قل رب زدني علمًا
"Ya Tuhanku, tambahlah untukku ilmu,"
Sedang mu itu sangatlah luasnya, sehingga berapapun yang dimohonkan manusia, tidaklah cukup umurnya buat menampung ilmu yang sangat banyak itu. Orang-orang yang aril bijaksana, bila merenung al-Quran, bukan saja akan mendapat ilmu agama, bahkan ilmu yang umumpun.
Imam Ghazali bukan saja mengemukakan dali sebagai yang kita simpulkan di alas tu, bahkan mengatakan pula bahwa menafsirkan al-Quran harya semata-mata di keliling Sunnah tidaklah mencukupi, karena Hadis yang matsu dani Nabi s.a.v. dengan sanadnya yang shahib, yang mengenai tafsir al-Quran sangallali sedikit. Dan tafsir dari sahabat-sahabat kebanyakan pula hanya dari pendapat mereka. Maka oleh sebab itu kata Imam Ghazali sebaliknyalah kita ikuti jejak sahabat-sahabat Rasulullah itu, yaitu membanting tulang dan me mikirkan al-Quran dengan mendalam pula, sehingga kitapun dapat mengeluar kanayi, sebagai sahabat-sahabat itu pula. Demikian juga terhadap labiin.
Kala Imam Ghazali lagi, bila disernung pendapat pendapal penafsiran sa habat sahabat dan tabiin, nyata sekali dalam banyak hal mereka tidak ber samaan penafsiran. Itulah bukti bahwa mereka telah memakai ra'vi sendiri di dalam menafsirkan al Quran.
Imam Ghazali pun mengakui hahwa menatsirkan al-Quran tidak boleh hanya semata-mata dengan akat, demikianpun tidak boleh hanya semata-mata berpegang kepada naqal. Artinya jangan hanya semata-mata berpegang ke- pada pendapat sendiri, dan hanya semata mata menagal atau mencopy peri- dapat orang-orang yang telah terdahulu. Di dalam hal yang mengenal ibadat tentu kita wajib berpegang kepada Sunnah Rasut. Tetapi kita tahu bahwa isi al- Quranı yany 6,236 ayal bukanlah sematamala peratura. Menyuruh merenung kan alarm, jauh lebih banyak ayatnya daripada menguraikan dari hal ibadat. Sedang Salal, seak sahabat sahabat Rasulullah sampai kepada tabi'in dahulu. kala itu, dengan segala kerendahan hati, harus kita kalakan dengan tegas bahwa pengetahuan beliau-beliau tentang ilmu alam belumlah semaju zaman sekarang ini. Bahkan dalam tafsir-tals selantutnya penafsiran ayat-ayat demi- kian masih saja mencerminkan tingkat hasil pengetahuan manusia zaman itu belaka. Masih kita dapati dalam tafsir-tafsir zaman lampau itu bahwa bumilah pusat alam, dan mataharilah yang mengelilingi bumi. Ketika menafsirkan ayat- ayal yang berkenaan dengan pengembaraan Zulkarnain ke Timar dan ke Barat masih saja didapati tafsir berkata bahwa matahari itu benar-benar terbestam ke dalam lumpur di ujung dunia.
Demikian raga berkenaan dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam al- Quran Masih didapati penafsiran bahura kepala kaum 'Ad itu sebesar gubah sebuah masjid dan tinggi mereka 30 hasta mereka sendiri, sehingga bila mendengar berita itu sudah dapat dipastikan bahwa panjang tangan mereka