Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Hadis yang terang tadi, yaitu tidak sah sembahyang barangsiapa yang tidak membaca al-Fatihah." Adapun waktu membacanya itu, apakah seketika Imam berdiam diri sejenak, atau seketika dia membaca? Maka Ulama-ulama dalam Mazhab Syatf'i, berpendapat boleh didengarkan Imam itu terlebih dahulu membaca al-Fatihah dan dianjurkan supaya Imam berhenti sejenak memberi kesempatan kepada ma'mum supaya mereka membaca al-Fatihah pula. Tetapi kalau Imam itu tidak berhenti sejenak, melainkan terus saja membaca ayat atau Surat-surat yang mudah sehabis membaca al-Fatihah, maka sehabis Imam itu membaca al- Fatihah, terus pulalah si ma'mum membaca al-Fatihah, sedang Imam itu membaca Surat. Dan sehabis membaca al-Fatihah itu hendaklah si ma'mum berdiam diri mendengarkan apa yang dibaca Imam sampai selesai.
Selain dari khilafiyah tentang Bismillah (Basmallah) apakah dia termasuk ayat di pangkal suatu Surat atau hanya dalam Surat an-Nami itu saja, timbul pula pertikaian pendapat tentang: apakah ketika membacaal-Fatihah dan Surat yang berikutnya pada sembahyang-sembahyang yang dijaharkan, Imam mesti menjaharkan (membaca dengan keras) Bismillah juga? Ataukah Bismillah dibaca dengan Sirr? Atau yang dijaharkan cuma al-Fatihah dan Surat yang berikutnya saja? Golongan yang berpendapat bahwa hendaklah Basmallah itu dijaharkan dari kalangan sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. ialah: Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Zubair. Dan yang menjaharkan dari kalangan Tabi'in ialah Said bin Jubair, Abu Oilabah, az-Zuhri, Ikrimah, Athaa', Thaawuus, Mujahid, Ali bin Husain, Salim bin Abdullah, Muhammad bin Ka'ab al-Ourazhi, Ibnu Siirin, Ibnul Munkadir, Nafi" Maula Ibnu Umar, Zaid bin Aslam, Makhuul, Umar bin Abdil Aziz, Amr bin Dinar dan Muslim bin Khalid. Dan itu pula pilihan (Mazhab) Imam Syafii. Dan begitu pula salah satu pendapat dari Ibonu Wahab, salah seorang pemangku Mazhab Malik. Diriwayatkan orang pula, bahwalbnul Mubarak dan Abu Tsaur berpendapat menjaharkan juga. Yang berpendapat bahwa Bismillahi itu di Sirr-kan saja, (tidak dibaca keras) oleh Imam, dari kalangan sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. ialah Abu Bakar, Umar, Usman, Ali bin Abu Thalib, Ibnu Mas'ud, Ammaar bin Yasir, Ibnu Maghal dan lain-lain. Dan dari Tabi'in, di antaranya ialah Hasan al-Bishri, asy. Sya'bi, Ibrahim an-Nakha'i, Gatadah, al-A'masy dan as-Tsauri. Puluhan Maz. habdarilmam Malik, Abu Hanifah danAhmad bin Hanbal pun condong kepada membacanya dengan Sirr. Alasan dari yang memilih (Mazhab) jahar ialah sebuah Hadis yang dirawi. kan oleh jamaah daripada sahabat-sahabat, di antaranya Abu Hurairah dan isteri Rasulullah s.a.w. Ummu Salmah. Bahwasanya Rasulullah s.a.w. men- jaharkan membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim.