Tetapi ada lagi pendapat yang kedua, yang dipelopori oleh al-Imam Janullah az Zamakhsyari dan disokong oleh beberapa ahli tafsir yang lain, bahwa menafsirkan al-Quran pendapat sendiri yang sah tidak ada salahnya. Malahan yang demikian tidak hisa dielakkan. Sebab bila orang merenung-renung tiap-tiap ayat, menurut peredaran waktu dan lempal, orang selalu akan berjumpa makna yang baru. Orang selalu akan mendapat ham, yang di dalam tafsir-tafsir yang terdahulu tidak ditemui.
Dasar pendirian ini pernah diuraikan pula oleh Imam Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin demikian:
Di dalam al-Quran terdapat segala ilmu agama. Yang setengah diterangkan secara langsung dan setengahnya lagi cukup dengan isyarat saja. Setengah dengan ijmal dan setengah lagi dengan tafshil. Semuanya itu hanya akan didapat dengan pemikiran yang mendalam dan kesungguhan menyelidik. Tidak cukup dengan hanya menik zahir ayat, bahkan tidak pula cukup dengan hanya penggantungan harapan kepada pendapat Salaf. Bahkan dia meminta renung an yang mendalam dan kesanggupan mengeluarkan butir butir nakna yang tersimpan di dalamnya, laksana mutiara yang tersimpan di dalam kuli giang di dasar laut, yang tidak bertentangan dengan pokok dasar. Abdullah bin Mas'ud pemah berkata: "Barangsiapa yang ingin mengetahui ilmu orang purbakala dam ilmu orang yang dalang kemudien, hendaklah merenungkan al-Quran.". Ke inginan itu tidak akan tercapai kalau tidak ada perenungan sendiri.
Dan lagi di dalam Quran itulah yang selengkap-lengkapnya diterangkan sifat sifat dan nama-nama Allah (al-Asmaul Husna) dan diterangkan juga perbuatanNya dan zatNya yang suci. Didalam kelidupan Tauhid, akal manusia tidak cukup hanya membaca yang tertulis. Dia menghendaki pemahaman yang merca-macan.
Nabi saw pernah bersabda:
"Barangsiapa yang memahamikan al-Quran, dia dapat mentafsirkan se jumlah besar mu."
Selain dari itu, di dalam Sural al-Baqarah ayal 296 Tuhan memfirmankan bahwa Dia akan mengurniakan hikmah kepada sesiapa yang Dia kehendaki Dan orang yang lelah diberi kurnia hikmah itu samalah artinya dengan menda- pat anugerah yang sangat banyak sekali. Ikmah diarakan orang juga kebijak- sanan, charlikan orang juga filsalat, diartikan orang juga mengetahui yang tersembunyi. Bangsa Indonesia pernah membuat satu ungkapan kata, bahwa "Hikmah itu antinya mengetahui yang tersirat di baik yang tersurat."
Bagaimana akan dapat dikeluarkan hikmat itu kalau kita tidak dibolehkan mertatsirkan al-Quran di luar dari garis yang ditunjukkan oleh pendapat yang dipelopori Ibnu Taimiyah itu?
Ibnu Abbas pernah didoakan oleh Rasulullah saw. supaya dha dapat memahami ayama lebih mendalam dan mengerahui ta'wil atau tafsir. Di dalam al-Quran ada ayat yang terang-terang menyuruh manusia supaya memohonkan kepada Tuhan agar dilambahi kiranya ilmu.