Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidak menambah kepada orang-orang zalim kecuali kerugian.” (al-Isrā’: 82)
...dan ayat-ayat lain semisalnya yang menunjukkan bahwa manfaat dari Al-Qur’an dikhususkan bagi orang-orang yang beriman, karena pada hakikatnya Al-Qur’an itu sendiri adalah petunjuk, namun tidak akan sampai kepadanya kecuali orang-orang yang baik (al-abrār), sebagaimana firman Allah Ta‘ālā:
“Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian, dan penyembuh bagi apa yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yūnus: 57)
Diriwayatkan dari as-Suddī dari Abū Mālik, dan dari Abū Ṣāliḥ dari Ibnu ‘Abbās, dari Murrah al-Hamdānī dari Ibnu Mas‘ūd, dan dari beberapa sahabat Nabi ﷺ, bahwa:
“Hudan lil-muttaqīn” berarti: cahaya bagi orang-orang bertakwa.
Abū Rauwq dari aḍ-Ḍaḥḥāk, dari Ibnu ‘Abbās berkata:
“Hudan lil-muttaqīn” maksudnya: orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang menjaga diri dari kesyirikan terhadap-Ku dan melaksanakan ketaatan kepada-Ku.
Muḥammad bin Isḥāq dari Muḥammad bin Abī Muḥammad, maula Zayd bin Thābit, dari ‘Ikrimah atau Sa‘īd bin Jubayr, dari Ibnu ‘Abbās, berkata:
“Lilmutaqqīn”: yaitu orang-orang yang takut terhadap hukuman Allah karena meninggalkan petunjuk yang telah mereka ketahui, dan mereka mengharap rahmat-Nya dalam membenarkan apa yang telah dibawa oleh Nabi ﷺ.
Sufyān ats-Tsaurī meriwayatkan dari seseorang dari al-Ḥasan al-Baṣrī bahwa:
“Lilmutaqqīn” adalah orang-orang yang menjauhi apa yang Allah haramkan atas mereka dan menunaikan apa yang diwajibkan atas mereka.
Abū Bakr bin ‘Ayyāsy berkata:
“Al-A‘mash bertanya kepadaku tentang makna ‘al-muttaqīn’. Maka aku menjawabnya. Lalu ia berkata: ‘Tanyakanlah tentang itu kepada al-Kalbī.’ Maka aku bertanya kepadanya, dan dia menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar.’ Lalu aku kembali kepada al-A‘mash dan dia berkata: ‘Dia menganggap itu benar dan tidak mengingkarinya.’”
Qatādah berkata:
“Lilmutaqqīn”: yaitu orang-orang yang telah Allah sebutkan sifat-sifat mereka dalam firman-Nya:
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan salat...” (dan ayat-ayat berikutnya).
Ibnu Jarīr memilih pendapat bahwa ayat ini mencakup semua makna yang disebutkan, dan itulah yang benar, sebagaimana ia katakan.
Telah diriwayatkan oleh at-Tirmidzī dan Ibnu Mājah dari riwayat Abū ‘Aqīl dari ‘Abdullāh bin Yazīd, dari Rabī‘ah bin Yazīd dan ‘Aṭiyyah bin Qays, dari ‘Aṭiyyah as-Sa‘dī, ia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang hamba mencapai derajat takwa sampai ia meninggalkan sesuatu yang tidak berdosa karena khawatir terjerumus kepada sesuatu yang berdosa.”
Kemudian at-Tirmidzī berkata: “Hadis ini hasan gharib.”
Ibnu Abī Ḥātim berkata:
Telah menceritakan kepada kami ayahku, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullāh bin ‘Imrān, dari Isḥāq bin Sulaimān (yakni ar-Rāzī), dari al-Mughīrah bin Muslim, dari Maymūn Abī Ḥamzah, ia berkata:
“Aku duduk di sisi Abū Wā’il, lalu datang seorang lelaki bernama Abū ‘Afīf dari kalangan sahabat Mu‘ādz. Maka Shaqīq bin Salamah berkata kepadanya: ‘Wahai Abā ‘Afīf, maukah engkau menceritakan kepada kami tentang Mu‘ādz bin Jabal?’ Ia menjawab: ‘Tentu. Aku mendengarnya berkata:
“Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat di satu dataran (baqī‘), lalu seorang penyeru berseru:
‘Dimana orang-orang yang bertakwa?’
Maka mereka pun berdiri dalam naungan kasih sayang dari Ar-Raḥmān. Allah tidak menutupi diri-Nya dari mereka dan tidak bersembunyi.”’_
Aku bertanya:
“Siapakah orang-orang yang bertakwa itu?”
Ia menjawab:
“Mereka adalah orang-orang yang menjauhi kesyirikan dan penyembahan berhala, serta memurnikan ibadah hanya untuk Allah. Maka mereka melintasi dan masuk ke dalam surga.”
Kata “hudā” (petunjuk) juga digunakan untuk menunjuk kepada sesuatu yang menetap di dalam hati berupa iman, dan tidak ada seorang pun yang dapat menciptakan iman itu dalam hati para hamba kecuali Allah ‘azza wa jalla.
Sebagaimana firman Allah Ta‘ālā:
“Sungguh engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai.” (al-Qaṣaṣ: 56)
“Bukanlah engkau yang memberi petunjuk kepada mereka.” (al-Baqarah: 272)
“Barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.” (al-A‘rāf: 186)
“Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapati baginya pelindung yang membimbing.” (al-Isrā’: 97)
...dan ayat-ayat lain semisalnya.
Dan kata “hudā” juga digunakan untuk makna: penjelasan atas kebenaran, penegasan, dan pengarahan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta‘ālā:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (asy-Syūrā: 52)