Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Ibnu Katsir - Detail Buku
Halaman Ke : 46
Jumlah yang dimuat : 4377
« Sebelumnya Halaman 46 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

Seluruh makna ad din (agama) kembali kepada dua makna ini,
dan ini sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf:
"Al Fatihah adalah rahasia al Qur'an, dan rahasia al Fatihah adalah kalimat ini: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ."

Bagian pertama (iyyaka na'budu) merupakan berlepas diri dari kesyirikan,
dan bagian kedua (iyyaka nasta'in) adalah berlepas diri dari kemampuan dan kekuatan (diri sendiri) serta menyerahkan segala urusan kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Makna ini juga terdapat dalam ayat lain dalam al Qur'an,
sebagaimana firman Allah Ta'ala:

"Maka sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan Rabbmu tidak lengah terhadap apa yang kalian kerjakan." (Hud: 123)

dan firman-Nya:

"Katakanlah: Dia-lah ar Rahman, kami beriman kepada-Nya, dan kepada-Nya kami bertawakal." (al Mulk: 29)

serta firman-Nya:

"Rabb timur dan barat, tidak ada sesembahan selain Dia, maka ambillah Dia sebagai wakil (pelindung)." (al Muzzammil: 9)

Demikian pula ayat mulia ini:

"Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in."

Adapun perubahan bentuk kalimat dari ghaybah (pembicaraan tidak langsung: Dia) kepada mukhatabah (pembicaraan langsung: Engkau),
yaitu dengan memakai kaf khitab (kata ganti langsung),
ini sangat sesuai, karena setelah hamba menyanjung Allah, seolah-olah dia menjadi dekat dan hadir di hadapan Allah Ta'ala,
maka karena itu dia mengucapkan:

"Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in."

Di dalamnya juga terdapat dalil bahwa awal surat ini merupakan pemberitahuan dari Allah Ta'ala tentang sanjungan kepada Dzat-Nya yang mulia dengan sifat-sifat-Nya yang indah,
serta bimbingan kepada hamba-hamba-Nya untuk memuji-Nya dengan sanjungan tersebut.

Karena itu, shalat tidak sah bagi orang yang tidak membaca al Fatihah padahal ia mampu,
sebagaimana yang terdapat dalam Shahihain dari 'Ubadah bin ash Shamit bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab."

Dan dalam Shahih Muslim dari hadits al 'Ala' bin 'Abdirrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Allah Ta'ala berfirman: Aku telah membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian.
Setengahnya untuk-Ku dan setengahnya untuk hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta.
Jika hamba mengucapkan: 'Al hamdu lillahi Rabbil 'alamin,' Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah memuji-Ku.'
Jika ia mengucapkan: 'Ar Rahmanir Rahim,' Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.'
Jika ia mengucapkan: 'Maaliki yaumid din,' Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku.'
Jika ia mengucapkan: 'Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in,' Allah berfirman: 'Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta.'
Dan jika ia mengucapkan: 'Ihdinas shirathal mustaqim, shirathalladzina an'amta 'alayhim ghayril maghdubi 'alayhim waladh dhallin,'
Allah berfirman: 'Ini untuk hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta.'

Adh Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma tentang makna:

"Iyyaka na'budu,"
bahwa artinya:

"Kepada-Mu kami mengesakan, kepada-Mu kami takut, dan kepada-Mu kami berharap, wahai Rabb kami, tidak kepada selain-Mu."

Dan makna:

"Iyyaka nasta'in,"
artinya:

"Kami memohon pertolongan kepada-Mu atas ketaatan kepada-Mu dan atas semua urusan kami."

Qatadah berkata:

"Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in,"
adalah perintah Allah agar kalian mengikhlaskan ibadah kepada-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya atas urusan kalian.

Dan diletakkan (disegerakan) "iyyaka na'budu" sebelum "iyyaka nasta'in"
karena ibadah adalah tujuan, sedangkan meminta pertolongan adalah sarana untuk mencapai tujuan itu.
Perhatian dan ketegasan menuntut untuk mendahulukan yang lebih penting, kemudian baru yang lebih rendah, dan Allah lebih mengetahui.

Jika ada yang bertanya:
"Apa makna huruf nun dalam ucapan Allah Ta'ala: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ?
Jika huruf nun itu untuk menunjukkan jamak, padahal yang berdoa itu satu orang,
dan jika untuk ta'zhim (pengagungan), maka itu tidak cocok di maqam (konteks) ini?"

Maka dijawab:
Maksudnya adalah pemberitahuan tentang jenis para hamba.
Sedangkan orang yang shalat, meskipun ia seorang diri, tetaplah ia termasuk dalam kelompok hamba-hamba Allah, apalagi jika ia shalat berjamaah atau menjadi imam.
Maka ia mengabarkan tentang dirinya dan tentang saudara-saudaranya dari kalangan orang-orang beriman tentang ibadah yang mereka diciptakan untuknya,
dan ia bertawassul untuk mereka dengan kebaikan.

Ada pula yang mengatakan:
Boleh jadi huruf nun di sini adalah untuk ta'zhim (pengagungan).


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 46 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi