Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Biografi Ibnu Katsir
Beliau adalah Imam al-Hafizh Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir bin Dla’u bin Katsir bin Dira’ al-Qurasyi dari Bani Hashilah. Ia lahir pada tahun 701 H, sebagaimana ia sendiri sebutkan dalam al-Bidayah wa an-Nihayah1, di desa Majdal yang termasuk wilayah Bushra. Nama desa tersebut juga disebut dalam al-Bidayah wa an-Nihayah2:
“Majidil”, kemungkinan terjadi kesalahan penyalinan. Ayahnya, sang khatib Syihabuddin, wafat di desa al-Majdal pada tahun 703 H, sebagaimana penulis sebutkan dalam al-Bidayah wa an-Nihayah dalam biografi panjang tentang ayahnya3.
Setelah wafatnya ayahnya, Imam Ibnu Katsir tumbuh dalam asuhan kakaknya yang lebih tua, tentang siapa ia berkata: “Ia adalah saudara kami, penuh kasih sayang, ramah, dan penyayang”4.
Abad kedelapan Hijriyah menyaksikan peristiwa-peristiwa besar di bawah kekuasaan Dinasti Mamluk, berupa serangan bangsa Tatar, berbagai bencana kelaparan yang berulang, dan wabah penyakit yang merenggut jutaan nyawa manusia. Juga terjadi peperangan melawan pasukan salib serta banyaknya konspirasi dan fitnah di antara para amir dan menteri.
Namun demikian, pada masa itu juga berkembang aktivitas keilmuan yang menonjol, yang terlihat dari banyaknya madrasah serta banyaknya karya tulis, khususnya karya-karya ensiklopedis.
Guru-gurunya:
Imam Ibnu Katsir belajar kepada ratusan guru. Di antara mereka: al-Qasim bin Muhammad al-Barzalī, sejarawan Syam (w. 739 H), Syaikh Yusuf bin Abdurrahman al-Mizzi (w. 744 H), al-Hafizh Ibnu al-Qalānisi (w. 729 H), Ibrahim bin Abdurrahman al-Fazārī (w. 729 H), Najmuddin Ibnu al-‘Asqalānī, Ibnu asy-Syuhnah Syihabuddin al-Hajjār (w. 730 H), Kamaluddin Ibnu Qadhi Syuhbah, Syaikh Najmuddin Musa bin Ali bin Muhammad al-Jīlī kemudian ad-Dimasyqi yang dikenal dengan Ibnu al-Bashīsh (w. 716 H), al-Hafizh Syamsuddin adz-Dzahabī (w. 748 H). Ia juga mengambil ilmu dari al-Qasim Ibnu ‘Asākir, Ibnu asy-Syirāzī, Ishaq al-Amadī, dan banyak yang lainnya.