Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat.
Al-Ḥasan bin ‘Alī radhiyallāhu ‘anhumā pernah mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada Mu‘āwiyah, namun itu karena suatu alasan yang sah, dan beliau pun dipuji karenanya.
Adapun mengangkat dua imam (khalifah) atau lebih secara bersamaan di muka bumi, maka hal itu tidak diperbolehkan, berdasarkan sabda Nabi ﷺ:
"Barang siapa datang kepada kalian sementara kalian telah sepakat di bawah satu pemimpin dan ia ingin memecah persatuan kalian, maka bunuhlah dia, siapa pun dia."
Ini adalah pendapat mayoritas ulama (jumhūr). Bahkan Imām al-Ḥaramayn menyatakan bahwa telah terjadi ijma‘ (kesepakatan) tentang larangan ini.
Namun, golongan al-Karrāmiyyah membolehkan adanya dua atau lebih imam, sebagaimana ketika ‘Alī dan Mu‘āwiyah dianggap sebagai dua imam yang sama-sama wajib ditaati. Mereka beralasan bahwa jika pengutusan dua nabi dalam waktu bersamaan diperbolehkan, maka begitu pula dalam kepemimpinan, padahal kenabian adalah kedudukan yang lebih tinggi tanpa ada perbedaan pendapat.
Imām al-Ḥaramayn menukil dari al-Ustāż Abū Isḥāq yang memperbolehkan adanya dua atau lebih imam jika jarak wilayah sangat berjauhan dan daerah kekuasaan sangat luas. Namun, Imām al-Ḥaramayn sendiri masih ragu akan pendapat ini.
Saya katakan (yakni penulis Tafsir, Ibnu Katsīr): Ini mirip dengan keadaan para khalifah:
Banī al-‘Abbās di Irak,
Fāṭimiyyīn di Mesir,
dan Umawiyyīn di wilayah Maghrib (Maroko dan sekitarnya).
Masalah ini akan dibahas lebih rinci pada kitab al-Aḥkām, insya Allah Ta‘ālā.
Surat al-Baqarah (2) : Ayat 31–33
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat benda-benda itu, lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar!”
32. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
33. Dia berfirman: “Wahai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah dia menyebutkan nama-nama benda itu kepada mereka, Allah berfirman: “Bukankah sudah Aku katakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu tampakkan dan apa yang kamu sembunyikan?”
Bagian ini menunjukkan kedudukan istimewa Adam ‘alaihissalām dibanding para malaikat, karena Allah memberinya pengetahuan akan nama-nama segala sesuatu, suatu pengetahuan yang tidak diberikan kepada para malaikat.
Penyebutan bagian ini mendahului kisah sujud malaikat kepada Adam untuk menjelaskan alasan di balik keutamaannya, dan menjawab pertanyaan para malaikat sebelumnya tentang hikmah penciptaan makhluk baru. Allah hendak menampakkan kepada mereka bahwa Dia mengetahui apa yang mereka tidak ketahui.
Allah berfirman: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya.”
As-Suddī meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās:
“Allah mengajarkan kepadanya nama-nama anak keturunannya satu per satu, dan juga nama-nama hewan: dikatakan padanya, ‘Ini keledai, ini unta, ini kuda...’”
Adapun adh-Dhahḥāk dari Ibnu ‘Abbās berkata:
“Yang dimaksud adalah nama-nama yang dipakai manusia untuk saling mengenal, seperti: manusia, hewan, langit, bumi, daratan, lautan, kuda, keledai, dan semacamnya dari berbagai bangsa dan makhluk lainnya.”