adik-adiknya saja walaupun kapal-kapal itu lebih tua.
Subway, yaitu kereta api di bawah tanah adalah suatu yang menarik hati di kota jaya itu. Tanah telah diterawang dengan lubang-lubang sehingga kita di dalamnya sudah hidup laksana tikus. Sewanya pun murah. Dengan uang 10 sen, asal jangan keluar dari pagarnya, bolehlah keliling New York dari bawah tanah untuk sehari itu. Bukan main kencangnya.
Inilah kota yang tidak mengenal perbedaan siang dan malam. Pada suatu malam, kira-kira pukul 11.00, Saudara Basri Haznam mengajak saya tamasya. Kami keluar dan tamasya. Tambah malam, tambah ramailah mobil lalu lintas.
Dia tinggal agak di luar kota, yaitu di Long Island, Forrest Hill. Pada jalan raya yang panjang dan lurus, kembar, kelihatan mobil beribu-ribu pergi dan pulang. Tambah tengah malam, tambah indah kelihatan. Tidak tampak seorang juga orang yang berjalan kaki.
Ilmu membuat jalan lurus kembar sehingga mobil-mobil tidak ditakuti akan berselisih dan bertumbuk karena terlalu banyaknya itu, sudahlah sangat tinggi di Amerika. Highway itu menyebabkan mobil dapat jalan terus sampai berpuluh mil. Beberapa insinyur dari negeri kita telah ada yang pergi mempelajarinya ke sana.
Tambah malam tambah ramailah orang keluar, tambah banyak mobil. Broadway yang terkenal dengan gedung pertunjukkannya, ramai didatangi orang. Orang bersilang siur pergi dan balik. Serombongan habis menonton dan serombongan lain akan menonton lagi. Jika bertumbuk bahu karena ramainya manusia, yang kena tumbuklah yang meminta maaf. Segala macam film yang baru “masak”, langsung dikirim dari Hollywood dengan kapal udara