Loading...

Maktabah Reza Ervani




Judul Kitab : Tafsir al Mishbah Jilid 1- Detail Buku
Halaman Ke : 43
Jumlah yang dimuat : 623

Kelompok I ayat 1 Surah al-Fatihah (1) dan jangan berpikir tentang Zat-Nya.” Ada juga yang berpendapat bahwa kata “Allah” terambil dari akar kata (Jb - di) Aliha - Yalahu yang berarti tenang, karena hati menjadi tenang bersama-Nya, atau dalam arti menuju dan bermohon, karena harapan seluruh makhluk tertuju kepada-Nya dan kepadaNya pula makhluk bermohon. Memang setiap yang dipertuhan pasti disembah, dan kepadanya tertuju harapan dan permohonan, lagi menakjubkan ciptaannya. Tetapi apakah itu berarti bahwa kata I/ih — dan juga Allah — secara harfiah beranakna demikian? Benar juga bahwa kamus-kamus bahasa seringkali memberi arti yang bermacam-macam terhadap makna satu kata sesuai pemakaian penggunanya, karena bahasa mengalami perkembangan dalam pengertian-pengertiannya, tetapi makna-makna itu belum tentu merupakan makna asal yang ditetapkan oleh bahasa. Kata ( 9 www) syjid misalnya pada awalnya digunakan oleh bahasa dalam arti ketaatan ketundukan, kerendahan atau kehinaan. Meletakkan dahi di lantai adalah syjzd karena itu pertanda kepatuhan dan kerendahan. Manusia atau binatang yang menganggukkan kepala juga dinamai sujäd. Mengarahkan pandangan secara bersinambung atau lama kepada sesuatu, jika disertai dengan kerendahan hati, juga dinamai sujud, bahkan ada jenis uang logam tertentu yang dinamai ¿sjdd yang terambil dari kata sujžd, karena pada uang logam itu terdapat gambar penguasa yang bila dilihat oleh rakyatnya mereka “syjud”. Demikian terlihat makna dari satu kata bisa beraneka ragam, selama ada benang merah yang mengaitkannya dengan makna asal. Kembali kepada kata Ilih yang beraneka ragam maknanya seperti dikemukakan di atas, dapat dipertanyakan apakah bahasa atau al-Our'an menggunakannya untuk makna “yang disembah”? Para ulama yang mengartikan 1/4h dengan “yang disembah” menegaskan bahwa I/dh adalah segala sesuatu yang disembah baik penyembahan itu tidak dibenarkan oleh akidah Islam, seperti matahari, bintang, bulan, manusia atau berhala, maupun yang dibenarkan dan diperintahkan oleh Islam, yakni Dzat yang wajib wujud-Nya yakni Allah swt. Kalau Anda memperhatikan semua kata-kata I/ih dalam al-Gur'an, niscaya akan Anda temukan bahwa kata itu lebih dekat untuk dipahami sebagai penguasa pengatur alam raya atau dalam gengaman tangan-Nya segala sesuatu, walaupun tentunya yang meyakini demikian, ada yang salah pilih Ilah-nya. Bukankah seperti dikemukakan sebelum ini kata I/4h bersifat umum, sedang kata “1//dh khusus bagi penguasa sesungguhnya. Kata “Allah” mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh kata laun, ia adalah kata yang sempurna huruf-huruf dan maknanya, serta memiliki


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?