Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Wahyu. Yang kami maksud dengan Wahyu bukanlah penglihatan mendadak yang diklaim para penyair dan seniman besar untuk dirinya; bukan pula inspirasi kerasulan para penulis kitab suci; dan bukan intuisi iluminatif para bijak dan orang-orang yang tajam pandangannya. Yang kami maksud dengan Wahyu adalah kalām Allah tentang diri-Nya, ciptaan-Nya, hubungan antara keduanya, serta jalan keselamatan yang disampaikan kepada Nabi dan Rasul pilihan-Nya, bukan dengan suara atau huruf, tetapi mencakup semua yang Dia representasikan dalam kata-kata, lalu disampaikan Nabi kepada umat manusia dalam bentuk linguistik yang baru sifatnya namun tetap dapat dipahami, tanpa tercampur dengan subjektivitas pribadi Nabi maupun imajinasi kognitifnya. Wahyu ini bersifat final, dan bukan hanya meneguhkan kebenaran wahyu-wahyu sebelumnya dalam bentuk aslinya, tetapi juga mencakup substansinya, memisahkan kebenaran dari ciptaan kultural dan rekayasa etnis.
Karena kami menegaskan bahwa al-Qur’ān adalah kalām Allah yang diwahyukan dalam bentuk bahasa Arab yang baru, maka deskripsi tentang Diri-Nya di dalamnya adalah deskripsi tentang Diri-Nya oleh Diri-Nya sendiri dengan kata-kata-Nya menurut bentuk linguistik tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab al-Qur’ān, penafsirannya dalam Sunnah, dan penggunaannya yang autentik dan otoritatif sepanjang zaman menetapkan validitas bahasa itu pada derajat keunggulan dalam melayani untuk menggambarkan realitas dan kebenaran.⁴ Dalam arti ini, berbeda dengan situasi yang berlaku dalam pemikiran modernis dan pascamodernis, kami menegaskan bahwa Islām tidak perlu terlibat berlebihan dalam persoalan semantik bahasa secara umum yang diperdebatkan para filsuf bahasa tentang kecukupan bahasa untuk mendekati atau berkorespondensi dengan realitas sejati. Konsepsi tentang hakikat Tuhan yang diturunkan dari Wahyu juga ditegakkan di atas fondasi akal dan intuisi, dan dalam beberapa kasus atas intuisi empiris, sebagai hasil dari
id) oleh admin pada 20 September 2025 - 09:09:47.Wahyu. Yang kami maksud dengan Wahyu bukanlah penglihatan mendadak yang diklaim para penyair dan seniman besar untuk dirinya; bukan pula inspirasi kerasulan para penulis kitab suci; dan bukan intuisi iluminatif para bijak dan orang-orang yang tajam pandangannya. Yang kami maksud dengan Wahyu adalah kalām Allah tentang diri-Nya, ciptaan-Nya, hubungan antara keduanya, serta jalan keselamatan yang disampaikan kepada Nabi dan Rasul pilihan-Nya, bukan dengan suara atau huruf, tetapi mencakup semua yang Dia representasikan dalam kata-kata, lalu disampaikan Nabi kepada umat manusia dalam bentuk linguistik yang baru sifatnya namun tetap dapat dipahami, tanpa tercampur dengan subjektivitas pribadi Nabi maupun imajinasi kognitifnya. Wahyu ini bersifat final, dan bukan hanya meneguhkan kebenaran wahyu-wahyu sebelumnya dalam bentuk aslinya, tetapi juga mencakup substansinya, memisahkan kebenaran dari ciptaan kultural dan rekayasa etnis.
Karena kami menegaskan bahwa al-Qur’ān adalah kalām Allah yang diwahyukan dalam bentuk bahasa Arab yang baru, maka deskripsi tentang Diri-Nya di dalamnya adalah deskripsi tentang Diri-Nya oleh Diri-Nya sendiri dengan kata-kata-Nya menurut bentuk linguistik tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab al-Qur’ān, penafsirannya dalam Sunnah, dan penggunaannya yang autentik dan otoritatif sepanjang zaman menetapkan validitas bahasa itu pada derajat keunggulan dalam melayani untuk menggambarkan realitas dan kebenaran.⁴ Dalam arti ini, berbeda dengan situasi yang berlaku dalam pemikiran modernis dan pascamodernis, kami menegaskan bahwa Islām tidak perlu terlibat berlebihan dalam persoalan semantik bahasa secara umum yang diperdebatkan para filsuf bahasa tentang kecukupan bahasa untuk mendekati atau berkorespondensi dengan realitas sejati. Konsepsi tentang hakikat Tuhan yang diturunkan dari Wahyu juga ditegakkan di atas fondasi akal dan intuisi, dan dalam beberapa kasus atas intuisi empiris, sebagai hasil dari
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #10 | 20 Sep 2025, 09:09:47 | id | admin | Tervalidasi | — |
Wahyu. Yang kami maksud dengan Wahyu bukanlah penglihatan mendadak yang diklaim para penyair dan seniman besar untuk dirinya; bukan pula inspirasi kerasulan para penulis kitab suci; dan bukan intuisi iluminatif para bijak dan orang-orang yang tajam pandangannya. Yang kami maksud dengan Wahyu adalah kalām Allah tentang diri-Nya, ciptaan-Nya, hubungan antara keduanya, serta jalan keselamatan yang disampaikan kepada Nabi dan Rasul pilihan-Nya, bukan dengan suara atau huruf, tetapi mencakup semua yang Dia representasikan dalam kata-kata, lalu disampaikan Nabi kepada umat manusia dalam bentuk linguistik yang baru sifatnya namun tetap dapat dipahami, tanpa tercampur dengan subjektivitas pribadi Nabi maupun imajinasi kognitifnya. Wahyu ini bersifat final, dan bukan hanya meneguhkan kebenaran wahyu-wahyu sebelumnya dalam bentuk aslinya, tetapi juga mencakup substansinya, memisahkan kebenaran dari ciptaan kultural dan rekayasa etnis. Karena kami menegaskan bahwa al-Qur’ān adalah kalām Allah yang diwahyukan dalam bentuk bahasa Arab yang baru, maka deskripsi tentang Diri-Nya di dalamnya adalah deskripsi tentang Diri-Nya oleh Diri-Nya sendiri dengan kata-kata-Nya menurut bentuk linguistik tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab al-Qur’ān, penafsirannya dalam Sunnah, dan penggunaannya yang autentik dan otoritatif sepanjang zaman menetapkan validitas bahasa itu pada derajat keunggulan dalam melayani untuk menggambarkan realitas dan kebenaran.⁴ Dalam arti ini, berbeda dengan situasi yang berlaku dalam pemikiran modernis dan pascamodernis, kami menegaskan bahwa Islām tidak perlu terlibat berlebihan dalam persoalan semantik bahasa secara umum yang diperdebatkan para filsuf bahasa tentang kecukupan bahasa untuk mendekati atau berkorespondensi dengan realitas sejati. Konsepsi tentang hakikat Tuhan yang diturunkan dari Wahyu juga ditegakkan di atas fondasi akal dan intuisi, dan dalam beberapa kasus atas intuisi empiris, sebagai hasil dari Catatan Kaki
| |||||