Al Baqarah merupakan Surah Madaniyah

"Seakan-akan keduanya (Surah al-Baqarah dan Āli ‘Imrān) seperti dua awan atau dua naungan hitam di antara keduanya terdapat cahaya terang. Seakan-akan keduanya adalah dua kelompok burung yang membentangkan sayapnya, yang membela pemiliknya."
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Muslim dari Isḥāq bin Manṣūr dari Yazīd bin ‘Abd Rabbih dengan sanad tersebut.
Dan oleh at-Tirmiżī dari hadis al-Walīd bin ‘Abd ar-Raḥmān al-Jurashī dengan sanad itu juga, dan ia berkata: Hasan Gharib.

Abū ‘Ubayd berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Ḥajjāj dari Ḥammād bin Salamah dari ‘Abd al-Malik bin ‘Umayr — Ḥammād berkata: "Saya kira dari Abī Munīb dari pamannya — bahwa seorang laki-laki membaca Surah al-Baqarah dan Āli ‘Imrān. Maka setelah ia selesai dari shalatnya, K‘ab berkata kepadanya:

"Apakah engkau membaca al-Baqarah dan Āli ‘Imrān?"

Ia menjawab: "Ya."

K‘ab berkata: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya di dalam keduanya terdapat nama Allah yang apabila Dia diseru dengannya, niscaya Dia akan mengabulkan."

Laki-laki itu berkata: "Beritahukan kepadaku."

K‘ab berkata: "Demi Allah, aku tidak akan memberitahumu. Seandainya aku memberitahumu, niscaya kamu akan menyerunya dengan suatu doa yang akan membinasakan aku dan engkau."

Telah meriwayatkan kepada kami ‘Abdullāh bin Ṣāliḥ dari Mu‘āwiyah bin Ṣāliḥ dari Salīm bin ‘Āmir bahwa ia mendengar Abū Umāmah berkata:

"Sesungguhnya ada seorang saudara kalian diperlihatkan dalam mimpi bahwa manusia sedang menelusuri celah gunung yang curam dan panjang, dan di puncak gunung itu terdapat dua pohon hijau yang menyeru: ‘Adakah di antara kalian yang membaca Surah al-Baqarah? Adakah di antara kalian yang membaca Surah Āli ‘Imrān?’

Maka apabila ada seseorang yang menjawab ‘Ya’, keduanya mendekatkan diri dengan tandannya hingga orang itu menggantungkan diri pada keduanya, lalu keduanya membawanya melintasi gunung itu."_

Telah meriwayatkan kepada kami ‘Abdullāh bin Ṣāliḥ dari Mu‘āwiyah bin Ṣāliḥ dari Abī ‘Imrān, bahwa ia mendengar Umm ad-Dardā’ berkata:

"Sesungguhnya ada seorang laki-laki dari para penghafal Al-Qur’an yang menyerang tetangganya dan membunuhnya. Maka ia pun dihukum qishash dan dibunuh. Maka tidaklah Al-Qur’an berhenti mengalir darinya surah demi surah hingga yang tersisa hanyalah al-Baqarah dan Āli ‘Imrān selama satu pekan. Kemudian Āli ‘Imrān pun terlepas darinya, dan al-Baqarah tetap tinggal selama satu pekan.

Lalu dikatakan kepadanya: ‘Tidak akan diubah keputusan-Ku, dan Aku bukanlah orang yang menzalimi hamba-hamba-Ku.’_

Maka al-Baqarah pun keluar darinya seperti awan yang besar.”_

Abū ‘Ubayd berkata: “Saya mengira maksudnya adalah bahwa keduanya (al-Baqarah dan Āli ‘Imrān) bersamanya di dalam kuburnya, membelanya dan menghiburnya, dan keduanya merupakan bagian terakhir yang tersisa dari Al-Qur’an bersamanya.”

Ia juga berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Abū Mus-hir al-Ghassānī dari Sa‘īd bin ‘Abd al-‘Azīz at-Tanūkhī bahwa Yazīd bin al-Aswad al-Jurashī biasa bercerita bahwa:

"Barangsiapa membaca al-Baqarah dan Āli ‘Imrān pada siang hari, maka ia terbebas dari kemunafikan sampai sore hari. Dan barangsiapa membacanya pada malam hari, maka ia terbebas dari kemunafikan sampai pagi hari."

Ia berkata: "Maka ia biasa membacanya setiap hari dan malam di luar bagian (hafalan)nya yang lain."

Telah meriwayatkan kepada kami Yazīd dari Warqā’ bin Iyās dari Sa‘īd bin Jubayr, ia berkata: ‘Umar bin al-Khaṭṭāb ra. berkata:

"Barangsiapa membaca al-Baqarah dan Āli ‘Imrān pada malam hari, maka ia termasuk orang-orang yang tunduk (qanitīn) — atau tercatat termasuk mereka."
Dalam sanad ini terdapat keterputusan (inqithā‘), tetapi telah tetap dalam Ṣaḥīḥayn bahwa Rasulullah ﷺ membaca kedua surah tersebut dalam satu rakaat.

Penyebutan tentang keutamaan as-Sab‘ ath-Thiwāl (tujuh surah panjang)

Abū ‘Ubayd berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Hishām bin Ismā‘īl ad-Dimasyqī dari Muḥammad bin Shu‘ayb dari Sa‘īd bin Bashīr dari Qatādah dari Abī al-Malīḥ dari Wāthilah bin al-Asqa‘ dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:

"Aku telah diberi as-Sab‘ ath-Thiwāl sebagai ganti dari Taurāt, dan aku diberi al-Mi’īn sebagai ganti dari Injīl, dan aku diberi al-Matsānī sebagai ganti dari Zabūr, dan aku diutamakan dengan al-Mufaṣṣal."

Ini adalah hadis yang gharīb