Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 86
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 86 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

Kita telah ditakdirkanNya hidup di dunia ini. Melalui hidup di dunia ini, samalah artinya dengan melalui suatu jalan. Kita takut akan bahaya dan ingin selamat dalam perjalanan itu. Kita mau yang baik dan tidak mau yang buruk. Kita mau yang manfaat dan tidak mau yang mudharat. Dengan ayat-ayat yang di atas kita telah memulai membaca dengan namaNya. Kita telah mengakui bahwa Dia Maha Murah dan Maha Penyayang. Kita telah memuji Dia, sebagai Tuhan Pemelihara, Pendidik sekalian alam. Dan kita telah mengakui bahwa kekuasaanNya meliputi dunia dan akhirat. Dia Rahman dan Rahim, tetapi Dia juga menguasai dan mempunyai Hari Pembalasan. Lantaran itu semuanya kita telah menyerah kepadaNya; kepadaNya saja, tidak kepada yang lain. Sehingga kita telah menyatakan tekad bahwa yang kita sembah hanya Dia dan tempat kita memohon pertolongan hanya Dia. Sekarang setelah penyerahan demikian mulailah kita memasukkan permohonan puncak dari segala permohonan, yaitu agar supaya ditunjuki jalan yang lurus.

Kitapun mengaku bahwa petunjuk itu sejak lahir ke dunia telah diberikan secara berangsur. Pertama sejak mulai lahir telah diberi kita persediaan petunjuk pertama, sehingga bila terasa lapar kita menangis, bila terasa basah kitapun menangis; dan sejak lahir telah diberi petunjuk kita bagaimana mencari cucut susu ibu. Dan setelah itu dengan berangsur-angsur, dari hari ke hari, bulan ke bulan beransur kita dapat memperbedakan bunyi yang didengar dan warna yang dilihat. Dalam masa perangsuran itu kita diberi naluri untuk perlengkapan hidup, sebagai yang diberikan sekaligus kepada binatang. Tetapi pada binatang terhenti hingga demikian saja, dan pada kita manusia diteruskan lagi dengan pertumbuhan akal dan fikiran. Akallah yang memperbaiki kesalahan pendapat pancaindera, mata melihat dan merasa seketika keretapi yang kita tumpangi berhenti di sebuah stasiun dan bahwa dia telah berangkat pula, padahal yang berangkat itu belum keretapi yang kita tumpangi itu, melainkan keretapi yang di sebelahnya. Dan lain-lain sebagainya. Mata melihat tongkat yang lurus di dalam air menjadi bengkok, sedang akal menolaknya.

Tetapi akal saja belumlah cukup menjadi pedoman. Sebab dalam diri kita sendiri bukan akal dan pancaindera saja yang harus diperhitungkan. Kita perhitungkan juga syahwat dan hawa nafsu kita, demikian juga naluri-naluri yang lain. Kita kepingin makan dan minum, supaya hidup. Supaya berketurunan kita ingin mempunyai teman hidup; laki-laki mencari perempuan dan perempuan menunggu laki-laki. Kita ingin mempunyai apa-apa, kita ingin mempunyai persediaan. Kita ingin dan orang lainpun ingin. Untuk mencari apa yang kita ingin itu kita pergunakanlah akal, dan orang lain untuk mencari keinginannya mempergunakan akalnya pula. Kadang-kadang seluruh orang mengingini satu macam barang, maka terjadilah perebutan. Mendapatlah siapa yang lebih cerdik atau lebih kuat.

Kadang-kadang nampak satu hal yang diperlukan dan sangat diingini. Dipakaialah segala daya-upaya untuk mencapainya. Kemudian setelah didapat ternyata membawa celaka pada diri. Ada hal yang pahit mulanya dan manis ujungnya. Dan ada pula sebaliknya. Dengan demikian maka pengalaman

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#8824 Sep 2025, 10:49:21idadminTervalidasi

Kita telah ditakdirkanNya hidup di dunia ini. Melalui hidup di dunia ini, samalah artinya dengan melalui suatu jalan. Kita takut akan bahaya dan ingin selamat dalam perjalanan itu. Kita mau yang baik dan tidak mau yang buruk. Kita mau yang manfaat dan tidak mau yang mudharat. Dengan ayat-ayat yang di atas kita telah memulai membaca dengan namaNya. Kita telah mengakui bahwa Dia Maha Murah dan Maha Penyayang. Kita telah memuji Dia, sebagai Tuhan Pemelihara, Pendidik sekalian alam. Dan kita telah mengakui bahwa kekuasaanNya meliputi dunia dan akhirat. Dia Rahman dan Rahim, tetapi Dia juga menguasai dan mempunyai Hari Pembalasan. Lantaran itu semuanya kita telah menyerah kepadaNya; kepadaNya saja, tidak kepada yang lain. Sehingga kita telah menyatakan tekad bahwa yang kita sembah hanya Dia dan tempat kita memohon pertolongan hanya Dia. Sekarang setelah penyerahan demikian mulailah kita memasukkan permohonan puncak dari segala permohonan, yaitu agar supaya ditunjuki jalan yang lurus.

Kitapun mengaku bahwa petunjuk itu sejak lahir ke dunia telah diberikan secara berangsur. Pertama sejak mulai lahir telah diberi kita persediaan petunjuk pertama, sehingga bila terasa lapar kita menangis, bila terasa basah kitapun menangis; dan sejak lahir telah diberi petunjuk kita bagaimana mencari cucut susu ibu. Dan setelah itu dengan berangsur-angsur, dari hari ke hari, bulan ke bulan beransur kita dapat memperbedakan bunyi yang didengar dan warna yang dilihat. Dalam masa perangsuran itu kita diberi naluri untuk perlengkapan hidup, sebagai yang diberikan sekaligus kepada binatang. Tetapi pada binatang terhenti hingga demikian saja, dan pada kita manusia diteruskan lagi dengan pertumbuhan akal dan fikiran. Akallah yang memperbaiki kesalahan pendapat pancaindera, mata melihat dan merasa seketika keretapi yang kita tumpangi berhenti di sebuah stasiun dan bahwa dia telah berangkat pula, padahal yang berangkat itu belum keretapi yang kita tumpangi itu, melainkan keretapi yang di sebelahnya. Dan lain-lain sebagainya. Mata melihat tongkat yang lurus di dalam air menjadi bengkok, sedang akal menolaknya.

Tetapi akal saja belumlah cukup menjadi pedoman. Sebab dalam diri kita sendiri bukan akal dan pancaindera saja yang harus diperhitungkan. Kita perhitungkan juga syahwat dan hawa nafsu kita, demikian juga naluri-naluri yang lain. Kita kepingin makan dan minum, supaya hidup. Supaya berketurunan kita ingin mempunyai teman hidup; laki-laki mencari perempuan dan perempuan menunggu laki-laki. Kita ingin mempunyai apa-apa, kita ingin mempunyai persediaan. Kita ingin dan orang lainpun ingin. Untuk mencari apa yang kita ingin itu kita pergunakanlah akal, dan orang lain untuk mencari keinginannya mempergunakan akalnya pula. Kadang-kadang seluruh orang mengingini satu macam barang, maka terjadilah perebutan. Mendapatlah siapa yang lebih cerdik atau lebih kuat.

Kadang-kadang nampak satu hal yang diperlukan dan sangat diingini. Dipakaialah segala daya-upaya untuk mencapainya. Kemudian setelah didapat ternyata membawa celaka pada diri. Ada hal yang pahit mulanya dan manis ujungnya. Dan ada pula sebaliknya. Dengan demikian maka pengalaman

#8724 Sep 2025, 10:47:53idadminTervalidasi

tanda dimana tempat yang berbahaya, dimana yang tidak boleh dilalui dan sebagainya. Seumpama tanda-tanda yang dipancangkan di tepi jalan, berbagai macamnya, untuk memberi alamat bagi pengendali kendaraan bermotor.

Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas, menurut beliau yang dimaksud dengan meminta ditunjuki jalan yang lurus, tafsirnya ialah mohon ditunjuki agamaMu yang benar.

Menurut beberapa riwayat dari ahli-ahli Hadis, daripada Jabir bin Abdullah, yang dimaksud dengan Shirathal Mustaqim ialah Agama Islam. Dan menurut beberapa riwayat lagi, Ibnu Mas’ud menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan Shirathal Mustaqim ialah Kitab Allah (al-Quran).

Menurut yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, Abu Syaikh, al-Hakim, Ibnu Mardawih dan al-Baihaqi, sebuah Hadis Rasulullah s.a.w., diriwayatkan daripada an-Nawwās Ibn Sam’ān, pernah Rasulullah s.a.w. berkata, bahwasanya Allah Ta’ala telah membuat satu perumpamaan tentang Shirathal Mustaqim itu; bahwa di kedua belah jalan itu ada dua buah dinding tinggi. Pada kedua dinding tinggi itu ada beberapa pintu terbuka, dan di atas tiap-tiap pintu itu ada lelan­sir penutup (gorden). Sedang di ujung jalan tengah yang lurus (Shirathal Mustaqim) itu ada seorang berdiri memanggil-manggil: “Wahai sekalian manusia, masuklah ke dalam Shirat ini semuanya, jangan kamu berpecah-belah”, dan ada pula seorang penyeru dari atas Shirat. Maka apabila manusia hendak membuka salah satu dari pintu-pintu itu berkatalah dia: “Celaka! Jangan engkau buka itu! Kalau dia engkau buka, niscaya engkau akan terperosok ke dalam.” Maka kata Rasulullah selanjutnya: Jalan Shirat itu ialah Islam, dan kedua dinding sebelah menyebelah itu ialah segala batas-batas yang ditentukan Allah. Dan banyak pintu-pintu terbuka itu ialah segala yang diharamkan Allah. Penyeru yang menyeru di ujung jalan itu ialah Kitab Allah, dan penyeru yang menyeru dari atas itu ialah Wa’iz (Pemberi Nasihat) dari Allah yang ada dalam tiap-tiap diri Muslim”. Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa Hadis ini hasan lagi shahih.

Maka semua penafsiran tadi dapatlah digabungkan menjadi satu Shirathal Mustaqim memang agama yang benar, dan itulah Agama Islam. Dan sumber petunjuk dalam Islam itu tidak lain ialah al-Quran, dan semuanya dapat diambil contohnya dari perbuatan Nabi Muhammad s.a.w. dan sahabat-sahabat beliau yang utama.

Hanya seorang Ulama saja mengeluarkan tafsir agak sempit, yaitu Fudhail bin Iyadh. Menurut beliau Shirathal Mustaqim ialah jalan pergi naik Haji. Memang dapat menunaikan Haji sebagai rukun Islam yang kelima, dengan penuh keinsafan dan kesadaran, sehingga mencapai Haji yang Mabrur, sudah sebagai daripada Shirathal Mustaqim juga. Apatah bagi orang semacam Fudhail bin Iyadh sendiri, adapun bagi orang lain belum tentu naik Haji itu menjadi Shirathal Mustaqim, terutama kalau dikerjakan karena riya’, mempertontonkan kekayaan, mencari nama, atau sebagai politik untuk mencari simpati rakyat yang bodoh.

Dengan ayat ini kepada kita telah ditunjukkan apa yang amat penting kita mohonkan pertolongan kepadaNya. Mohon ditunjuki jalan yang lurus.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 86 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi