Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 45
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 45 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

Haluan Tafsir

Tiap-tiap Tafsir al-Quran memberikan corak haluan daripada peribadi penafsirnya. Maka itu di dalam “Tafsir Al-Azhar” ini akan dapatlah dibaca haluan Penafsirnya.

Penafsir memelihara sebaik-baiknya hubungan di antara naqal dengan akal. Di antara riwayah dengan dirayah. Penafsir tidak hanya semata-mata mengutip atau menukil pendapat orang yang telah terdahulu, tetapi mempergunakan juga tinjauan dan pengalaman sendiri. Dan tidak pula semata-mata menurut pertimbangan akal sendiri, seraya melalaikan apa yang dinukil dari orang yang terdahulu. Suatu Tafsir yang hanya menurut riwayat atau naqal dari orang yang terdahulu, berarti hanya suatu “textbook thinking”. Sebaliknya kalau hanya memperturutkan akal sendiri, besar bahayanya akan terpesona ke luar dari garis tertentu yang digariskan agama melantur ke mana-mana, sehingga dengan tidak disadari boleh jadi menjauh dari maksud agama.

Sebagaimana telah kita bayangkan dahulu di atas tadi, tafsir itu membawa corak pandangan hidup si penafsir. Dan juga haluan dan mazhabnya. Sehingga kadang-kadang, al-Quran yang begitu terang, sebagai sumber dari segala kegiatan hidup Islam, telah dipersempit oleh si penafsir sendiri, dibawa kepada haluan yang ditempuhnya. Misalnya kalau kita baca Tafsir al-Kasysyaf karangan Imam Jarullah az-Zamakhsyari kelihatanlah kegigihan beliau mempertahankan mazhab yang beliau anut, yaitu Mu’tazilah. Dan kalau kita tilik pula Tafsir ar-Raazi, kita lihatlah kegigihan beliau mempertahankan mazhab yang beliau anut, yaitu Syafi’iyah. Dan apabila kita baca pula tafsir yang ditulis sekitar seratus tahun yang telah lalu, yaitu Tafsir Ruhul Ma’ani, karangan al-Alusi Mufti Baghdad, kita lihat beliau mempertahankan mazhab yang beliau anut kemudian, yaitu Mazhab Hanafi, sedang dahulunya beliau adalah penganut Mazhab Syafi’i. Sampai-sampai ada susun kata beliau yang bunyinya kira-kira demikian: “Tetapi di dalam Mazhab kita, bukanlah begitu.” Meskipun sudah nyata susunan bunyi ayat lebih dekat kepada pendapat mazhab Syafi’i, beliau kuatkan juga pendapat mazhab yang beliau anut itu. Beliau telah berpindah mazhab karena paksaan pemerintah Turki yang menguasai Irak pada waktu itu ialah Hanafi.

Oleh sebab “Tafsir Al-Azhar” ini ditulis dalam suasana baru, di Negara yang penduduk Muslimnya lebih besar jumlahnya dari penduduk yang lain, sedang mereka haus akan bimbingan agama haus hendak mengetahui rahasia al-Quran, maka pertikaian-pertikaian mazhab tidaklah dibawakan dalam tafsir ini, dan tidaklah penulisnya Ta‘ashshub kepada suatu faham, melainkan mencoba

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#3824 Sep 2025, 04:24:23idadminTervalidasi

Haluan Tafsir

Tiap-tiap Tafsir al-Quran memberikan corak haluan daripada peribadi penafsirnya. Maka itu di dalam “Tafsir Al-Azhar” ini akan dapatlah dibaca haluan Penafsirnya.

Penafsir memelihara sebaik-baiknya hubungan di antara naqal dengan akal. Di antara riwayah dengan dirayah. Penafsir tidak hanya semata-mata mengutip atau menukil pendapat orang yang telah terdahulu, tetapi mempergunakan juga tinjauan dan pengalaman sendiri. Dan tidak pula semata-mata menurut pertimbangan akal sendiri, seraya melalaikan apa yang dinukil dari orang yang terdahulu. Suatu Tafsir yang hanya menurut riwayat atau naqal dari orang yang terdahulu, berarti hanya suatu “textbook thinking”. Sebaliknya kalau hanya memperturutkan akal sendiri, besar bahayanya akan terpesona ke luar dari garis tertentu yang digariskan agama melantur ke mana-mana, sehingga dengan tidak disadari boleh jadi menjauh dari maksud agama.

Sebagaimana telah kita bayangkan dahulu di atas tadi, tafsir itu membawa corak pandangan hidup si penafsir. Dan juga haluan dan mazhabnya. Sehingga kadang-kadang, al-Quran yang begitu terang, sebagai sumber dari segala kegiatan hidup Islam, telah dipersempit oleh si penafsir sendiri, dibawa kepada haluan yang ditempuhnya. Misalnya kalau kita baca Tafsir al-Kasysyaf karangan Imam Jarullah az-Zamakhsyari kelihatanlah kegigihan beliau mempertahankan mazhab yang beliau anut, yaitu Mu’tazilah. Dan kalau kita tilik pula Tafsir ar-Raazi, kita lihatlah kegigihan beliau mempertahankan mazhab yang beliau anut, yaitu Syafi’iyah. Dan apabila kita baca pula tafsir yang ditulis sekitar seratus tahun yang telah lalu, yaitu Tafsir Ruhul Ma’ani, karangan al-Alusi Mufti Baghdad, kita lihat beliau mempertahankan mazhab yang beliau anut kemudian, yaitu Mazhab Hanafi, sedang dahulunya beliau adalah penganut Mazhab Syafi’i. Sampai-sampai ada susun kata beliau yang bunyinya kira-kira demikian: “Tetapi di dalam Mazhab kita, bukanlah begitu.” Meskipun sudah nyata susunan bunyi ayat lebih dekat kepada pendapat mazhab Syafi’i, beliau kuatkan juga pendapat mazhab yang beliau anut itu. Beliau telah berpindah mazhab karena paksaan pemerintah Turki yang menguasai Irak pada waktu itu ialah Hanafi.

Oleh sebab “Tafsir Al-Azhar” ini ditulis dalam suasana baru, di Negara yang penduduk Muslimnya lebih besar jumlahnya dari penduduk yang lain, sedang mereka haus akan bimbingan agama haus hendak mengetahui rahasia al-Quran, maka pertikaian-pertikaian mazhab tidaklah dibawakan dalam tafsir ini, dan tidaklah penulisnya Ta‘ashshub kepada suatu faham, melainkan mencoba


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 45 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi