Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Takdirnya: “dan aku memberinya minum air dingin dan mengikatkan tombak.”
Setelah sebelumnya disebutkan keadaan orang-orang beriman di awal surat ini dengan empat ayat, kemudian dijelaskan keadaan orang-orang kafir dengan dua ayat ini, maka Allah Ta‘ala mulai menjelaskan keadaan orang-orang munafik, yaitu mereka yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran.
Dan karena perkara mereka samar bagi banyak orang, maka Allah memperluas penyebutan mereka dengan banyak sifat, yang masing-masingnya merupakan kemunafikan, sebagaimana Allah menurunkan Surah Bara’ah tentang mereka, dan Surah al-Munafiqun tentang mereka, dan Allah menyebut mereka dalam Surah an-Nur dan selainnya dari surah-surah, sebagai penjelasan tentang keadaan mereka agar dihindari dan agar dijauhi orang yang menyerupai mereka juga. Maka Allah Ta‘ala berfirman:
Surat al-Baqarah (2): ayat 8–9:
“Dan di antara manusia ada yang berkata: ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,’ padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman (8). Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri, namun mereka tidak menyadarinya (9).”
Nifaq (kemunafikan) adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan. Ia terbagi menjadi dua jenis: kemunafikan i‘tiqadi (keyakinan), yang pelakunya kekal di dalam neraka, dan kemunafikan ‘amali (perbuatan), yang termasuk dosa besar, sebagaimana akan dijelaskan rinciannya pada tempatnya, insya Allah Ta‘ala.
Ini sebagaimana perkataan Ibnu Juraij: Orang munafik ucapannya bertentangan dengan perbuatannya, batinnya bertentangan dengan lahiriahnya, jalannya bertentangan dengan kembalinya, hadirnya bertentangan dengan ketidakhadirannya.
Dan sesungguhnya sifat-sifat orang munafik diturunkan dalam surah-surah Madaniyah, karena di Makkah tidak ada kemunafikan, bahkan sebaliknya; ada orang-orang yang menampakkan kekufuran karena dipaksa, sementara batinnya beriman.
Maka ketika Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah—dan di Madinah terdapat kaum Anshar dari suku Aus dan Khazraj, yang pada masa jahiliyah mereka menyembah berhala seperti cara kaum musyrikin Arab—dan di sana juga terdapat orang-orang Yahudi dari Ahlul Kitab yang mengikuti jalan leluhur mereka.
Mereka terdiri dari tiga kabilah: Bani Qainuqa‘ yang menjadi sekutu Khazraj, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah yang menjadi sekutu Aus.
Ketika Rasulullah ﷺ datang ke Madinah dan orang-orang yang masuk Islam dari kalangan Anshar dari kedua suku Aus dan Khazraj, serta hanya sedikit dari kalangan Yahudi yang masuk Islam—kecuali ‘Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu—dan saat itu juga belum ada kemunafikan, karena kaum muslimin belum memiliki kekuatan yang ditakuti. Bahkan Rasulullah ﷺ telah membuat perjanjian damai dengan orang-orang Yahudi dan banyak kabilah dari kalangan Arab di sekitar Madinah.
Ketika terjadi Perang Badar dan Allah memenangkan kalimat-Nya serta memuliakan Islam dan para pemeluknya, maka ‘Abdullah bin Ubay bin Salul—yang merupakan tokoh di Madinah dari kalangan Khazraj, dan dulunya adalah pemimpin dari dua suku itu di masa jahiliyah, dan mereka telah berencana menjadikannya raja atas mereka—namun datanglah kebaikan kepada mereka lalu mereka masuk Islam dan sibuk dengan hal itu, maka tersisa dalam hatinya kebencian terhadap Islam dan para pemeluknya.
Ketika terjadi Perang Badar, ia berkata: “Ini adalah perkara (agama) Allah yang telah kokoh.” Maka ia menampakkan keislaman, dan masuk bersamanya sejumlah orang yang berada di atas jalan dan keyakinannya, dan orang-orang lain dari kalangan Ahlul Kitab.
Dari situlah muncul kemunafikan di kalangan penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui di sekitarnya.
Adapun kalangan Muhajirin, tidak ada seorang pun di antara mereka yang munafik, karena tidak ada seorang pun yang hijrah dengan dipaksa. Justru mereka berhijrah dan meninggalkan harta, anak, dan tanah airnya karena mengharapkan apa yang ada di sisi Allah di akhirat.
Muhammad bin Ishaq berkata: Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abi Muhammad dari ‘Ikrimah atau Sa‘id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas: “Dan di antara manusia ada yang berkata: ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,’ padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman”—yakni orang-orang munafik dari kalangan Aus dan Khazraj dan orang-orang yang berada di atas jalan mereka.