yang dikemukakan Ulama tentang ilmu-ilmu itu, wajiblah ilmu sangat
dalam benar lebih dahulu, tidaklah akan jadi ”Tafsir” ini dilaksanakan.
Jangankan bahasa Arab dengan segala nahwu dan sharafnya,
sedangkan bahasa Indonesia sendiri, tempat al-Qur'an ini akan
diterjemah dan ditafsirkan, tidaklah penulis ”Tafsir” ini termasuk ahli
bahasa yang sangat terkemuka, meskipun telah menulis lebih daripada
100 buku besar dan kecil di dalam bahasa Indonesia..
Adapula syarat-syarat lain yang sangat diabaikan oleh Ulama-
ulama yang telah terdahulu itu. Yaitu di dalam al-Qur'an sangat banyak
ayat-ayat yang menerangkan soal-soal alam, lautan dengan ombak
gelombangnya, kapal dengan pelayarannya, tumbuh-tumbuhannya,
angin dan badai, awan membawa hujan, dari hal bintang-bintang dan
manazilnya, dan burujnya, demikian juga keadaan matahari dan bulan.
Ayat-ayat yang seperti ini jauh lebih banyak daripada ayat-ayat yang
mengenai hukum dan fikih. Sedang penulis ”Tafsir” ini tidaklah
seorang keluaran Sekolah Tinggi Biologi, tidak ada keahlian dalam
Ilmu Alam.
Di dalam al-Qur*an berkali-kali disebut juga soal atom, sedang
penulis "Tafsir" ini bukanlah seorang ahli atom. Maka kalau syarat
ini hendak dipenuhi juga, pastilah ”Tafsir” ini tidak jadi dikerjakan.
Tetapi, sebagai kita katakan tadi ada soal lain yang mendesak,
sehingga pekerjaan ini wajib diteruskan. Yaitu sangat bangkitnya minat
angkatan muda Islam di tanah air Indonesia dan di daerah-daerah
yang berbahasa melayu hendak mengetahui isi al-Qur'an di jaman
sekarang, padahal mereka tidak mempunyai kemampuan mempelajari
bahasa Arab. Beribu bahkan berjuta sekarang angkatan muda Islam
mencurahkan minat kepada agamanya, karena menghadapi
rangsangan dan tantangan dari luar dan dari dalam. Semangat mereka
terhadap agama telah tumbuh, tetapi ”rumah telah kelihatan, jalan ke
sana tidak tahu", untuk mereka inilah khusus yang pertama ”Tafsir”
ini saya susun.
Yang kedua ialah golongan peminat Islam yang disebut muballigh
atau ahli dakwah. Kadang-kadang merekapun ada mengetahui banyak
atau sedikit bahasa Arab, tetapi kurang pengetahuan umumnya,
sehingga merekapun agak canggung menyampaikan dakwahnya.
Padahal mereka mempunyai kewajiban sudah lebih luas daripada
muballigh-muballigh jaman yang lampau. Dahulu cukuplah jika