Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Penjelasan tentang hikmah di balik pemotongan hadits dan peringkasannya, serta faedah dari pengulangan dan pengulangan kembali hadits.
Penjelasan tentang sebab beliau mencantumkan hadits-hadits mu‘allaq dan atsar-atsar mauqūf, padahal keduanya berbeda dari pokok pembahasan kitab ini. Dalam bagian ini, beliau juga menyertakan rangkaian hadits-hadits marfū‘ yang mu‘allaq, serta isyarat secara ringkas kepada siapa yang meriwayatkannya secara tersambung.
Penjelasan tentang istilah-istilah gharib yang terdapat dalam matan-matan hadits, disusun berdasarkan huruf hijaiyah, dengan ungkapan yang paling ringkas dan penunjukan yang paling jernih, agar memudahkan pencarian dan menghindari pengulangan.
Penjelasan tentang nama-nama yang bermasalah dalam kitab ini, begitu pula kunyah dan nasab. Nama-nama ini terbagi menjadi dua:
Pertama, nama-nama yang mirip namun berbeda, yang bisa dimasukkan ke dalam kaidah umum untuk memudahkan pencarian dan mencegah pengulangan.
Kedua, nama-nama tunggal yang tidak berulang, yang disebutkan langsung di tempat asalnya.
Penjelasan tentang para guru beliau yang tidak disebutkan nasabnya, jika nama mereka termasuk yang sering dipakai bersama orang lain, seperti "Muhammad" — bukan nama yang jarang seperti "Musaddad". Dalam bagian ini juga dibahas seluruh nama yang diabaikan atau disamarkan, sesuai urutan dalam kitab, secara ringkas.
Rangkaian hadits-hadits yang dikritik oleh hafizh di zamannya, yaitu Abu al Hasan ad-Daraquthni, dan para kritikus lainnya. Beliau memberikan jawaban atasnya hadits demi hadits, serta menjelaskan bahwa tidak ada satupun di antaranya yang bertentangan dengan syarat yang telah kami tetapkan.
Setelah semua pembahasan ini saya tutup dengan sebuah biografi ringkas yang menyingkap keistimewaan dan keutamaan al Bukhari, menghimpun seluruh kemuliaan dan keutamaannya — agar penyebutan namanya menjadi permata pengikat bagi sistematika kitab ini, dan menjadi penutup harum semerbak di akhir mukadimah ini.
Apabila seluruh pasal ini telah dijelaskan, dan pokok-pokok ini telah ditegaskan, maka aku akan memulai penjelasan kitab ini, dengan memohon pertolongan kepada Allah al-Fattāh al-Wahhāb. Maka aku akan memulai — insyaAllah — dengan menyebutkan nama bab dan haditsnya terlebih dahulu, lalu menyebutkan sisi keterkaitan antara keduanya apabila masih tersembunyi, lalu aku akan mengekstraksi poin-poin penting dari hadits tersebut yang berkaitan dengan maksud utama, baik dari sisi matan maupun sanad: seperti pelengkap, tambahan, penyingkapan makna samar, penegasan atas bentuk mudallas dengan keterangan bahwa ia mendengarnya, atau penguatan dari murid lain terhadap seorang syaikh yang sudah mengalami perubahan. Semua itu aku himpun dari sumber-sumber utama berupa musnad, jami‘, mustakhraj, ajzā’, dan fawāid, dengan syarat shahih atau hasan dalam semua yang aku kutip.
Kemudian, aku akan menyambung bagian-bagian hadits yang mu‘allaq dan atsar yang mauqūf. Di sana akan menyatu tambahan-tambahan faedah dan kumpulan mutiara yang tercecer.
Selanjutnya, aku akan menjelaskan hal-hal yang sulit dari nama dan sifat, serta menerangkan makna-makna lafazh secara kebahasaan, dan memberi perhatian terhadap sisi-sisi balaghah dan semacamnya.
Terakhir, aku akan menyampaikan faedah-faedah yang aku ambil dari perkataan para imam terkait hukum-hukum fiqh, nasihat-nasihat zuhud, dan adab-adab syar‘i yang terkandung dalam hadits tersebut — aku hanya menyebutkan pendapat yang rajih dan memilih yang paling jelas, tanpa menempuh jalur yang sulit, serta dengan perhatian khusus untuk menggabungkan pendapat-pendapat yang tampaknya bertentangan satu sama lain.
Rangkaian nama-nama seluruh perawi yang pernah dicacat dalam sanadnya, disusun berdasarkan urutan huruf. Disertakan pula jawaban atas cacatan tersebut dengan cara yang adil dan proporsional, serta pembelaan terhadap al Bukhari dalam menyebutkan sebagian dari mereka, dengan beberapa alasan:
Bisa jadi karena beliau menghindari sisi yang menjadi sebab cacatan itu.
Bisa jadi karena beliau meriwayatkan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang lebih kuat darinya.
Atau bisa jadi karena sebab lain yang sah.
Penyusunan daftar isi kitab ini, bab demi bab, beserta jumlah hadits dalam setiap bab. Dari sini akan tampak jumlah total hadits dalam kitab ini — termasuk yang berulang. Penomoran ini saya adopsi dari Syaikhul Islam Abu Zakariya an Nawawi — semoga Allah meridhainya — sebagai bentuk tabaruk dengannya. Lalu saya tambahkan padanya hal-hal yang sesuai, yang saya ambil dari Syaikhul Islam Abu Hafsh al Bulqini — semoga Allah meridhainya. Setelah itu saya lengkapi dengan daftar nama sahabat yang terdapat dalam kitab ini, disusun berdasarkan huruf, dan disebutkan jumlah hadits yang berasal dari masing-masing sahabat tersebut. Dari sini tampaklah kejelasan isi kitab ini secara menyeluruh tanpa pengulangan.