Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Ibnu Katsir - Detail Buku
Halaman Ke : 7
Jumlah yang dimuat : 4377
« Sebelumnya Halaman 7 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

Dan di antara mereka adalah sang ulama yang luas ilmunya, Abdullah bin Abbas—sepupu Rasulullah ﷺ dan penerjemah Al-Qur'an—berkat doa Rasulullah ﷺ untuknya ketika beliau bersabda: "Ya Allah, pahamkanlah ia dalam agama dan ajarkanlah kepadanya takwil (tafsir)."

Ibnu Jarir berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, dan telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A’masy, dari Muslim, ia berkata: Abdullah (Ibnu Mas’ud) berkata: "Sebaik-baik penerjemah Al-Qur'an adalah Ibnu Abbas."

Kemudian ia meriwayatkannya dari Yahya bin Dawud, dari Ishaq Al-Azraq, dari Sufyan, dari Al-A’masy, dari Muslim bin Shubaih (Abudh-Dhuha), dari Masruq, dari Ibnu Mas’ud, bahwa ia berkata: "Sebaik-baik penerjemah Al-Qur'an adalah Ibnu Abbas."

Kemudian ia meriwayatkannya dari Bundar, dari Ja’far bin ‘Aun, dari Al-A’masy dengan sanad yang sama.

Ini adalah sanad yang sahih sampai kepada Ibnu Mas’ud bahwa ia mengucapkan pujian ini tentang Ibnu Abbas. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu wafat pada tahun 32 Hijriyah menurut pendapat yang sahih, sedangkan Abdullah bin Abbas hidup 36 tahun setelahnya. Maka, bagaimana dugaanmu tentang ilmu yang ia kumpulkan setelah masa Ibnu Mas’ud?

Al-A’masy meriwayatkan dari Abu Wa’il:

"Ali pernah mengangkat Abdullah bin Abbas sebagai pemimpin musim haji, lalu ia berkhutbah di hadapan manusia. Dalam khutbahnya, ia membaca Surah Al-Baqarah—dan dalam riwayat lain, Surah An-Nur—lalu menafsirkannya dengan tafsiran yang seandainya bangsa Romawi, Turki, dan Dailam mendengarnya, niscaya mereka akan masuk Islam."

 

Oleh karena itu, kebanyakan apa yang diriwayatkan oleh Isma'il bin Abdurrahman As-Suddi Al-Kabir dalam tafsirnya berasal dari dua orang ini—Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas. Namun, terkadang ia juga menukil dari mereka apa yang mereka ceritakan dari perkataan Ahli Kitab, yang telah diizinkan oleh Rasulullah ﷺ ketika beliau bersabda:

"Sampaikan dariku walau hanya satu ayat, dan ceritakanlah (kisah-kisah) dari Bani Israil tanpa berdosa. Dan barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di Neraka." (HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin 'Amr).

Karena inilah, Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma pernah mendapatkan dua kantong penuh kitab Ahli Kitab pada hari Perang Yarmuk, lalu ia menceritakan isinya berdasarkan pemahamannya bahwa hadits ini memberikan izin untuk hal tersebut.

Namun, kisah-kisah Israiliyyat ini disebutkan sebagai penguat (istisyhad) bukan sebagai sandaran utama (i'timad). Kisah-kisah tersebut terbagi menjadi tiga jenis:

  1. Yang kita ketahui kebenarannya berdasarkan dalil yang kita miliki yang membenarkannya. Maka kisah jenis ini adalah sahih.

  2. Yang kita ketahui kebohongannya berdasarkan dalil yang kita miliki yang bertentangan dengannya.

  3. Yang tidak disebutkan kebenaran atau kebohongannya, tidak termasuk dalam kategori pertama maupun kedua. Maka kita tidak mengimani atau mendustakannya, dan boleh menceritakannya berdasarkan izin yang telah disebutkan sebelumnya. Kebanyakan kisah jenis ini tidak mengandung faedah yang berkaitan dengan urusan agama.

Oleh karena itu, para ulama Ahli Kitab sering berselisih pendapat mengenai hal ini, dan hal ini menyebabkan perbedaan pendapat di kalangan mufassirin. Seperti ketika mereka menyebutkan:

  • Nama-nama Ashabul Kahfi

  • Warna anjing mereka

  • Jumlah mereka

  • Daripada pohon apa tongkat Musa berasal

  • Nama-nama burung yang dihidupkan Allah untuk Ibrahim

  • Bagian tertentu dari sapi betina yang dipukulkan kepada mayat

  • Jenis pohon tempat Allah berbicara kepada Musa
    Dan lain sebagainya yang Allah sengaja samarkan dalam Al-Qur'an karena tidak ada faedah dalam menentukannya yang bermanfaat bagi agama maupun dunia para mukallaf.

Namun, menukil perbedaan pendapat tentang hal ini diperbolehkan, sebagaimana firman Allah Ta'ala:

(Kelak) mereka akan mengatakan: "Jumlah mereka tiga orang, yang keempat adalah anjing mereka," dan (yang lain) mengatakan: "Lima orang, yang keenam adalah anjing mereka," sebagai terkaan terhadap yang gaib. Dan (yang lain lagi) mengatakan: "Tujuh orang, yang kedelapan adalah anjing mereka." Katakanlah (wahai Muhammad): "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui mereka kecuali sedikit." Karena itu, janganlah engkau (wahai manusia) berbantah tentang mereka, kecuali pertengkaran lahir (yang tidak bermanfaat), dan jangan engkau meminta pendapat tentang mereka kepada seorang pun di antara mereka (Ahli Kitab). (QS. Al-Kahfi: 22)


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 7 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi