Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Surah al Fatihah
Ayat 5
Dan sesungguhnya al Malik (Raja) yang hakiki adalah Allah 'Azza wa Jalla.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dia-lah Allah yang tidak ada sesembahan selain Dia, al Malik, al Quddus, as Salam." (al Hasyr: 23)
Dalam Shahihain (Shahih al Bukhari dan Shahih Muslim) dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu secara marfu':
"Nama yang paling rendah di sisi Allah adalah seorang laki-laki yang menamai dirinya dengan 'Malik al Amlak' (Raja segala raja), padahal tidak ada malik (raja) kecuali Allah."
Dalam keduanya (Shahihain) juga diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
"Allah menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia berfirman:
'Aku adalah al Malik (Raja),
di manakah raja-raja bumi?
Di manakah orang-orang yang sombong?
Di manakah orang-orang yang congkak?'"
Dan dalam al Qur'an al 'Azim disebutkan:
"Milik siapakah kerajaan pada hari ini? Milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (Ghafir: 16)
Adapun penamaan selain Allah di dunia dengan sebutan Malik adalah hanya dalam makna majazi (kiasan), sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja bagi kalian." (al Baqarah: 247)
Dan firman-Nya:
"Di belakang mereka ada seorang raja." (al Kahfi: 79)
Dan firman-Nya:
"Dia menjadikan di antara kalian para nabi dan menjadikan kalian raja-raja." (al Maidah: 20)
Dan dalam Shahihain:
"Seperti para raja di atas ranjang-ranjang mereka."
Dan ad din (الدِّينُ) bermakna balasan dan perhitungan, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Pada hari itu Allah akan menyempurnakan balasan mereka yang sebenarnya." (an Nur: 25)
Dan firman-Nya:
"Apakah sesungguhnya kita benar-benar akan diberi balasan?" (ash Shaffat: 53)
Artinya: akan diberi balasan dan diperhitungkan.
Dalam hadits:
"Orang cerdas adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian."
Yakni, ia menghisab dirinya, sebagaimana perkataan 'Umar radhiyallahu 'anhu:
"Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk menghadapi al 'ardh al akbar (penampakan amal di hadapan Allah) di mana tidak ada sesuatu pun dari amal kalian yang tersembunyi."
Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Pada hari itu kalian akan dihadapkan (kepada Rabb kalian), tidak ada satu pun dari amal kalian yang tersembunyi." (al Haqqah: 18)
Surah al Fatihah (1) : Ayat 5
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)
Para qari' yang tujuh dan mayoritas ulama qira'ah membaca "iyyaka" (إِيَّاكَ) dengan tasydid (penekanan) pada huruf ya'.
'Amru bin Fa'id membaca dengan takhfif (tanpa tasydid) pada ya' dan dengan kasrah pada hamzah — namun ini adalah bacaan syadz (menyimpang) dan tertolak,
karena "iyya" berarti "cahaya matahari."
Sebagian qari' membaca "ayyaka" (أَيَّاكَ) dengan fathah pada hamzah dan tasydid pada ya'.
Sebagian lagi membaca "hayyaka" (هَيَّاكَ) dengan mengganti hamzah menjadi ha',
sebagaimana dalam syair:
(Bahr Thawil)
"Fahayyaku al amra alladzi in tawassa'at ... mawariduhu dhaqat 'alayka mashadiruhu"
"Maka aku serukan kepadamu urusan itu,
yang bila jalannya lapang, namun sumbernya menyempit untukmu."
Adapun kata "nasta'in" (نستعين), seluruh qari' membacanya dengan fathah pada huruf nun di awal, kecuali Yahya bin Waththab dan al A'masy,
keduanya membacanya dengan kasrah pada nun, dan ini adalah bahasa Bani Asad, Rabi'ah, dan Bani Tamim.
Adapun al 'ibadah (العبادة) dalam bahasa berarti "ketaatan yang penuh dengan kehinaan,"
seperti dikatakan:
"thariqun mu'abbad" (jalan yang diaspal / dilembutkan),
dan "ba'irun mu'abbad" (unta yang tunduk / ditundukkan).
Sedangkan dalam istilah syariat, al 'ibadah adalah istilah untuk segala sesuatu yang menggabungkan kesempurnaan cinta, ketundukan, dan rasa takut.
Dahulunya disebutkan objek (maf'ul) yaitu iyyaka di awal,
dan diulang untuk menunjukkan perhatian besar dan pembatasan (pengkhususan),
yaitu:
"Kami tidak menyembah kecuali Engkau,
dan kami tidak meminta pertolongan kecuali kepada-Mu."
Dan ini adalah kesempurnaan dalam ketaatan.