Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Sa‘īd bin Abī ‘Arūbah meriwayatkan dari Qatādah tentang firman Allah Ta‘ala:
"Pada hari engkau melihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan..." (QS. Al-Ḥadīd: 12),
disebutkan kepada kami bahwa Nabi Allah ﷺ biasa bersabda:
“Di antara orang-orang mukmin ada yang cahaya imannya memancar dari Madinah hingga ke ‘Adan, Abin, sampai Ṣan‘ā, dan ada yang kurang dari itu. Bahkan ada di antara mereka yang cahayanya tidak menyinari kecuali tempat kedua kakinya saja. Dan manusia itu bertingkat-tingkat sesuai dengan amal-amal mereka.”
Riwayat ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarīr. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Abī Ḥātim dari Ḥadīts ‘Imrān bin Dāwar al-Qaṭṭān dari Qatādah dengan redaksi yang semisal.
Dan ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Minhāl bin ‘Amr dari Qays bin As-Sakan dari ‘Abdullāh bin Mas‘ūd, ia berkata:
Mereka akan diberi cahaya sesuai dengan kadar amal mereka: ada di antara mereka yang cahayanya seperti pohon kurma, dan ada pula yang seperti seseorang yang sedang berdiri, dan yang paling rendah cahayanya adalah yang berada di ibu jarinya, terkadang menyala dan terkadang padam.
Dan riwayat ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarīr dari Ibnu al-Muthannā, dari Ibnu Idrīs, dari ayahnya, dari Al-Minhāl.
Dan Ibnu Abī Ḥātim berkata: Telah menceritakan kepada kami ayahku, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin ‘Alī bin Muḥammad aṭ-Ṭanafīsī, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Idrīs, ia berkata: Aku mendengar ayahku menyebutkan dari Al-Minhāl bin ‘Amr dari Qays bin As-Sakan dari ‘Abdullāh bin Mas‘ūd tentang firman-Nya:
"Cahaya mereka bersinar di hadapan mereka...",
ia berkata: "Sesuai dengan kadar amal mereka, mereka melewati shirāṭ: di antara mereka ada yang cahayanya seperti gunung, ada yang seperti pohon kurma, dan yang paling rendah cahayanya adalah yang hanya di ibu jarinya, menyala sekali dan padam lagi."
Dan Ibnu Abī Ḥātim juga berkata: Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Ismā‘īl al-Aḥmasī, telah menceritakan kepada kami Abū Yaḥyā al-Ḥimmānī, telah menceritakan kepada kami ‘Utbah bin al-Yaqzhān dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbās, ia berkata:
"Tidaklah seorang pun dari ahli tauhid kecuali akan diberi cahaya pada hari kiamat. Adapun orang munafik, maka cahayanya dipadamkan. Maka orang mukmin merasa takut karena apa yang dilihatnya dari padamnya cahaya orang-orang munafik, maka mereka berkata: 'Wahai Rabb kami, sempurnakanlah cahaya kami untuk kami.'"
Dan Adh-Ḍaḥḥāk bin Muzāḥim berkata:
"Setiap orang yang menampakkan iman di dunia akan diberi cahaya pada hari kiamat. Namun ketika sampai di shirāṭ, cahaya orang-orang munafik dipadamkan. Maka ketika orang-orang mukmin melihat hal itu, mereka pun merasa takut lalu berkata: 'Wahai Rabb kami, sempurnakanlah cahaya kami untuk kami.'"
Maka apabila hal ini telah ditetapkan, jadilah manusia terbagi dalam beberapa golongan:
Mukmin sejati, dan mereka adalah orang-orang yang disebutkan dalam empat ayat pertama dari surat Al-Baqarah.
Kafir sejati, dan mereka adalah yang disebutkan dalam dua ayat setelahnya.
Munafik, dan mereka terbagi menjadi dua:
Munafik murni, dan mereka adalah yang diberikan permisalan dengan api.
Munafik yang ragu-ragu, terkadang tampak bagi mereka kilatan cahaya keimanan dan terkadang padam, dan mereka adalah yang diberikan permisalan dengan air. Mereka lebih ringan (lebih ringan bahayanya) daripada golongan sebelumnya.
Kedudukan ini dari beberapa sisi menyerupai apa yang disebutkan dalam surat An-Nūr tentang permisalan orang beriman dan apa yang Allah jadikan dalam hati mereka berupa hidayah dan cahaya, seperti pelita di dalam kaca, yang seakan-akan kaca itu bintang yang bercahaya terang, dan kaca itu adalah hati orang mukmin yang fitrahnya menerima iman, dan mendapatkan asupan dari syariat yang murni dan jernih, sampai kepadanya tanpa kekeruhan dan pencampuran. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada tempatnya, insya Allah.
Kemudian disebutkan permisalan tentang para hamba dari kalangan orang kafir, yang mereka menyangka bahwa mereka berada di atas sesuatu padahal sesungguhnya tidak. Mereka adalah pemilik kebodohan majemuk, sebagaimana firman-Nya Ta‘ala:
"Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang yang kehausan, tetapi ketika ia mendatanginya, dia tidak mendapati sesuatu pun." (QS. An-Nūr: 39)