Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
فقال ذلك العالم: يا سبحان الله، إذا لم يجز في العقل سفينة تجري في البحر مستوية من غير متعهد ولا مجر، فكيف يجوز قيام هذه الدّنيا على اختلاف أحوالها، وتغيّر أعمالها، وسعة أطرافها، وتباين أكنافها من غير صانع ولا حافظ؟! فبكوا جميعاً، وقالوا: صدقت وتابوا.
هذا القانون الذي سلمت به العقول وانقادت له هو الذي تشير إليه الآية الكريمة: (أم خلقوا من غير شيء أم هم الخالقون) الطور: ٣٥ وهو دليل يُرغم العقلاء على التسليم بأنّ هناك خالقاً معبوداً، إلا أن الآية صاغته صياغة بليغة مؤثرة، فلا تكاد الآية تلامس السمع حتى تزلزل النفس وتهزها.
روى البخاري في صحيحه عن جبير بن مطعم قال: " سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرأ في المغرب بالطور، فلما بلغ هذه الآية (أم خلقوا من غير شيءٍ أم هم الخالقون - أم خلقوا السماوات والأرض بل لا يوقنون - أم عندهم خزائِن ربك أم هم المصيطرون) الطور: ٣٥-٣٧ كاد قلبي أن يطير ". (١)
قال البيهقي (٢) : قال أبو سليمان الخطابي: " إنما كان انزعاجه عند سماع هذه الآية لحسن تلقيه معنى الآية، ومعرفته بما تضمنته من بليغ الحجة، فاستدركها بلطيف طبعه، واستشف معناها بزكي فهمه ... ".
واختار الخطابي في معنى (أم خلقوا من غير شيء) الطور: ٣٥ " فوجدوا بلا خالق، وذلك ما لا يجوز أن يكون، لأنّ تعلق الخلق بالخالق من ضرورة الأمر، فلا بدّ له من خالق، فإذ قد أنكروا الإله الخالق، ولم يجز أن يوجدوا بلا خالق خلقهم، أفهم الخالقون لأنفسهم؟ وذلك في الفساد أكثر، وفي الباطل أشد، لأنّ ما لا وجود له كيف يجوز أن يكون موصوفاً بالقدرة، وكيف يخلق؟ وكيف يتأتى منه الفعل، وإذا بطل الوجهان معاً قامت الحجة عليهم بأن لهم خالقاً، فليؤمنوا به.
(١) صحيح البخاري: ٨/٦٠٣، ورقمه: ٤٨٥٤.
(٢) الأسماء والصفات للبيهقي: ١/٣٩١.
Maka berkatalah seorang ulama itu: “Subhanallah! Jika akal sehat tidak menerima bahwa sebuah kapal bisa berlayar di lautan dengan rapi tanpa ada pengurus dan pengemudinya, maka bagaimana mungkin dunia ini dengan segala perubahan keadaannya, bergantinya peristiwanya, luasnya penjuru-penjurunya, dan berbedanya bagian-bagiannya bisa tegak tanpa ada Pencipta dan Pemelihara?” Lalu mereka semua menangis seraya berkata: “Engkau benar.” Maka mereka pun bertaubat.
Inilah hukum akal yang disepakati oleh pikiran manusia dan tunduk kepadanya, yang ditunjukkan oleh ayat mulia:
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Surah Ath-Thur: 35)
Ayat ini menjadi bukti yang memaksa orang-orang berakal untuk mengakui bahwa pasti ada Pencipta yang berhak disembah. Hanya saja ayat ini disusun dengan ungkapan yang sangat indah dan mengguncang jiwa. Tidaklah ayat ini didengar, melainkan segera menggoncangkan perasaan dan menggetarkan hati.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari Jubair bin Muth’im, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam membaca Surah Ath-Thur dalam shalat Maghrib. Ketika sampai pada ayat ini: (أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ – أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَل لَا يُوقِنُونَ – أَمْ عِندَهُمْ خَزَائِنُ رَبِّكَ أَمْ هُمُ الْمُصَيْطِرُونَ) (Surah Ath-Thur: 35–37), hampir saja hatiku terbang.” (1)
Al-Baihaqi meriwayatkan (2) bahwa Abu Sulaiman al-Khaththabi berkata: “Sesungguhnya kegoncangan hatinya ketika mendengar ayat ini disebabkan karena ketajaman penerimaannya terhadap makna ayat, serta pengetahuannya terhadap kandungan hujjah yang sangat kuat di dalamnya. Dengan kejernihan tabiatnya ia segera menyadarinya, dan dengan kecerdasan pemahamannya ia menyingkap maknanya ….”
Al-Khaththabi memilih pendapat tentang makna firman Allah (أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ) (Surah Ath-Thur: 35): “Apakah mereka ada tanpa ada Pencipta? Itu adalah sesuatu yang mustahil, karena adanya makhluk pasti terkait dengan adanya Pencipta, maka mau tidak mau harus ada Pencipta. Jika mereka mengingkari adanya Tuhan yang menciptakan, dan tidak mungkin mereka ada tanpa ada yang menciptakan, apakah berarti mereka menciptakan diri mereka sendiri? Itu lebih rusak dan lebih batil lagi. Sebab sesuatu yang tidak ada, bagaimana mungkin disifati dengan kemampuan? Bagaimana bisa mencipta? Bagaimana bisa melakukan perbuatan? Maka ketika kedua kemungkinan ini sama-sama batal, tegaklah hujjah atas mereka bahwa mereka memiliki Pencipta. Maka hendaknya mereka beriman kepada-Nya.”