Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Ar-Razi berkata: Ketahuilah bahwa dalam ayat ini terdapat ancaman yang sangat besar terhadap semua bentuk maksiat, dari beberapa sisi.
Pertama, bahwa siapa yang membayangkan apa yang terjadi kepada Nabi Adam akibat terpeleset dalam dosa kecil ini, maka ia akan merasa sangat takut terhadap maksiat.
Sebagaimana dikatakan oleh penyair:
Wahai orang yang memandang dengan mata orang yang tertidur
Menyaksikan perkara namun seakan-akan tidak menyaksikan
Engkau terus melakukan dosa demi dosa, namun mengharapkan
Derajat surga dan keberuntungan para ahli ibadah
Apakah engkau lupa akan Tuhanmu yang telah mengeluarkan Adam
Dari surga ke dunia hanya karena satu dosa?
Ibnu Al-Qasim juga berkata:
Akan tetapi kami adalah tawanan musuh,
Adakah engkau melihat kami dapat kembali ke negeri asal kami dengan selamat?
Ar-Razi meriwayatkan dari Fath Al-Mawsili bahwa ia berkata:
“Kami dahulu adalah kaum dari penghuni surga, namun Iblis menawan kami ke dunia, maka tidak ada bagi kami kecuali kesedihan dan kegundahan hingga kami dikembalikan ke negeri asal yang darinya kami dikeluarkan.”
Apabila dikatakan: Jika surga yang Adam dikeluarkan darinya itu berada di langit—sebagaimana pendapat mayoritas ulama—lalu bagaimana mungkin Iblis dapat masuk ke dalam surga padahal ia telah diusir darinya dengan pengusiran qadarī, dan keputusan qadar tidak dapat dilawan atau dihalangi?
Maka jawabannya: Justru ini dijadikan dalil oleh sebagian orang yang mengatakan bahwa surga tempat Adam berada adalah di bumi, bukan di langit.
Sebagaimana kami telah uraikan hal ini dalam kitab Al-Bidāyah wan-Nihāyah.
Adapun mayoritas ulama menjawab pertanyaan ini dengan beberapa jawaban:
Pertama, bahwa Iblis dilarang masuk ke surga dengan kehormatan, adapun masuk secara sembunyi-sembunyi atau dengan kehinaan, maka itu tidak mustahil.
Karena itu sebagian mereka berkata: sebagaimana disebut dalam Taurat, bahwa Iblis masuk ke surga melalui mulut ular.
Sebagian lainnya berkata: Bisa jadi Iblis membisikkan waswas kepada keduanya dari luar pintu surga.
Sebagian lainnya berkata: Bisa jadi ia membisikkan waswas dari bumi sementara keduanya berada di langit.
Hal ini disebutkan oleh Az-Zamakhsyari dan yang lainnya.
Al-Qurthubi menyebutkan di sini hadis-hadis tentang ular dan hukum membunuhnya, dan ia telah menyampaikan dengan sangat baik dan bermanfaat.
Surat Al-Baqarah (2): Ayat 37
"Lalu Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."
Dikatakan bahwa kalimat-kalimat itu ditafsirkan dengan firman Allah Ta‘ala:
"Keduanya berkata: 'Wahai Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.'" (Al-A‘raf: 23)
Riwayat ini dinukil dari Mujahid, Sa‘id bin Jubair, Abu Al-‘Āliyah, Ar-Rabi‘ bin Anas, Al-Hasan, Qatadah, Muhammad bin Ka‘b Al-Qurazhi, Khalid bin Ma‘dan, ‘Aṭā’ Al-Khurasāni, dan ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam.
Abu Ishaq As-Sabi‘i meriwayatkan dari seseorang dari Bani Tamim, ia berkata:
Aku mendatangi Ibnu ‘Abbas dan bertanya kepadanya, “Apa kalimat-kalimat yang diterima Adam dari Tuhannya?”
Ia menjawab: “Yaitu Allah mengajarkannya tentang ibadah haji.”
Sufyan Ats-Tsauri meriwayatkan dari ‘Abdul ‘Aziz bin Rufa‘i, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku seseorang yang mendengar ‘Ubaid bin ‘Umair—dan dalam riwayat lain disebut: Telah mengabarkan kepadaku Mujahid dari ‘Ubaid bin ‘Umair—