Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Dan petir (الْبَرْقُ) adalah apa yang berkilat di dalam hati golongan munafik ini pada sebagian waktu dari cahaya keimanan. Oleh karena itu, dikatakan: "Mereka menyumbat telinga mereka dengan jari-jari mereka karena petir itu karena takut mati, dan Allah meliputi orang-orang kafir."
Artinya: tidak bermanfaat bagi mereka rasa takut itu sedikit pun, karena Allah meliputi mereka dengan kekuasaan-Nya, dan mereka berada di bawah kehendak dan iradah-Nya, sebagaimana firman-Nya:
"Sudahkah sampai kepadamu kisah bala tentara—(yaitu) Fir’aun dan Tsamud? Bahkan orang-orang kafir itu berada dalam keadaan mendustakan. Dan Allah mengepung mereka dari belakang mereka." (QS. Al-Burūj: 17–20)
Kemudian Dia berfirman:
"Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka" — maksudnya karena sangat kuat dan kerasnya kilat itu sendiri, serta karena lemahnya penglihatan batin mereka dan ketidakmampuan untuk tetap teguh terhadap iman.
Dan telah berkata ‘Ali bin Abi Ṭalḥah dari Ibnu ‘Abbas:
"Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka" — maksudnya: hampir-hampir ayat-ayat Al-Qur’an yang muhkam menunjukkan aib-aib kaum munafik.
Dan Ibnu Ishaq berkata:
Telah menceritakan kepadaku Muḥammad bin Abi Muḥammad dari ‘Ikrimah atau Sa‘īd bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas:
"Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka" — maksudnya: karena sangat terangnya cahaya kebenaran.
"Setiap kali cahaya itu menyinari mereka, mereka berjalan di dalamnya. Dan apabila kegelapan menimpa mereka, mereka berhenti." — maksudnya: setiap kali tampak bagi mereka sesuatu dari keimanan, mereka merasa tenang dengannya dan mengikutinya. Namun kadang-kadang muncul kepada mereka keraguan yang menggelapkan hati mereka, lalu mereka berdiri dalam keadaan bingung.
Dan telah berkata ‘Ali bin Abi Ṭalḥah dari Ibnu ‘Abbas:
"Setiap kali cahaya itu menyinari mereka, mereka berjalan di dalamnya" — maksudnya: setiap kali kaum munafik mendapat bagian dari kemuliaan Islam, mereka merasa tenteram dengannya. Namun bila Islam tertimpa musibah, mereka berdiri (berhenti) untuk kembali kepada kekufuran. Sebagaimana firman-Nya Ta‘ala:
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah di tepi. Maka jika ia mendapat kebaikan, ia merasa tenang; tetapi jika ia ditimpa bencana, berbaliklah ia ke belakang (kembali kafir)." (QS. Al-Ḥajj: 11)
Dan telah berkata Muḥammad bin Ishaq dari Muḥammad bin Abi Muḥammad dari ‘Ikrimah atau Sa‘īd bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas:
"Setiap kali cahaya itu menyinari mereka, mereka berjalan di dalamnya, dan apabila kegelapan menimpa mereka, mereka berhenti." — maksudnya: mereka mengenali kebenaran dan berbicara dengannya, maka dalam perkataan mereka itu mereka tampak lurus. Namun bila mereka kembali kepada kekufuran, mereka (berdiri) dalam keadaan bingung.
Dan demikian pula dikatakan oleh Abu Al-‘Āliyah, Al-Hasan Al-Baṣri, Qatādah, Ar-Rabi‘ bin Anas, dan As-Suddi melalui sanadnya dari para sahabat. Dan pendapat inilah yang paling shahih dan paling jelas. Wallāhu a‘lam.
Dan demikianlah keadaan mereka di hari kiamat, ketika manusia diberi cahaya sesuai dengan kadar keimanan mereka. Maka di antara mereka ada yang diberi cahaya yang menyinari baginya sejauh perjalanan beberapa farsakh atau lebih atau kurang dari itu. Di antara mereka ada yang cahayanya padam sejenak dan menyala kembali, lalu ia berjalan di atas shirath sejenak dan berhenti sejenak. Dan di antara mereka ada yang cahayanya padam sepenuhnya, yaitu orang-orang munafik sejati yang difirmankan Allah Ta‘ala tentang mereka:
"Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman: 'Tunggulah kami agar kami dapat mengambil cahaya dari kalian.' Dikatakan kepada mereka: 'Kembalilah kalian ke belakang dan carilah sendiri cahaya.'" (QS. Al-Ḥadīd: 13)
Dan Dia berfirman tentang kaum mukminin:
"Pada hari ketika engkau melihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. Dikatakan kepada mereka: 'Kabar gembira bagi kalian hari ini, surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.'" (QS. Al-Ḥadīd: 12)
Dan firman-Nya Ta‘ala:
"Pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. Mereka berkata: 'Wahai Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.'" (QS. At-Taḥrīm: 8)