mengalami keguguran karena rasa takut yang besar.

Setelah telur diletakkan di dalam sarang, keduanya bergantian mengeraminya hingga masa pengeraman selesai dan menetaslah anak-anak burung. Mereka membantu anak-anak itu keluar dari cangkang, lalu pertama-tama membuka saluran pernapasan di tenggorokannya agar temboloknya dapat melebar. Sebab pada awalnya tembolok itu masih sempit, dan harus melebar setelah menyatu, lalu terbuka setelah sebelumnya tertutup rapat.

Mereka juga mengetahui bahwa tembolok yang baru terbuka itu meski telah meluas, belum mampu menerima makanan dalam jumlah banyak. Karena itu, mereka menyuapi anak-anak burung itu dengan ludah mereka yang bercampur dengan makanan yang lembut, sehingga mudah ditelan dan penuh gizi.

Setelah itu, mereka mengetahui bahwa sifat tembolok yang baru berkembang itu lemah untuk menerima makanan terus-menerus, sehingga perlu dilatih dan diperkuat agar lebih kokoh. Maka mereka memungut biji-bijian yang lembut dari ladang, lalu menyuapkannya kepada anak-anak burung. Setelah anak-anak itu mulai kuat, mereka memberinya biji-bijian yang lebih keras dan lebih berat, sehingga temboloknya semakin terlatih dan terbiasa menerima makanan yang lebih kuat.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 71 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi