kalan di Mesjid Agung Al-Azhar, atau sesudahnya, saya hanya menuruti satu garis yang tertentu, tidak membelok ke kiri kanan, yaitu menyebarkan kata Allah dan kata Rasul menurut yang saya yakini, tidak membenci pemerintah yang berkuasa, dan tidak pula menjilat-jilat pemerintah, dan tidak pula mahu menyediakan diri mempermainkan keyakinan agama, untuk mencapai ridha manusia yang sedang berkuasa. Sebab tempat saya bertanggungjawab bukan. lah manusia, melainkan Allah semata. Tetapi rencana yang lahir daripada manusia lain dari rencana yang ghaib dari Allah. Yang berlaku adalah rencana Allah. Orang-orang yang memfitnah dan menzalimi saya sudah merasa sangat gembira karena saya telah dibung:- kemkan dan disisihkan. Tetapi di samping hati mereka yang telah puas, Tuhan Allah telah me- lengkapi apa yang disabdakanNya di dalam Surat at-Taghabun ayat 11. Yaitu bahwa segala musibah yang menimpa diri manusia adalah dengan izin Allah belaka. Asal manusia beriman teguh kepada Allah, niscaya Allah akan mem- berikan hidayat ke dalam hatinya. Tuhan Allah rupanya menghendaki agar masa terpisah dari anak isteri dua tahun, dan terpisah dari masyarakat, dapat saya pergunakan menyelesaikan pekerjaan berat ini, menafsirkan al-Guranul- Karim. Karena kalau saya masih di luar, pekerjaan saya ini tidak akan selesai sampai saya mati. Masa terpencil dua tahun telah saya pergunakan sebaik- baiknya. Maka dengan petunjuk dan hidayat Allah Yang Maha Kuasa, beberapa hari sebelum saya dipindahkan ke dalam tahanan rumah, penafsiran al-Guran 30 Juzu' telah selesai. Dan semasa dalam tahanan rumah dua bulan lebih saya pergunakan pula buat menyisip mana yang masih kekurangan. Sungguhlah suatu keajaiban kalau kita perbandingkan di antara kehendak Allah dengan kehendak manusia. Saya insaf benar bahwa kesanggupan yang diberikan Tuhan kepada saya, diberi tugas hidup buat mengarang dan ber- pidato, tidaklah semua orang yang menyenanginya. Banyaklah mereka itu yang hasad melihat kesanggupan ini. Yaitu manusia-manusia yang berjiwa kecil, yang menyangka bahwa dengan berbuat dan menyusun fitnah, hasad-dengkinya bisa dilepaskan. Yang merasa diri BESAR karena pangkat, dan kembali menjadi kepinyuk kecil setelah pangkatnya ditanggalkan dari dirinya. Bagaimanalah kalau mereka tahu bahwasanya masa tahanan dua tahun itu kelaknya akan menghasilkan karangan sebesar ini? Kalau mereka diberitahu Tuhan bahwa hal ini akan kejadian, agaknya akan mereka undurkanlah maksud mereka mem- fitnahkan saya, dan tidaklah jadi-jadi “Tafsir” ini. Sungguh Allah Maha Kuasa! Zaman bergilir, ada yang naik dan ada yang jatuh, dunia tiada kekal. Bagi diriku sendiri, di dalam hidup ini akupun datang dan akupun akan pergi Kehidupan adalah pergiliran di antara semyum dan ratap. Airmata adalah asin: sebab itu dia adalah garam dari penghidupan. Aku mengharap, jika aku mendapat aniaya oleh suatu kekuasaan orang zalim, hanya semata-mata karena mereka suatu waktu berkuasa, pasti datang 2amannya, aku dan mereka sama-sama tidak ada lagi di dunia ini. Maka moga