Loading...

Maktabah Reza Ervani




Judul Kitab : Agama Jawa- Detail Buku
Halaman Ke : 4
Jumlah yang dimuat : 577

kota kecil dan wilayah pedesaan umumnya di Jawa Tengah dan Timur dan bahkan juga di beberapa daerah lain—harus mengalami berbagai corak pengalaman yang pahit dan perih yang sampai kini masih menyimpan ingatan yang memendam rasa dendam yang enggan sirna. Inilah saatnya ketika segala corak pertentangan yang selama ini dipendam dalam suasana keterikatan pada kesamaan kultural yang kohesif mengalami krisis yang teramat tragis. Ketika krisis itu terjadi, segala aspek disintegratif yang sempat dibendung dalam suasana keterikatan pada keharusan kenegaraan dan kesamaan landasan dasar kultural mencair begitu saja. Kesemuanya mengalir dengan cepat dan terjadi dalam keperihan. Maka begitulah, seperti dengan begitu saja dan tanpa terasa pula, hasil penelitian antropologis yang bersifat sinkronis, yang memancarkan suasana kesekarangan—meskipun mencari juga akar- akar dari kelampauan—seperti tampil saja sebagai perahtara ketika struktur dari dinamika sosial hendak dipahami. Apakah unsur-unsur disintegratif yang telah menjadi bagian dari kehidupan sosial-politik sehingga ketika krisis terjadi kesemuanya seperti dengan begitu saja terlepas dari kekangan hukum atau bahkan apa saja? Seketika sebuah kejahatan politik telah terjadi di Ibukota negara, semua tatanan yang menjaga ketertiban sosial pun membuyar saja. Malapetaka sosial yang teramat parah pun harus dilalui dan korban pun berjatuhan. Tetapi sejarah—sebagai rentetan dari peristiwa yang teringat atau tercatat—berjalan terus. Ada waktunya keperihan peristiwa telah mulai mereda dan bangsa pun mulai pula tergerak untuk melangkah memasuki suasana baru. Masa sibuk ber-"revolusi" ditinggalkan dan imbauan “pembangunan nasional semesta” didengungkan. Setahap demi setahap kesejahteraan rakyat mulai membaik dan bahkan “peta Indonesia" pun mulai pula mengalami perubahan—kota-kota baru berdiri dan kota-kota satelit di sekeliling kota besar dibangun. Jumlah dan panjang jalan dan jembatan baru pun bertambah pula. Tetapi, seperti dulu juga—seperti zaman yang telah berakhir dengan krisis yang teramat keras itu—bukan hanya sistem kekuasaan, bahkan juga wacana politik pun berada dalam genggaman sang penguasa. Dengan strategi “merayakan atau melupakan” ingatan kolektif bangsa tentang hal dan peristiwa yang pernah dilalui dalam dinamika perjalanan sejarah dikuasai sang penguasa pula. Sementara itu, dominasi sistem kekuasaan dan penguasaan ekonomi semakin menemukan kesesuaian.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?