Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 46
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 46 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

sedaya-upaya mendekati maksud ayat, menguraikan makna dari lafaz bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan memberi kesempatan orang buat berfikir.

Mazhab yang dianut oleh Penafsir ini adalah Mazhab Salaf, yaitu Mazhab Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau dan Ulama-ulama yang mengikuti jejak beliau. Dalam hal akidah dan ibadah, semata-mata taslim artinya menyerah dengan tidak banyak tanya lagi. Tetapi tidaklah semata-mata taqlid kepada pendapat manusia, melainkan meninjau mana yang lebih dekat kepada kebenaran untuk diikuti, dan meninggalkan mana yang jauh menyimpang. Meskipun penyimpangan yang jauh itu, bukanlah atas suatu sengaja yang buruk dari yang mengeluarkan pendapat itu.

Tafsir yang amat menarik hati penafsir buat dijadikan contoh ialah Tafsir al-Manar karangan Sayid Rasyid Ridha, berdasar kepada ajaran tafsir gurunya Syaikh Muhammad Abduh. Tafsir beliau ini, selain dari menguraikan ilmu berkenaan dengan agama, mengenai Hadis, Fiqh dan sejarah dan lain-lain, juga menyesuaikan ayat-ayat itu dengan perkembangan politik dan kemasyarakatan, yang sesuai dengan zaman di waktu tafsir itu dikarang. Meskipun tafsir itu beliau tulis hanya 12 juzu’ saja, artinya tidak sampai separuh al-Quran, namun dia dapat dijadikan pedoman di dalam meneruskan penafsiran “Al-Azhar” ini sampai tamat. Meskipun soal-soal kemasyarakatan dan politik dunia Islam yang beliau bicarakan di waktu itu, di zaman sekarang ini sudah banyak berubah, karena perubahan yang terjadi di dalam negeri-negeri Islam, namun dasar penafsiran yang beliau tegakkan, masih tetap hangat dan dapat dicontoh, dan tidak basi.

Sesudah Tafsir al-Manar yang terkenal itu telah terdapat pula beberapa tafsir lain, misalnya Tafsir al-Maraghi, Tafsir al-Qasimi dan “Tafsir” yang ditulis oleh seorang wartawan yang penuh semangat Islam, yaitu Sayid Quthub. Tafsirnya itu bernama Fi Zhilalil Quran (Di bawah Lindungan al-Quran). “Tafsir” ini, yang tammam ditafsirkan ketigapuluh juzu’nya, saya pandang adalah satu “Tafsir” yang sangat munasabah buat zaman ini. Meskipun dalam hal riwayat, dia belum dapat mengatasi al-Manar, namun dalam dirayat dia telah mencocoki fikiran setelah Perang Dunia ke-II, yang kita namai zaman atom. Maka “Tafsir” karangan Sayyid Quthub inipun sangat banyak mempengaruhi saya dalam menulis “Tafsir” ini.*

Ketika menyusun ini terbayanglah oleh penafsirnya corak ragam dari murid-murid dan anggota jamaah yang ma’mum di belakangnya sebagai Imam.

Ada mahasiswa-mahasiswa yang tengah tekun bersetudii dan terdidik dalam keluarga Islam. Ada sarjana-sarjana yang bertitel S.H. Insinyur, Dokter dan Profesor. Ada pula perwira-perwira tinggi yang berpangkat jenderal dan laksamana dan ada juga anak buah mereka yang masih berpangkat letnan, kapten, mayor dan para bawahan. Dan ada pula saudagar-saudagar besar, agen automobii dengan relasinya yang luas, importir dan eksportir kawakan di samping saudagar perantara. Dan ada juga pelayan-pelayan dan tukang, tukang

* Sayyid Quthub dihukum mati oleh pemerintah Gamal Abdel Nasser 20 Agustus 1966.

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#3924 Sep 2025, 04:27:13idadminTervalidasi

sedaya-upaya mendekati maksud ayat, menguraikan makna dari lafaz bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan memberi kesempatan orang buat berfikir.

Mazhab yang dianut oleh Penafsir ini adalah Mazhab Salaf, yaitu Mazhab Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau dan Ulama-ulama yang mengikuti jejak beliau. Dalam hal akidah dan ibadah, semata-mata taslim artinya menyerah dengan tidak banyak tanya lagi. Tetapi tidaklah semata-mata taqlid kepada pendapat manusia, melainkan meninjau mana yang lebih dekat kepada kebenaran untuk diikuti, dan meninggalkan mana yang jauh menyimpang. Meskipun penyimpangan yang jauh itu, bukanlah atas suatu sengaja yang buruk dari yang mengeluarkan pendapat itu.

Tafsir yang amat menarik hati penafsir buat dijadikan contoh ialah Tafsir al-Manar karangan Sayid Rasyid Ridha, berdasar kepada ajaran tafsir gurunya Syaikh Muhammad Abduh. Tafsir beliau ini, selain dari menguraikan ilmu berkenaan dengan agama, mengenai Hadis, Fiqh dan sejarah dan lain-lain, juga menyesuaikan ayat-ayat itu dengan perkembangan politik dan kemasyarakatan, yang sesuai dengan zaman di waktu tafsir itu dikarang. Meskipun tafsir itu beliau tulis hanya 12 juzu’ saja, artinya tidak sampai separuh al-Quran, namun dia dapat dijadikan pedoman di dalam meneruskan penafsiran “Al-Azhar” ini sampai tamat. Meskipun soal-soal kemasyarakatan dan politik dunia Islam yang beliau bicarakan di waktu itu, di zaman sekarang ini sudah banyak berubah, karena perubahan yang terjadi di dalam negeri-negeri Islam, namun dasar penafsiran yang beliau tegakkan, masih tetap hangat dan dapat dicontoh, dan tidak basi.

Sesudah Tafsir al-Manar yang terkenal itu telah terdapat pula beberapa tafsir lain, misalnya Tafsir al-Maraghi, Tafsir al-Qasimi dan “Tafsir” yang ditulis oleh seorang wartawan yang penuh semangat Islam, yaitu Sayid Quthub. Tafsirnya itu bernama Fi Zhilalil Quran (Di bawah Lindungan al-Quran). “Tafsir” ini, yang tammam ditafsirkan ketigapuluh juzu’nya, saya pandang adalah satu “Tafsir” yang sangat munasabah buat zaman ini. Meskipun dalam hal riwayat, dia belum dapat mengatasi al-Manar, namun dalam dirayat dia telah mencocoki fikiran setelah Perang Dunia ke-II, yang kita namai zaman atom. Maka “Tafsir” karangan Sayyid Quthub inipun sangat banyak mempengaruhi saya dalam menulis “Tafsir” ini.*

Ketika menyusun ini terbayanglah oleh penafsirnya corak ragam dari murid-murid dan anggota jamaah yang ma’mum di belakangnya sebagai Imam.

Ada mahasiswa-mahasiswa yang tengah tekun bersetudii dan terdidik dalam keluarga Islam. Ada sarjana-sarjana yang bertitel S.H. Insinyur, Dokter dan Profesor. Ada pula perwira-perwira tinggi yang berpangkat jenderal dan laksamana dan ada juga anak buah mereka yang masih berpangkat letnan, kapten, mayor dan para bawahan. Dan ada pula saudagar-saudagar besar, agen automobii dengan relasinya yang luas, importir dan eksportir kawakan di samping saudagar perantara. Dan ada juga pelayan-pelayan dan tukang, tukang

* Sayyid Quthub dihukum mati oleh pemerintah Gamal Abdel Nasser 20 Agustus 1966.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 46 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi