Loading...

Maktabah Reza Ervani




Judul Kitab : Tafsir al Mishbah Jilid 1- Detail Buku
Halaman Ke : 10
Jumlah yang dimuat : 623

Sekapur Sirih orang banyak sehingga mencari sebab-sebab yang tidak jelas lagi tidak wajar, dan melupakan atau mengabaikan hal-hal yang penting dan yang sebenarnya. Menyadari sebab kesalahan adalah tangga pertama meraih sukses. Kekeliruan dalam mendiagnosis suatu penyakit tidak akan pernah mengantar kepada penemuan obat yang sesuai dan tidak akan menghasilkan kesembuhan. Kata durhaka dan melampaui batas seringkali dipersamakan kandungan maknanya karena melampaui batas mengakibatkan kedurhakaan, dan kedurhakaan adalah pelampauan batas. Karenanya, dua kata yang berbeda itu pada akhirnya mengandung makna yang sama. Kendati demikian, karena bentuk kata yang digunakannya berbeda, maka makna yang dikandungnya pun mengandung perbedaan. Kata (144) 'ashax/ telah durhaka, karena menggunakan bentuk Kata kerja masa lampau maka ia menunjukkan bahwa kedurhakaan itu bukan barang baru, tetapi telah ada sejak dahulu. Dan untuk mengisyaratkan bahwa kedurhakaan itu masih berlanjut hingga kini dan masa datang, atau merupakan kebiasaan sehari-hari mereka, maka kata (oga ) ya tadiin/ melampaui batas dihidangkan dalam bentuk kata kerja masa kini dan datang (mudhari/ present tense). Penyisipan-penyisipan itu jika tidak disadari, akan menimbulkan kesan bahwa, penjelasan makna atau sisipan tersebut merupakan bagian dari kata atau kalimat yang digunakan al-Qur'an. Padahal sama sekali tidak demikian. Bukankah di atas telah dikemukakan, bahwa apa yang dibaca ini bukan terjemahan al-Qur'an, tetapi terjemahan makna-makna al-Qur'an. Semoga dengan penjelasan ini tidak timbul kesalahpahaman seperti yang pernah terjadi atas penafsir Ibrahim Ibn “Umar al-Biqa“i, yang pendapatnya banyak penulis kutip. Penafsir tersebut, pernah hampir dijatuhi hukuman mati — boleh jadi karena iri hati — dengan alasan bahwa tafsirnya yang berbahasa Arab itu mencampurbaurkan antara kalimat-kalimatnya dengan kalimatkalimat wahyu. Ini dituduhkan kepadanya, padahal beliau membedakan sisipan dan penafsirannya dengan redaksi wahyu melalui penulisan ayat antara dua kurung. Penulis, sekali lagi, menyatakan bahwa apa yang terhidang dalam bahasa Indonesia di sini bukan merupakan al-Qur'an, bahkan bukan juga terjemahan al-Qur'an. Dengan demikian, walaupun penulis berusaha sedapat mungkin memisahkan terjemahan makna alQur'an dengan sisipan atau tafsirnya melalui penulisan terjemah maknanya dengan itaiic letter (tulisan miring), dan sisipan atau tafsirnya dengan tulisan normal, namun seandainya itu terlewatkan, agaknya pembaca yang budiman xii


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?