Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Dan firman Allah: “Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia, dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al-‘Ankabut: 43)
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali perumpamaan.
Sebagian salaf berkata: “Jika aku mendengar perumpamaan dalam Al-Qur’an tetapi tidak memahaminya, aku menangisi diriku sendiri, karena Allah berfirman: ‘Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia, dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.’”
Mujahid berkata tentang firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih dari itu,” maksudnya: perumpamaan-perumpamaan, baik yang kecil maupun besar, orang-orang mukmin beriman dengannya dan mengetahui bahwa itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah memberikan petunjuk kepada mereka melalui perumpamaan itu.
Qatadah berkata: “Adapun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka,” artinya mereka mengetahui bahwa itu adalah kalam (firman) Ar-Rahman dan bahwa itu datang dari sisi Allah.
Riwayat senada juga diriwayatkan dari Mujahid, al-Hasan, dan ar-Rabi‘ bin Anas.
Abu al-‘Aliyah berkata: “Adapun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka,” maksudnya: mereka memahami perumpamaan tersebut.
Sedangkan firman Allah: “Adapun orang-orang kafir berkata: Apa maksud Allah menjadikan ini sebagai perumpamaan?” mirip dengan firman Allah dalam Surah al-Muddatsir: “Dan Kami tidak menjadikan penjaga neraka itu melainkan dari kalangan malaikat, dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka melainkan sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi Kitab menjadi yakin, dan agar orang-orang yang beriman bertambah imannya, dan agar tidak ada keraguan bagi orang-orang yang diberi Kitab dan orang-orang mukmin. Dan agar orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata: Apa maksud Allah menjadikan ini sebagai perumpamaan?” (Al-Muddatsir: 31)
Demikian pula firman Allah dalam ayat yang sedang kita bahas: “Dengan perumpamaan itu Allah menyesatkan banyak orang dan memberi petunjuk kepada banyak orang. Dan tidak ada yang disesatkan-Nya kecuali orang-orang fasik.”
As-Suddi dalam tafsirnya dari Abu Malik dan Abu Shalih dari Ibnu ‘Abbas, dan dari Murrah dari Ibnu Mas‘ud, serta dari sekelompok sahabat berkata: “Allah menyesatkan dengan perumpamaan itu banyak orang,” maksudnya adalah orang-orang munafik. “Dan memberi petunjuk dengannya kepada banyak orang,” maksudnya adalah orang-orang mukmin. Maka Allah menambah kesesatan bagi orang-orang munafik di atas kesesatan mereka karena pendustaan mereka terhadap sesuatu yang mereka tahu benar bahwa itu adalah kebenaran dan sesuai dengan kenyataan perumpamaan yang diberikan Allah kepada mereka—itulah bentuk kesesatan yang Allah timpakan kepada mereka melalui perumpamaan itu.
Adapun Allah memberi petunjuk melalui perumpamaan tersebut kepada banyak orang dari kalangan orang beriman dan pembenar, maka Allah menambahkan hidayah di atas hidayah mereka dan keimanan di atas keimanan mereka karena mereka membenarkan perumpamaan yang mereka ketahui dengan pasti bahwa itu sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Allah, dan mereka menerimanya. Inilah bentuk hidayah dari Allah kepada mereka melalui perumpamaan itu.
Adapun firman Allah: “Dan tidaklah Dia menyesatkan dengannya kecuali orang-orang fasik,” as-Suddi berkata: mereka adalah orang-orang munafik.
Abu al-‘Aliyah juga berkata: mereka adalah orang-orang munafik. Demikian pula pendapat ar-Rabi‘ bin Anas.
Ibnu Juraij meriwayatkan dari Mujahid dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: “Dan tidaklah Dia menyesatkan dengannya kecuali orang-orang fasik,” maksudnya: orang-orang kafir mengetahuinya, namun mereka mengingkarinya.
Qatadah berkata: “Dan tidaklah Dia menyesatkan dengannya kecuali orang-orang fasik,” mereka telah berbuat kefasikan, maka Allah menyesatkan mereka karena kefasikan mereka.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ayahnya, dari Ishaq bin Sulaiman, dari Abu Sinan, dari ‘Amr bin Murrah, dari Mush‘ab bin Sa‘d, dari Sa‘d: “Allah menyesatkan dengan perumpamaan itu banyak orang,” maksudnya adalah kaum Khawarij.
Dan dari Syu‘bah dari ‘Amr bin Murrah, dari Mush‘ab bin Sa‘d, ia berkata: Aku bertanya kepada ayahku tentang firman Allah: “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah diteguhkan dan memutuskan apa yang Allah perintahkan untuk disambung...” hingga akhir ayat. Maka ia menjawab: “Mereka adalah kaum Haruriyah (Khawarij).”
Dan meskipun sanad ini sahih dari Sa‘d bin Abi Waqqash ra., tetapi ini adalah tafsir maknawi, bukan bahwa ayat tersebut secara khusus dimaksudkan untuk menyebut Khawarij yang memberontak kepada ‘Ali di Nahrawan.