Loading...

Maktabah Reza Ervani




Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1- Detail Buku
Halaman Ke : 37
Jumlah yang dimuat : 111

menguraikan pendapat-pendapat sahabat yang beriain-lain itu di dalam menjelaskan pendapatnya sendiri. 

Semuanya itu ialah berkenaan dengan tatsir sahabat-sahabat Rasulullah yang mengenai hukum halal dan haram. Perlainan-perlainan pendapat itu banyak terdapat di dalam Kitab Fiqh. Terutama seketika membicarakan ayat-ayat yang mengenai peperangan atau perdamaian, perjanjian atau jaminan keamanan. Apatah iagi sesudah Rasuiullah s.a.w. wafat, sahabat-sahabat Rasulullah itu meneruskan jihad, menaklukkan negeri, menundukkan musuh, membuat perjanjian-perjanjian damai, pemungutan Jizyah dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan hal-hal yang sedemikian banyak terdapat pertikaian cara, yang di zaman kita dinamai kebijaksanaan atau beleid di antara satu sahabat dengan sahabat yang lain. T etapi bahan-bahan yang mengenai urusan seperti ini lebih banyak kebijaksanaan atau beleid di antara satu yang di zaman kita dinamai khilajiyah. Al-Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibanilah yang mula-mula mengarang sebuah kitab yang khas mengenai itu, dengan dokumentasi yang lengkap yang beliau kumpulkan dari cara pelaksanaan sahabat itu, yang berdasar kepada keadilan, peri-kemanusiaan. kasih-sayang, rahmat dan karamah (menghormati hak-hak manusia). Maka di dalam kitab beliau ini banyaklah bertemu tafsir pendapat dan pelaksanaan sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. mengenai urusan yang demikian. 

Mengenai ayat ayat yang menyebut rahasia alam, kejadian langit dan bumi, bintang, bulan dan matahari, hujan, lautan dan daratan, ombak dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya itu, yang di atas sudah kita katakan bahwa maksud- nya ialah untuk memperkuat akidah Tuhan; demikian pula ayat-ayat yang mengandung kisah-kisah. Maka terhadap kedua persoalan ini, tidaklah banyak keterangan dari sahabat-sahabat Rasulullah. Memang terdapat beberapa riwayat tentang itu dari kata-kata sahabat, tetapi yang shahih, yang bisa dipertanggungjawabkan Sanad (sandaran) adalah teramat sedikit. 

Itu dapat kita fahami. Sebab sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. itu lebih banyak perhatiannya kepada menjaga halal dan haram, dan lebih tertumpah kepada menyusun masyarakat yang baru tumbuh, berperang dan berdamai, menaklukkan dan menerima Jizyah. Adapun tentang rahasia alam, kejadian langit dan bumi, atau tentang kisah-kisah Nabi-nabi yang terdahulu itu, mereka percaya bulat saja kepada apa yang dikatakan al-Quran. Tak usah banyak bising lagi. 

Tetapi setelah zaman Khulafaur-Rasyidin (Khalifah yang berempat) artinya setelah Nabi wafat, dan setelah banyak orang Yahudi dan orang Nasrani masuk Islam, pada masa itu timbuliah satu golongan yang dinamai “tukang cerita” (al-Qashshaash). Tukang-tukang cerita itu duduk membuat halaqah di dalam mesjid-mesjid, lalu bercerita macam-macam ceritera, termasuk kisah yang ada dalam al-Quran itu, maksudnya ialah untuk memberikan pengajaran-pengajaran, sebagai tabligh-tabligh di zaman kita sekarang ini. Supaya ceritera itu lebih enak didengar, lebih menarik hati, banyaklah ditambahi bumbu-bumbu yang tidak asli, terutama dari ceritera-ceritera Israiliyat tersebut. Pada waktu itu 


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?