Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
sana dikatakan bahwa orang banyak yang menonton telah dipertakut-takuti oleh penipuan ahli-ahli sihir itu, yang hebat sungguhnya, sehingga tongkat-tongkat dan tali-tali menyerupai ular. Dengan membaca ayat 116 surat al-A’raf ini mengertilah kita bahwa bukanlah Musa takut kepada tongkat-tongkat dan tali-tali tukang sihir yang telah disulap itu, melainkan takut orang banyak yang bodoh-bodoh, terutama Bani Israil yang beliau pimpin akan tergoncang imannya kalau tidak lekas-lekas Tuhan Allah menunjukkan kekuasaanNya dengan mu’jizat.
Ada lagi beberapa contoh yang lain, menunjukkan bahwa suatu ayat hendaklah ditafsirkan dengan ayat yang lain. Di sinilah terasa betapa pentingnya selalu membaca al-Quran, sepadat-dapatnya hafal al-Quran sehingga tahu memasangkan di antara satu ayat dengan ayat yang lain, ayat yang kurang jelas, akan dijelaskan oleh ayat yang lain. Ayat yang mujmal (secara umum) dimufashalkan (diperincikan) oleh ayat yang lain pula.
Kalau tidak dapat lagi ayat ditafsirkan dengan ayat, barulah beliau pindah kepada Sunnah Nabi. Sebab Nabi sendiripun pernah mengatakan:
“Ketahuilah olehmu, sesungguhnya aku telah diberi ilmu al-Kitab, dan seumpamanya itu pula sertanya!”
Artinya bahwa Nabi Muhammad s.a.w. telah diberi Tuhan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan al-Kitab, yaitu al-Quran, dan bersama dengan ilmu al-Quran itu diturunkan Tuhan pula tafsirnya dengan Sunnah beliau.
Kalau sabda Nabi tidak pula berjumpa tentang mengenai itu, beliaupun tiliklah kata sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. Sebab riwayat-riwayat dari sahabat-sahabat itu diterimanya dan disaksikannya dari Nabi. Ibnu Mas’ud pernah mengatakan: “Demi Allah! Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Tidaklah diturunkan suatu ayatpun daripada Kitab Allah, melainkan sayalah yang tahu kepada siapa dia diturunkan dan dimana dia diturunkan. Dan kalau aku mengetahui ada seseorang yang lebih tahu daripada aku tentang Kitab Allah, betapapun jauh tempat kediamannya, asal masih dapat dicapai dengan kenderaan, niscaya kudatangi dia.”
Dan Nabi s.a.w. pun pernah mendoakan agar Abdullah bin Abbas diberi petunjuk oleh Tuhan: “Ya Allah, berilah kiranya dia faham yang dalam tentang agama dan berilah dia pengetahuan tentang ta’wil.”
Arti ta’wil hampir sama dengan tafsir.
Kalau belum — Ibnu Taimiyah — tidak mendapat lagi bahan tafsir dari kata-kata sahabat Rasulullah, beliaupun pindah kepada pendapat Tabi’in. Tetapi di sini beliaa lakukan saringan lebih keras. Yaitu ambil pendapat mana yang ijma’ di antara mereka. Kalau ada satu pendapat yang menjadi perselisihan, beliau pilihlah pendapat yang lebih dekat kepada bahasa al-Quran (loghat) dan pengetahuan tentang Sunnah (Ilmu Sunnah).
Dengan pengertian dan cara demikian beliau memperkuat keyakinan bahwa tidak ada satu ayatpun daripada yang kurang 6,236 itu yang tidak dapat ditafsirkan, asal orang dalam keadaan tenang, dengan membaca, menghafal dan mendalami al-Quran serta menghubungkan satu dengan yang lain, dapatlah diambil pengertiannya dengan pendapat sendiri.
id) oleh admin pada 24 September 2025 - 04:10:25.sana dikatakan bahwa orang banyak yang menonton telah dipertakut-takuti oleh penipuan ahli-ahli sihir itu, yang hebat sungguhnya, sehingga tongkat-tongkat dan tali-tali menyerupai ular. Dengan membaca ayat 116 surat al-A’raf ini mengertilah kita bahwa bukanlah Musa takut kepada tongkat-tongkat dan tali-tali tukang sihir yang telah disulap itu, melainkan takut orang banyak yang bodoh-bodoh, terutama Bani Israil yang beliau pimpin akan tergoncang imannya kalau tidak lekas-lekas Tuhan Allah menunjukkan kekuasaanNya dengan mu’jizat.
Ada lagi beberapa contoh yang lain, menunjukkan bahwa suatu ayat hendaklah ditafsirkan dengan ayat yang lain. Di sinilah terasa betapa pentingnya selalu membaca al-Quran, sepadat-dapatnya hafal al-Quran sehingga tahu memasangkan di antara satu ayat dengan ayat yang lain, ayat yang kurang jelas, akan dijelaskan oleh ayat yang lain. Ayat yang mujmal (secara umum) dimufashalkan (diperincikan) oleh ayat yang lain pula.
Kalau tidak dapat lagi ayat ditafsirkan dengan ayat, barulah beliau pindah kepada Sunnah Nabi. Sebab Nabi sendiripun pernah mengatakan:
“Ketahuilah olehmu, sesungguhnya aku telah diberi ilmu al-Kitab, dan seumpamanya itu pula sertanya!”
Artinya bahwa Nabi Muhammad s.a.w. telah diberi Tuhan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan al-Kitab, yaitu al-Quran, dan bersama dengan ilmu al-Quran itu diturunkan Tuhan pula tafsirnya dengan Sunnah beliau.
Kalau sabda Nabi tidak pula berjumpa tentang mengenai itu, beliaupun tiliklah kata sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. Sebab riwayat-riwayat dari sahabat-sahabat itu diterimanya dan disaksikannya dari Nabi. Ibnu Mas’ud pernah mengatakan: “Demi Allah! Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Tidaklah diturunkan suatu ayatpun daripada Kitab Allah, melainkan sayalah yang tahu kepada siapa dia diturunkan dan dimana dia diturunkan. Dan kalau aku mengetahui ada seseorang yang lebih tahu daripada aku tentang Kitab Allah, betapapun jauh tempat kediamannya, asal masih dapat dicapai dengan kenderaan, niscaya kudatangi dia.”
Dan Nabi s.a.w. pun pernah mendoakan agar Abdullah bin Abbas diberi petunjuk oleh Tuhan: “Ya Allah, berilah kiranya dia faham yang dalam tentang agama dan berilah dia pengetahuan tentang ta’wil.”
Arti ta’wil hampir sama dengan tafsir.
Kalau belum — Ibnu Taimiyah — tidak mendapat lagi bahan tafsir dari kata-kata sahabat Rasulullah, beliaupun pindah kepada pendapat Tabi’in. Tetapi di sini beliaa lakukan saringan lebih keras. Yaitu ambil pendapat mana yang ijma’ di antara mereka. Kalau ada satu pendapat yang menjadi perselisihan, beliau pilihlah pendapat yang lebih dekat kepada bahasa al-Quran (loghat) dan pengetahuan tentang Sunnah (Ilmu Sunnah).
Dengan pengertian dan cara demikian beliau memperkuat keyakinan bahwa tidak ada satu ayatpun daripada yang kurang 6,236 itu yang tidak dapat ditafsirkan, asal orang dalam keadaan tenang, dengan membaca, menghafal dan mendalami al-Quran serta menghubungkan satu dengan yang lain, dapatlah diambil pengertiannya dengan pendapat sendiri.
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #33 | 24 Sep 2025, 04:10:25 | id | admin | Tervalidasi | — |
sana dikatakan bahwa orang banyak yang menonton telah dipertakut-takuti oleh penipuan ahli-ahli sihir itu, yang hebat sungguhnya, sehingga tongkat-tongkat dan tali-tali menyerupai ular. Dengan membaca ayat 116 surat al-A’raf ini mengertilah kita bahwa bukanlah Musa takut kepada tongkat-tongkat dan tali-tali tukang sihir yang telah disulap itu, melainkan takut orang banyak yang bodoh-bodoh, terutama Bani Israil yang beliau pimpin akan tergoncang imannya kalau tidak lekas-lekas Tuhan Allah menunjukkan kekuasaanNya dengan mu’jizat. Ada lagi beberapa contoh yang lain, menunjukkan bahwa suatu ayat hendaklah ditafsirkan dengan ayat yang lain. Di sinilah terasa betapa pentingnya selalu membaca al-Quran, sepadat-dapatnya hafal al-Quran sehingga tahu memasangkan di antara satu ayat dengan ayat yang lain, ayat yang kurang jelas, akan dijelaskan oleh ayat yang lain. Ayat yang mujmal (secara umum) dimufashalkan (diperincikan) oleh ayat yang lain pula. Kalau tidak dapat lagi ayat ditafsirkan dengan ayat, barulah beliau pindah kepada Sunnah Nabi. Sebab Nabi sendiripun pernah mengatakan: “Ketahuilah olehmu, sesungguhnya aku telah diberi ilmu al-Kitab, dan seumpamanya itu pula sertanya!” Artinya bahwa Nabi Muhammad s.a.w. telah diberi Tuhan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan al-Kitab, yaitu al-Quran, dan bersama dengan ilmu al-Quran itu diturunkan Tuhan pula tafsirnya dengan Sunnah beliau. Kalau sabda Nabi tidak pula berjumpa tentang mengenai itu, beliaupun tiliklah kata sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. Sebab riwayat-riwayat dari sahabat-sahabat itu diterimanya dan disaksikannya dari Nabi. Ibnu Mas’ud pernah mengatakan: “Demi Allah! Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Tidaklah diturunkan suatu ayatpun daripada Kitab Allah, melainkan sayalah yang tahu kepada siapa dia diturunkan dan dimana dia diturunkan. Dan kalau aku mengetahui ada seseorang yang lebih tahu daripada aku tentang Kitab Allah, betapapun jauh tempat kediamannya, asal masih dapat dicapai dengan kenderaan, niscaya kudatangi dia.” Dan Nabi s.a.w. pun pernah mendoakan agar Abdullah bin Abbas diberi petunjuk oleh Tuhan: “Ya Allah, berilah kiranya dia faham yang dalam tentang agama dan berilah dia pengetahuan tentang ta’wil.” Arti ta’wil hampir sama dengan tafsir. Kalau belum — Ibnu Taimiyah — tidak mendapat lagi bahan tafsir dari kata-kata sahabat Rasulullah, beliaupun pindah kepada pendapat Tabi’in. Tetapi di sini beliaa lakukan saringan lebih keras. Yaitu ambil pendapat mana yang ijma’ di antara mereka. Kalau ada satu pendapat yang menjadi perselisihan, beliau pilihlah pendapat yang lebih dekat kepada bahasa al-Quran (loghat) dan pengetahuan tentang Sunnah (Ilmu Sunnah). Dengan pengertian dan cara demikian beliau memperkuat keyakinan bahwa tidak ada satu ayatpun daripada yang kurang 6,236 itu yang tidak dapat ditafsirkan, asal orang dalam keadaan tenang, dengan membaca, menghafal dan mendalami al-Quran serta menghubungkan satu dengan yang lain, dapatlah diambil pengertiannya dengan pendapat sendiri. | |||||