Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
وَقَوْلُهُ تَعَالَى ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ أَيْ ذَهَبَ عنهم بما يَنْفَعُهُمْ وَهُوَ النُّورُ وَأَبْقَى لَهُمْ مَا يَضُرُّهُمْ وَهُوَ الْإِحْرَاقُ وَالدُّخَانُ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُماتٍ وَهُوَ مَا هُمْ فِيهِ مِنَ الشَّكِّ وَالْكُفْرِ وَالنِّفَاقِ لا يُبْصِرُونَ لا يهتدون إلى سبيل خَيْرٍ وَلَا يَعْرِفُونَهَا وَهُمْ مَعَ ذَلِكَ صُمٌّ لَا يَسْمَعُونَ خَيْرًا بُكْمٌ لَا يَتَكَلَّمُونَ بِمَا ينفعهم عُمْيٌ في ضلالة وعماية الْبَصِيرَةِ كَمَا قَالَ تَعَالَى: فَإِنَّها لَا تَعْمَى الْأَبْصارُ، وَلكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ الْحَجِّ: ٤٦ فَلِهَذَا لَا يَرْجِعُونَ إِلَى مَا كَانُوا عَلَيْهِ مِنَ الْهِدَايَةِ الَّتِي بَاعُوهَا بِالضَّلَالَةِ.
ذِكْرُ أَقْوَالِ الْمُفَسِّرِينَ مِنَ السَّلَفِ بِنَحْوِ مَا ذَكَرْنَاهُ
قَالَ السُّدِّيُّ فِي تَفْسِيرِهِ عَنْ أَبِي مَالِكٍ وَعَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَنْ مُرَّةَ الْهَمْدَانِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ وَعَنْ نَاسٍ مِنَ الصَّحَابَةِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى فَلَمَّا أَضاءَتْ مَا حَوْلَهُ زَعَمَ أَنَّ نَاسًا دَخَلُوا فِي الْإِسْلَامِ مَقْدِمَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ ثم إنهم نافقوا وكان مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ كَانَ فِي ظُلْمَةٍ فَأَوْقَدَ نارا فلما أضاءت مَا حَوْلَهُ مِنْ قَذَى أَوْ أَذَى فَأَبْصَرَهُ حَتَّى عَرَفَ مَا يَتَّقِي مِنْهُ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ طَفِئَتْ نَارُهُ فَأَقْبَلَ لَا يَدْرِي مَا يَتَّقِي مِنْ أَذَى، فَكَذَلِكَ الْمُنَافِقُ كَانَ فِي ظُلْمَةِ الشِّرْكِ فَأَسْلَمَ فَعَرَفَ الْحَلَالَ وَالْحَرَامَ والخير وَالشَّرَّ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ كَفَرَ فَصَارَ لَا يَعْرِفُ الْحَلَالَ مِنَ الْحَرَامِ وَلَا الْخَيْرَ من الشر «١» . وَقَالَ الْعَوْفِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي هَذِهِ الْآيَةِ، قَالَ: أَمَّا النُّورُ فَهُوَ إِيمَانُهُمُ الَّذِي كَانُوا يَتَكَلَّمُونَ بِهِ وَأَمَّا الظُّلْمَةُ فَهِيَ ضَلَالَتُهُمْ وَكُفْرُهُمُ الَّذِي كَانُوا يَتَكَلَّمُونَ بِهِ وَهُمْ قَوْمٌ كَانُوا عَلَى هُدًى ثُمَّ نُزِعَ مِنْهُمْ فَعَتَوْا بعد ذلك «٢» . وَقَالَ مُجَاهِدٌ: فَلَمَّا أَضاءَتْ مَا حَوْلَهُ أَمَّا إِضَاءَةُ النَّارِ فَإِقْبَالُهُمْ إِلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْهُدَى. وَقَالَ عطاء الخراساني فِي قَوْلِهِ تَعَالَى مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا قَالَ: هَذَا مَثَلُ الْمُنَافِقِ يُبْصِرُ أَحْيَانًا وَيَعْرِفُ أَحْيَانًا ثُمَّ يُدْرِكُهُ عَمَى الْقَلْبِ. وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ:
وَرُوِيَ عَنْ عِكْرِمَةَ وَالْحَسَنِ وَالسُّدِّيِّ وَالرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ نَحْوَ قَوْلِ عَطَاءٍ الْخُرَاسَانِيِّ. وَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا إِلَى آخِرِ الْآيَةِ، قَالَ: هَذِهِ صِفَةُ الْمُنَافِقِينَ كَانُوا قَدْ آمَنُوا حَتَّى أَضَاءَ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِهِمْ كَمَا أَضَاءَتِ النَّارُ لِهَؤُلَاءِ الذين استوقدوا نارا ثُمَّ كَفَرُوا فَذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ فَانْتَزَعَهُ كَمَا ذَهَبَ بِضَوْءِ هَذِهِ النَّارِ فَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يبصرون «٣» .
وَأَمَّا قَوْلُ ابْنِ جَرِيرٍ فَيُشْبِهُ مَا رَوَاهُ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا قَالَ: هَذَا مَثَلٌ ضَرَبَهُ اللَّهُ لِلْمُنَافِقِينَ أَنَّهُمْ كَانُوا يَعْتَزُّونَ بِالْإِسْلَامِ فَيُنَاكِحُهُمُ الْمُسْلِمُونَ وَيُوَارِثُونَهُمْ وَيُقَاسِمُونَهُمُ الْفَيْءَ، فَلَمَّا مَاتُوا سَلَبَهُمُ اللَّهُ ذَلِكَ الْعِزَّ كَمَا سَلَبَ صَاحِبَ النَّارِ ضَوْءَهُ. وَقَالَ أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ: مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَإِنَّمَا ضَوْءُ النَّارِ مَا أَوْقَدْتَهَا، فَإِذَا خَمَدَتْ ذَهَبَ نُورُهَا، وَكَذَلِكَ الْمُنَافِقُ كُلَّمَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَضَاءَ لَهُ، فَإِذَا شَكَّ وَقَعَ فِي الظُّلْمَةِ. وَقَالَ الضحاك:
ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ أَمَّا نُورُهُمْ فَهُوَ إِيمَانُهُمُ الَّذِي تَكَلَّمُوا بِهِ.
(١) الدر المنثور ١/ ٧١ والطبري ١/ ١٧٦.
(٢) الطبري ١/ ١٧٦.
(٣) الطبري ١/ ١٧٧.
Dan firman-Nya Ta‘ala: “Allah melenyapkan cahaya mereka” — yaitu, Dia mengambil dari mereka hal yang bermanfaat bagi mereka, yaitu cahaya, dan membiarkan bagi mereka hal yang membahayakan mereka, yaitu pembakaran dan asap, dan Dia membiarkan mereka dalam kegelapan, yaitu apa yang mereka berada di dalamnya berupa keraguan, kekufuran, dan kemunafikan. “Tidak bisa melihat” — tidak mendapat petunjuk ke jalan kebaikan dan tidak mengenalnya. Dan mereka bersama itu semua: tuli, tidak mendengar kebaikan; bisu, tidak berbicara dengan hal yang bermanfaat bagi mereka; buta dalam kesesatan dan kebutaan mata hati, sebagaimana firman-Nya Ta‘ala: “Karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada” (Al-Hajj: 46). Maka karena itu mereka tidak kembali kepada petunjuk yang dahulu mereka berada di atasnya dan mereka jual dengan kesesatan.
Penyebutan perkataan para ahli tafsir dari kalangan salaf sesuai dengan yang telah kami sebutkan:
As-Suddi berkata dalam tafsirnya dari Abu Malik dan dari Abu Shalih dari Ibnu ‘Abbas, dan dari Murrah al-Hamdani dari Ibnu Mas‘ud, dan dari sejumlah sahabat mengenai firman-Nya Ta‘ala: “Tatkala menerangi apa yang ada di sekitarnya...” — dikatakan bahwa ada sekelompok orang yang masuk Islam sebelum kedatangan Nabi Allah ﷺ ke Madinah, lalu mereka munafik. Maka perumpamaan mereka seperti seseorang yang berada dalam kegelapan, lalu ia menyalakan api. Ketika api itu menerangi apa yang ada di sekitarnya dari debu atau gangguan, maka ia melihatnya hingga ia tahu apa yang perlu dihindarinya. Namun ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba apinya padam, maka ia kembali tanpa tahu apa yang harus ia hindari dari gangguan. Demikianlah keadaan orang munafik: ia dulu dalam kegelapan syirik, lalu ia masuk Islam, dan ia mengetahui hal-hal yang halal dan haram, serta yang baik dan buruk. Lalu ketika ia kafir, ia pun tidak lagi mengenali yang halal dari yang haram, dan tidak pula kebaikan dari keburukan.
Dan al-‘Awfi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas tentang ayat ini, ia berkata: “Adapun cahaya itu adalah iman mereka yang dahulu mereka ucapkan, dan kegelapan itu adalah kesesatan dan kekufuran mereka yang juga mereka ucapkan. Mereka adalah kaum yang dahulu berada di atas petunjuk, lalu diambil dari mereka, kemudian mereka durhaka setelah itu.”
Dan Mujahid berkata: “Tatkala menerangi apa yang di sekitarnya...” — maksudnya: penyinaran api itu adalah pendekatan mereka kepada kaum mukminin dan petunjuk.
Dan ‘Atha’ al-Khurasani berkata mengenai firman-Nya Ta‘ala: “Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api...” — ini adalah perumpamaan untuk orang munafik, yang kadang-kadang melihat, dan kadang-kadang mengenali, lalu ia pun ditimpa buta hati.
Dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ikrimah, al-Hasan, as-Suddi, ar-Rabi‘ bin Anas seperti perkataan ‘Atha’ al-Khurasani.
Dan ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata mengenai firman-Nya Ta‘ala: “Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api...” hingga akhir ayat, ia berkata: “Ini adalah sifat orang-orang munafik. Dahulu mereka telah beriman hingga cahaya iman bersinar dalam hati mereka seperti cahaya api yang dinyalakan oleh orang-orang yang menyalakan api, lalu mereka kafir, maka Allah pun melenyapkan cahaya mereka, dan mencabutnya sebagaimana Dia melenyapkan cahaya api itu, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak bisa melihat.”
Adapun perkataan Ibnu Jarir, maka itu serupa dengan yang diriwayatkan oleh ‘Ali bin Abi Talhah dari Ibnu ‘Abbas mengenai firman-Nya Ta‘ala: “Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api...” — ia berkata: “Ini adalah perumpamaan yang Allah buat bagi orang-orang munafik. Mereka dahulu merasa mulia dengan Islam, sehingga kaum Muslimin menikahi mereka, mewarisi mereka, dan berbagi harta rampasan dengan mereka. Maka ketika mereka mati, Allah mencabut kemuliaan itu dari mereka sebagaimana Dia mencabut cahaya dari orang yang menyalakan api.”
Dan Abu Ja‘far ar-Razi meriwayatkan dari ar-Rabi‘ bin Anas dari Abu al-‘Aliyah: “Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api...” — sesungguhnya cahaya api hanyalah selama api itu menyala. Maka ketika padam, cahaya pun lenyap. Demikian pula orang munafik, setiap kali ia mengucapkan kalimat ikhlas Laa ilaaha illallah, ia bersinar. Maka ketika ia ragu, ia pun terjatuh dalam kegelapan.
Dan adh-Dhahhak berkata: “Allah melenyapkan cahaya mereka...” — adapun cahaya mereka adalah iman mereka yang dahulu mereka ucapkan.