Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Rabbmu Tabaraka wa Ta'ala mencintai pujian."
Hadits ini juga diriwayatkan oleh an Nasai dari 'Ali bin Hujr dari Ibn 'Ulayyah dari Yunus bin 'Ubayd dari al Hasan dari al Aswad bin Sari' dengan sanad tersebut.
Dan Abu 'Isa al Hafizh at Tirmidzi, an Nasai, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadits Musa bin Ibrahim bin Katsir, dari Talhah bin Khirash, dari Jabir bin 'Abdillah, beliau berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sebaik-baik dzikir adalah 'La ilaha illallah', dan sebaik-baik doa adalah 'al hamdu lillah'."
At Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan gharib.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidaklah Allah memberikan nikmat kepada seorang hamba, lalu hamba itu berkata: 'al hamdu lillah', kecuali apa yang ia ucapkan itu lebih utama daripada nikmat yang ia terima."
Al Qurtubi berkata dalam tafsirnya, dan disebutkan juga dalam Nawadir al Ushul dari Anas, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Seandainya dunia seluruhnya berada di tangan seorang laki-laki dari umatku, kemudian ia mengucapkan 'al hamdu lillah', niscaya ucapan 'al hamdu lillah' itu lebih utama daripada semua itu."
Al Qurtubi dan selainnya mengatakan:
Artinya, diilhamkannya kepada seorang hamba untuk mengucapkan 'al hamdu lillah' adalah nikmat yang lebih besar atas dirinya dibandingkan seluruh nikmat dunia, karena pahala dari ucapan 'al hamdu lillah' tidak akan lenyap, sedangkan kenikmatan dunia tidak akan kekal.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh lebih baik di sisi Rabbmu dalam hal pahala dan lebih baik untuk menjadi harapan." (al Kahfi: 46)
Dan dalam Sunan Ibnu Majah, dari Ibnu 'Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya ada seorang hamba dari hamba-hamba Allah yang berkata: 'Ya Rabbku, bagi-Mu segala puji sebagaimana layaknya keagungan Wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.'"
Maka dua malaikat kebingungan, mereka tidak tahu bagaimana menulisnya.
Maka keduanya naik ke langit dan berkata:
"Wahai Rabb kami, sesungguhnya ada seorang hamba yang mengucapkan suatu ucapan yang kami tidak tahu bagaimana menulisnya."
Allah, yang lebih mengetahui apa yang diucapkan oleh hamba-Nya, berfirman:
"Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?"
Mereka menjawab:
"Ya Rabb, ia berkata: 'Bagi-Mu segala puji sebagaimana layaknya keagungan Wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.'
Maka Allah berfirman kepada mereka:
"Tulislah sebagaimana yang diucapkan oleh hamba-Ku, sampai ia menemui-Ku, lalu Aku akan memberikan balasan kepadanya atas itu."
Al Qurtubi menyebutkan dari sekelompok ulama bahwa mereka berkata:
Ucapan seorang hamba "al hamdu lillahi Rabbil 'alamin" lebih utama daripada ucapan "la ilaha illallah",
karena "al hamdu lillahi Rabbil 'alamin" mengandung tauhid sekaligus pujian.
Sedangkan kelompok lain mengatakan:
"La ilaha illallah" lebih utama, karena kalimat itu membedakan antara iman dan kufur, dan manusia diperangi (dalam jihad) sampai mereka mengucapkan "la ilaha illallah", sebagaimana telah tetap dalam hadits yang muttafaqun 'alaih.
Dan dalam hadits lain:
"Sebaik-baik yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah: 'La ilaha illallah, wahdahu la syarika lahu.'
Telah disebutkan sebelumnya dari Jabir secara marfu':
"Sebaik-baik dzikir adalah 'la ilaha illallah' dan sebaik-baik doa adalah 'al hamdu lillah'."
At Tirmidzi juga telah menghasankannya.
Adapun huruf alif lam dalam kata "al hamdu" adalah untuk mencakup seluruh macam-macam pujian dan berbagai bentuknya hanya untuk Allah Ta'ala,
sebagaimana datang dalam hadits:
"Ya Allah, bagi-Mu segala pujian seluruhnya, dan bagi-Mu segala kerajaan seluruhnya, dan di tangan-Mu semua kebaikan seluruhnya, dan kepada-Mu semua urusan seluruhnya dikembalikan."
Tafsir firman Allah ﴿رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾
Ar Rabb (Rabb) adalah Pemilik yang mengatur.
Dalam bahasa Arab, istilah Rabb digunakan untuk makna "tuan" (sayyid) dan juga untuk "yang mengatur dan memperbaiki", dan semua itu benar jika dinisbatkan kepada Allah.
Akan tetapi, kata ar Rabb tidak digunakan untuk selain Allah kecuali dengan tambahan (idhafah), seperti dikatakan: "rabbud dar" (tuan rumah), "rabb kadza" (pemilik sesuatu).
Adapun jika disebut ar Rabb tanpa tambahan, maka itu hanya digunakan untuk Allah 'Azza wa Jalla.
Dan telah dikatakan bahwa ar Rabb adalah al Ism al A'zham (Nama Allah yang Agung).
Sedangkan al 'alamin adalah jamak dari 'alam.