Loading...

Maktabah Reza Ervani




Judul Kitab : Tafsir al Mishbah Jilid 1- Detail Buku
Halaman Ke : 23
Jumlah yang dimuat : 623

Pengantar Setelah menukil petunjuk di atas, al-Bigai berkomentar, “Terbukti bagi saya, setelah menggunakan kaidah di atas, dan ketika saya tiba dalam bahasan surah Saba' pada tahun ke sepuluh sejak permulaan buku ini (Nazhm ad-Durar), terbukti bahwa nama setiap surah menjelaskan tujuan/ tema umum surah itu, karena nama segala sesuatu menjelaskan hubungan antara ia dengan apa yang dinamainya, serta tanda yang menunjukkan secara umum apa yang dirinci di dalamnya (surah itu).” Karena itu, pakar tafsir yang nyaris dijatuhi hukuman mati akibat uraian-uraiannya yang belum populer di kalangan ulama masanya itu, selalu memulai tafsirnya dengan menjelaskan nama-nama setiap surah, kemudian setelah memperhatikan kandungan surah, menetapkan tujuan atau tema utamanya berdasar nama-nama surah-surah tersebut. Dalam banyak hal, al-Bigai berhasil meyakinkan pembaca kitabnya bahwa memang terdapat hubungan yang serasi dalam sistematika al-Qur'an, baik pada kata demi kata dalam ayat-ayatnya, maupun surah demi surah. Bahkan ia menegaskan bahwa ada hubungan antara kandungan surah dalam al-Qur'an, misalnya surah Owl AZdzu bi Rabb an-Nds dengan surah al-Fatihah yang merupakan awal surah dalam Mushhaf. Bukankah — tulisnya — sebelum membaca alQur'an kita diperintahkan berta'awwudz, memohon perlindungan-Nya, sehingga surah an-Nas yang merupakan surah terakhir dalam Mushhaf dapat juga menjadi surah pertama. Memang, seperti penulis kemukakan sebelum ini, bahwa hubungan masing-masing suatu bagian al-Qur'an dengan lainnya, “bagai kalung mutiara yang tidak diketahui di mana ujung dan di mana pangkalnya, atau seperti vas bunga yang terangkai oleh aneka kembang berwarna-warni, tapi pada akhirnya menghasilkan pemandangan yang sangat indah.” Ulama-ulama abad XX yang menulis tentang hubungan antar ayat dan tema-tema pokok surah, jumlah mereka pun masih terbatas. Syekh Muhammad “Abduh, pada awal abad XX memberi perhatian terhadap persoalan ini. Muhammad “Abduh memiliki kaidah-kaidah yang ia jadikan patokan umum dalam menafsirkan ayat-ayat al-Our'ari. Salah satu di antaranya adalah kesatuan uraian surah. Tidaklah tepat (menurutnya) menafsirkan satu ayat terlepas atau jauh dari kandungan ayat sebelumnya, karena ayat-ayat satu surah saling berkaitan. Murid dan sahabat “Abduh, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, mempunyai pandangan yang sama. Ia memilah-milah kemudian menghimpun sekian ayat yang ditafsirkannya dalam kelompok tersendiri, lalu menghubungkan dengan xxvi


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?