Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
lifah Bani Umayyah yang pertama, sahabat Rasulullah s.a.w., Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Oleh sebab itu maka penafsiran seperti demikian bukanlah mempunyai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan menurut al-Quran dan Hadis dan dirayah atau riwayat ahli-ahli tafsir yang mu’tamad. Dia hanya satu khayal yang dapat pelemah-lemahkan kata, tetapi tidak akan bertemu dari mana sumbernya, kalau hendak dicari dengan seksama.
Tentang ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim: Tentang ini agak panjang juga pembicaraan di antara para Ulama, baik Bismillah di permulaan al-Fatihah atau Bismillah di permulaan sekalian Surat al-Quran, kecuali pada permulaan Surat Baraah (at-Taubah). Yang jadi perbincangan ialah, apakah Bismillah di permulaan Surat itu masuk dalam Surat atau di luar Surat?
Pembicaraan tentang ini selanjutnya telah menjadi sebab perbincangan pula, wajibbkah Imam membaca Bismillah itu dengan jahr (suara keras) pada sembahyang yang jahar (Maghrib, Isya’ dan Subuh), atau membaca dengan sir (tidak dikeraskan membacanya) melainkan Alhamdulillahi selanjutnya saja? Atau tidak dibaca sama sekali, dan hanya langsung menjahrkan al-Fatihah?
Supaya lebih mudah peninjauan kita tentang perbedaan-perbedaan pendapat para sarjana keislaman itu, terlebih dahulu kita kemukakan titik-titik pertemuan. Semuanya tidak ada selisih bahwa Bismillahir-Rahmanir-Rahim itu memang ada tertulis dalam Surat 27 (an-Naml), yaitu seketika Maharani Bulqis, Raja perempuan dari negeri Saba’ menerangkan kepada orang-orang besar kerajaannya, bahwa dia menerima sepucuk surat dari Nabi Sulaiman yang ditulis:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Murah, Maha Penyayang”:
Dan titik pertemuan faham mereka yang kedua ialah bahwa menurut ajaran Rasulullah s.a.w. sendiri, sekalian Surat al-Quran yang 114 Surat, kecuali Surat Baraah (at-Taubah) semuanya dimulai menuliskannya dengan Bismillah itu selengkapnya, menurut yang tertulis di ayat 30 Surat an-Naml itu. Maka Mushhaf pertama yang ditulis oleh panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit atas perintah Khalifah pertama Saiyidina Abu Bakar itu adalah menurut yang diajarkan Nabi itu, pakai Bismillah di awal permulaan Surat, kecuali Baraah (at-Taubah). Dan Mushhaf Saiyidina Usman bin Affan pun ditulis cara demikian pula. Semua pakai Bismillah, kecuali Baraah.
Tentang Bismillah ada di permulaan tiap-tiap Surat, kecuali Surat Baraah atau at-Taubah, tidaklah ada perselisihan Ulama. Yang diperselisihkan ialah terletaknya di pangkal Surat itu menjadikan dia termasuk dalam Surat itukah, atau sebagai pembatasnya dengan Surat-surat yang lain saja, atau dia menjadi ayat tunggal sendiri.
id) oleh admin pada 24 September 2025 - 05:29:49.lifah Bani Umayyah yang pertama, sahabat Rasulullah s.a.w., Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Oleh sebab itu maka penafsiran seperti demikian bukanlah mempunyai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan menurut al-Quran dan Hadis dan dirayah atau riwayat ahli-ahli tafsir yang mu’tamad. Dia hanya satu khayal yang dapat pelemah-lemahkan kata, tetapi tidak akan bertemu dari mana sumbernya, kalau hendak dicari dengan seksama.
Tentang ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim: Tentang ini agak panjang juga pembicaraan di antara para Ulama, baik Bismillah di permulaan al-Fatihah atau Bismillah di permulaan sekalian Surat al-Quran, kecuali pada permulaan Surat Baraah (at-Taubah). Yang jadi perbincangan ialah, apakah Bismillah di permulaan Surat itu masuk dalam Surat atau di luar Surat?
Pembicaraan tentang ini selanjutnya telah menjadi sebab perbincangan pula, wajibbkah Imam membaca Bismillah itu dengan jahr (suara keras) pada sembahyang yang jahar (Maghrib, Isya’ dan Subuh), atau membaca dengan sir (tidak dikeraskan membacanya) melainkan Alhamdulillahi selanjutnya saja? Atau tidak dibaca sama sekali, dan hanya langsung menjahrkan al-Fatihah?
Supaya lebih mudah peninjauan kita tentang perbedaan-perbedaan pendapat para sarjana keislaman itu, terlebih dahulu kita kemukakan titik-titik pertemuan. Semuanya tidak ada selisih bahwa Bismillahir-Rahmanir-Rahim itu memang ada tertulis dalam Surat 27 (an-Naml), yaitu seketika Maharani Bulqis, Raja perempuan dari negeri Saba’ menerangkan kepada orang-orang besar kerajaannya, bahwa dia menerima sepucuk surat dari Nabi Sulaiman yang ditulis:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Murah, Maha Penyayang”:
Dan titik pertemuan faham mereka yang kedua ialah bahwa menurut ajaran Rasulullah s.a.w. sendiri, sekalian Surat al-Quran yang 114 Surat, kecuali Surat Baraah (at-Taubah) semuanya dimulai menuliskannya dengan Bismillah itu selengkapnya, menurut yang tertulis di ayat 30 Surat an-Naml itu. Maka Mushhaf pertama yang ditulis oleh panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit atas perintah Khalifah pertama Saiyidina Abu Bakar itu adalah menurut yang diajarkan Nabi itu, pakai Bismillah di awal permulaan Surat, kecuali Baraah (at-Taubah). Dan Mushhaf Saiyidina Usman bin Affan pun ditulis cara demikian pula. Semua pakai Bismillah, kecuali Baraah.
Tentang Bismillah ada di permulaan tiap-tiap Surat, kecuali Surat Baraah atau at-Taubah, tidaklah ada perselisihan Ulama. Yang diperselisihkan ialah terletaknya di pangkal Surat itu menjadikan dia termasuk dalam Surat itukah, atau sebagai pembatasnya dengan Surat-surat yang lain saja, atau dia menjadi ayat tunggal sendiri.
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #67 | 24 Sep 2025, 05:29:49 | id | admin | Tervalidasi | — |
lifah Bani Umayyah yang pertama, sahabat Rasulullah s.a.w., Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Oleh sebab itu maka penafsiran seperti demikian bukanlah mempunyai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan menurut al-Quran dan Hadis dan dirayah atau riwayat ahli-ahli tafsir yang mu’tamad. Dia hanya satu khayal yang dapat pelemah-lemahkan kata, tetapi tidak akan bertemu dari mana sumbernya, kalau hendak dicari dengan seksama. Tentang ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim: Tentang ini agak panjang juga pembicaraan di antara para Ulama, baik Bismillah di permulaan al-Fatihah atau Bismillah di permulaan sekalian Surat al-Quran, kecuali pada permulaan Surat Baraah (at-Taubah). Yang jadi perbincangan ialah, apakah Bismillah di permulaan Surat itu masuk dalam Surat atau di luar Surat? Pembicaraan tentang ini selanjutnya telah menjadi sebab perbincangan pula, wajibbkah Imam membaca Bismillah itu dengan jahr (suara keras) pada sembahyang yang jahar (Maghrib, Isya’ dan Subuh), atau membaca dengan sir (tidak dikeraskan membacanya) melainkan Alhamdulillahi selanjutnya saja? Atau tidak dibaca sama sekali, dan hanya langsung menjahrkan al-Fatihah? Supaya lebih mudah peninjauan kita tentang perbedaan-perbedaan pendapat para sarjana keislaman itu, terlebih dahulu kita kemukakan titik-titik pertemuan. Semuanya tidak ada selisih bahwa Bismillahir-Rahmanir-Rahim itu memang ada tertulis dalam Surat 27 (an-Naml), yaitu seketika Maharani Bulqis, Raja perempuan dari negeri Saba’ menerangkan kepada orang-orang besar kerajaannya, bahwa dia menerima sepucuk surat dari Nabi Sulaiman yang ditulis: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ “Dengan nama Allah Yang Maha Murah, Maha Penyayang”: Dan titik pertemuan faham mereka yang kedua ialah bahwa menurut ajaran Rasulullah s.a.w. sendiri, sekalian Surat al-Quran yang 114 Surat, kecuali Surat Baraah (at-Taubah) semuanya dimulai menuliskannya dengan Bismillah itu selengkapnya, menurut yang tertulis di ayat 30 Surat an-Naml itu. Maka Mushhaf pertama yang ditulis oleh panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit atas perintah Khalifah pertama Saiyidina Abu Bakar itu adalah menurut yang diajarkan Nabi itu, pakai Bismillah di awal permulaan Surat, kecuali Baraah (at-Taubah). Dan Mushhaf Saiyidina Usman bin Affan pun ditulis cara demikian pula. Semua pakai Bismillah, kecuali Baraah. Tentang Bismillah ada di permulaan tiap-tiap Surat, kecuali Surat Baraah atau at-Taubah, tidaklah ada perselisihan Ulama. Yang diperselisihkan ialah terletaknya di pangkal Surat itu menjadikan dia termasuk dalam Surat itukah, atau sebagai pembatasnya dengan Surat-surat yang lain saja, atau dia menjadi ayat tunggal sendiri. | |||||