Loading...

Maktabah Reza Ervani




Judul Kitab : Tafsir al Mishbah Jilid 1- Detail Buku
Halaman Ke : 38
Jumlah yang dimuat : 623

Surah al-Fdtihah (1) Kelompok 1 ayat 1 kekuasaan ketika membaca bismi — bahwa penyisipan kata is» mengandung makna tersendiri, yang berbeda jika tanpa kata 7:7. Setiap kalimat yang bertujuan mewarnai satu aktivitas dengan warna Islami, warna ketuhanan Yang Maha Esa, maka kalimat tersebut disusun dengan menggunakan kata ism. Seperti dalam dalam penyembelihan Allah swt. berfirman: “Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya” (OS. al-An'am [6]: 1 18), dan atau aktivitas yang diharapkan memperoleh keberkatan dan*pertolongan Allah seperti firman-Nya: Igra’ bismi rabbika (QS. al-‘Alaq (96): 1). Isim atau nama Allah bukan Dzat-Nya yakni kekuasaan dan kudratnya yang diharapkan terlibat dalam kegiatan-kegiatan itu. Tetapi, kalau yang dimaksud adalah Dzat-Nya, maka ketika itu kata 757m tidak disisipkan. Perbedaan ini dapat terlihat antara lain dalam firman-Nya: Fasabbih bismi Rabbika al-Aghim (OS. al-Wagi'ah (56): 74) dan firman-Nya: Wasabbihu Lailan Thawila (OS. al-Insân [76]: 26). Yang pertama adalah perintah untuk mengucapkan Subpuna Allah, sedang yang kedua merupakan perintah untuk mensucikan Dzat Allah dari segala kekurangan. Dengan demikian, lanjut Ibn “Asyir, penggunaan kata isim serupa dengan penggunaan lambang atau simbol-simbol tertentu bagi satu kominitas masyarakat atau tentara — simbol-simbol yang sebelumnya telah dikenal. Kesimpulannya adalah, setiap hal yang diharapkan darinya keberkafan Allah atau dimaksudkan demi karena Allah, maka disisipkan kata isim, sedang bila dimaksudkan dengan permohonan kemudahan dan bantuan Allah maka kata yang digunakan langsung menyebut Allah/Tuhan tanpa menyisipkan kata zsz. Dalam hadits Nabi saw. pun demikian itu halnya. Salah satu doa beliau adalah (gm hy m: -3 th 41) Alldhumma bika nushbihu wa numsi (Ya Allah dengan Engkau kami memasuki waktu pagi dan petang) yakni dengan kekuasaan dan iradat-Mu, kami memasukinya. Sebelum tidur beliau berdoa ( & ya de Lari Peni Usu) Bismika Allahumma Abya Wa Amit dengan nama-Mu Ya Allah aku tidur dan bangun yakni demi karena Engkau Aku hidup dan mati. Doa ini sejalan dan semakna dengan perintahNya: Katakunlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” ((9S. al-An'am (6): 162). Sayyid Muhammad Husain Thabathaba#'i , seorang ulama Syiah Iran kenamaan menulis dalam tafsirnya al-Mizan antara Jain bahwa manusia memberi nama bagi sesuatu dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengabadikan nama sesuatu, atau untuk mengenang sifat dan keistimewaan sesuatu yang dinamai itu, agar direnungkan dan diteladani atau bahkan


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?