Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 74
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 74 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

Yang terpenting terlebih dahulu ialah memupuk perhatian yang telah ada dalam dasar jiwa, bahwa Zat Yang Maha Kuasa itu mustahil berbilang. Adapun tentang pemakaian bahasa terhadapNya, dengan nama apa Dia mesti disebut, terserahlah kepada perkembangan bahasa itu sendiri.

Selain dari pemakaian bahasa Melayu tentang Tuhan itu, sebagian bangsa kitapun memakai juga kalimat lain untuk Allah itu. Dalam bahasa Jawa terhadap Allah disebut Gusti Allah, padahal dalam bahasa Melayu Banjar, Gusti adalah gelar bangsawan.

Demikian juga kalimat Pangeran untuk Allah dalam bahasa Sunda, padahal di daerah lain Pangeran adalah gelar orang bangsawan atau anak raja. Dalam bahasa Bugis dan Makassar disebut Poang Allah Ta’ala. Padahal kepada raja atau orang tua yang dihormati mereka mengucapkan Poang juga.

Orang Hindu-Bali, meskipun mereka menyembah berbagai berhala, namun mereka tetap percaya kepada Sang Hyang Widhi, artinya Yang Maha Esa. Kepercayaan agama Hindupun sampai kepada puncak tertinggi sekali, yaitu kepada Sang Hyang Tunggal.

Lantaran itu dapatlah difahami keterangan Raghib al-Isfahani yang menyatakan bahwa ALLAH itu berasal dari kalimat AL-ILAH yang berarti Tuhan itu. Adanya kalimat Al-Ilah membuktikan bahwa kepercayaan-kepercayaan tentang adanya Tuhan telah tumbuh sejak manusia berakal, dan timbulnya kalimat ALLAH membuktikan bahwa fikiran manusia­pun akhirnya sampai kepada, bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa itu hanya SATU.

Maka kedatangan Agama Islam ialah menuntun dan menjelaskan bahwa DIA memang SATU adanya.

Setelah itu diringkailah menyebut nama ALLAH itu dengan menyebut sifatNya, yaitu AR-RAHMAN dan AR-RAHIM. Yang kedua nama sifat itu adalah dari satu rumpun, yaitu RAHMAT, yang berarti murah, kasih-sayang, cinta, santun, perlindungan dan sebagainya.

Apa sebab maka kedua sifat itu yang terlebih dahulu dijelaskan sebelum menyebut sifat-sifatNya yang lain?

Hal ini dapatlah difahami jika kita kaji pengkhayalan orang yang masih sederhana peradabannya (primitif) tentang Tuhan. Sebagai kita katakan tadi, kepercayaan akan adanya Zat Yang Maha Kuasa, adalah sama tumbuh dengan akal manusia. Tetapi sebagian besar mereka menggambarkan Tuhan itu sebagai sesuatu yang amat ditakuti, atau menakutkan, seram dan kejam yang orang terpaksa memujanya oleh karena akan murkanya. Lalu diadakan kurban-kurban sembelihan, sebab Tuhan itu haus darah, lalu didirikan orang berhala besar, yang bentuknya sangat seram, matanya mendelik, saingnya terulur keluar, yang tidak reda murkanya kalau tidak diberi kurban.

Maka seketika bacaan dimulai dengan menyebut nama Allah, dengan kedua sifatNya Yang Rahman dan Rahim, mulailah Nabi Muhammad menenangkan perasaan umar dan yang benar tentang Tuhan. Sifat utama yang terlebih diketahui dan dirasakan oleh manusia ialah bahwa DIA Rahman dan Rahim.

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#7224 Sep 2025, 10:29:13idadminTervalidasi

Yang terpenting terlebih dahulu ialah memupuk perhatian yang telah ada dalam dasar jiwa, bahwa Zat Yang Maha Kuasa itu mustahil berbilang. Adapun tentang pemakaian bahasa terhadapNya, dengan nama apa Dia mesti disebut, terserahlah kepada perkembangan bahasa itu sendiri.

Selain dari pemakaian bahasa Melayu tentang Tuhan itu, sebagian bangsa kitapun memakai juga kalimat lain untuk Allah itu. Dalam bahasa Jawa terhadap Allah disebut Gusti Allah, padahal dalam bahasa Melayu Banjar, Gusti adalah gelar bangsawan.

Demikian juga kalimat Pangeran untuk Allah dalam bahasa Sunda, padahal di daerah lain Pangeran adalah gelar orang bangsawan atau anak raja. Dalam bahasa Bugis dan Makassar disebut Poang Allah Ta’ala. Padahal kepada raja atau orang tua yang dihormati mereka mengucapkan Poang juga.

Orang Hindu-Bali, meskipun mereka menyembah berbagai berhala, namun mereka tetap percaya kepada Sang Hyang Widhi, artinya Yang Maha Esa. Kepercayaan agama Hindupun sampai kepada puncak tertinggi sekali, yaitu kepada Sang Hyang Tunggal.

Lantaran itu dapatlah difahami keterangan Raghib al-Isfahani yang menyatakan bahwa ALLAH itu berasal dari kalimat AL-ILAH yang berarti Tuhan itu. Adanya kalimat Al-Ilah membuktikan bahwa kepercayaan-kepercayaan tentang adanya Tuhan telah tumbuh sejak manusia berakal, dan timbulnya kalimat ALLAH membuktikan bahwa fikiran manusia­pun akhirnya sampai kepada, bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa itu hanya SATU.

Maka kedatangan Agama Islam ialah menuntun dan menjelaskan bahwa DIA memang SATU adanya.

Setelah itu diringkailah menyebut nama ALLAH itu dengan menyebut sifatNya, yaitu AR-RAHMAN dan AR-RAHIM. Yang kedua nama sifat itu adalah dari satu rumpun, yaitu RAHMAT, yang berarti murah, kasih-sayang, cinta, santun, perlindungan dan sebagainya.

Apa sebab maka kedua sifat itu yang terlebih dahulu dijelaskan sebelum menyebut sifat-sifatNya yang lain?

Hal ini dapatlah difahami jika kita kaji pengkhayalan orang yang masih sederhana peradabannya (primitif) tentang Tuhan. Sebagai kita katakan tadi, kepercayaan akan adanya Zat Yang Maha Kuasa, adalah sama tumbuh dengan akal manusia. Tetapi sebagian besar mereka menggambarkan Tuhan itu sebagai sesuatu yang amat ditakuti, atau menakutkan, seram dan kejam yang orang terpaksa memujanya oleh karena akan murkanya. Lalu diadakan kurban-kurban sembelihan, sebab Tuhan itu haus darah, lalu didirikan orang berhala besar, yang bentuknya sangat seram, matanya mendelik, saingnya terulur keluar, yang tidak reda murkanya kalau tidak diberi kurban.

Maka seketika bacaan dimulai dengan menyebut nama Allah, dengan kedua sifatNya Yang Rahman dan Rahim, mulailah Nabi Muhammad menenangkan perasaan umar dan yang benar tentang Tuhan. Sifat utama yang terlebih diketahui dan dirasakan oleh manusia ialah bahwa DIA Rahman dan Rahim.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 74 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi