Pelajaran dari Kisah Haaruut dan Maaruut : (1) Apakah Haarut dan Maarut Manusia ataukah Malaikat ?
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
w
Apakah Haarut dan Maarut adalah golongan Manusia atau golongan Malaikat ?
Syaikh DR. Umar Sulaiman Al Asyqar menyebutkan dalam Kitab ‘Aalimul Mala-ikatil Abror
وهما ملكان سماهما الله تعالى باسم هاروت وماروت
Mereka berdua adalah dua malaikat yang diberikan nama oleh Allah Ta’ala dengan nama Haarut wa Maarut.
قال تعالى: وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ [البقرة:١٠٢].
Allahu Ta’ala berfirman
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (Surah Al Baqarah ayat 102)
ويبدو من سياق الآية أن الله بعثهما فتنة للناس في فترة من الفترات، وقد نسجت حولهما في كتب التفسير وكتب التاريخ أساطير كثيرة، لم يثبت شيء منها في الكتاب والسنة، فيكتفى في معرفة أمرهما بما دلت عليه الآية الكريمة
Nampak dari konteks ayat tersebut, Allah menjadikan mereka berdua sebagai ujian (fitnah) bagi manusia dalam satu waktu dari kurun tertentu. dirangkai banyak kisah terkait mereka berdua dalam kitab-kitab tafsir dan tarikh, akan tetapi tidak ada yang secara kuat bersumber dari Al Quran dan Sunnah, maka cukuplah bagi kita mengetahui hal-hal terkait mereka berdua dari apa-apa yang disampaikan pada ayat-ayat yang mulia. [Kitab ‘Aalimul Mala-ikatil Abror]
Disampaikan dalam Kitab Mausu-atut Tafsiiril Maudhuu-i lil Quranil Kariim :
هاروت وماروت ملكان من ملائكة الله امتحن الله بهما عباده، وكانا بأرض بابل في العراق، يعلمان الناس السحر ابتلاءً من الله لعباده؛ ولهذا كانا ينصحان من يريد تعلم السحر بقولهما: إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
Haarut wa Maarut adalah dua orang malaikat dari malaikat-malaikat Allah yang dengan mereka berdua Allah Ta’ala uji para hambaNya, yakni di negeri Babil yang bertempat di Iraq. Mereka berdua mengajarkan sihir kepada manusia sebagai cobaan dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya, untuk itu mereka berdua menasehati kepada sesiapa yang ingin mempelajari sihir dengan perkataan : “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”.
—
Syaikh Abdurrahman As Sa’di menuliskan dalam Kitab Taisir Karimir Rahman
وعليه : فمن ادَّعى أنهما من البشر ، أو أنهما ملكان وقعا في معصية فمسخهما الله تعالى : فقد تكلم في أمر الغيب بلا علم ، وادعى أمرا يتنقص به ملائكة الرحمن المكرمين ، واعتقد بما في كتب بني إسرائيل ، بغير شاهد صدق له من الوحي المعصوم .
Dan karena itu : Maka yang mengatakan bahwa mereka berdua adalah dari kalangan manusia, atau mereka berdua adalah dua malaikat yang terpengaruh oleh maksiat sehingga Allah Ta’ala rubah wujud mereka berdua, maka sungguh hal tersebut masuk ke dalam urusan ghaib yang kita tidak mengilmuinya, dengan perkataan yang mencela para malaikat Allah Ta’ala yang dimuliakan, dengan mempercayai apa yang ada dalam kitab-kitab Bani Israil, tanpa pembanding lain yang benar untuk kisah tersebut dari wahyu Al Ma’shuum.
— Selesai Kutipan —
Jadi nampak bahwa memang tidak ada atsar yang jelas terkait kisah Haarut dan Maarut, apa yang ada di kitab-kitab Tafsir terkait mereka berasal dari kisah Israiliyat atau merupakan tafsir dari penulis kitab itu sendiri.
Misalnya apa yang ditulis oleh Syaikh Wahbah Zuhaili – rahimahullahu Ta’ala – dalam kitab Tafsir Al Munir sebagai berikut :
…. ولكن الشياطين هم الذين كفروا باتباع السحر وتدوينه وتعليمه الناس على وجه الإضرار والإغواء، ونسبته إلى سليمان على وجه الكذب وجحد نبوته، ويعلمونهم ما أنزل على الملكين ببابل، وهما هاروت وماروت: وهما بشران صالحان قانتان، أطلق الناس عليهما ملكين من باب الشبه. وقرأ الحسن البصري: الملكين- بكسر اللام تشبيها بالملوك في الخلق وسماع الكلمة.
Akan tetapi syaithan-lah yang kafir karena mengikuti sihir, menyusunnya dan mengajarkannya kepada manusia dengan tujuan mendatangkan mudhorot dan kesesatan, lalu menisbahkannya kepada Sulaiman sebagai kedustaan dan pengingkaran terhadap kenabian beliau.
Mereka mengajarkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babil, yakni Haarut dan Maarut, yakni dua orang manusia shalih dan taat. Manusia menganggap mereka berdua sebagai dua malaikat karena keserupaannya.
Imam Hasan Al Bashri membaca الملكين dengan mengkasrahkan Lam : Al Malikaini, karena keduanya memiliki watak mirip raja dalam hal karakter dan dipatuhinya perkataan mereka.
— Selesai Kutipan —
Atau kita dapati pula dalam ta’liq (komentar catatan kaki) di Kitab Aisarut Tafasir seperti berikut :
الملكان وهما: هاروت وماروت ذكرا قصتهما علماء السلف ورواها مثل: أحمد وعبد الرزاق وابن أبي حاتم وابن جرير، وخلق كثير ولم يصح فيها حديث عن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ولكنها مروية عن ابن عمر، وابن عباس وعلي رضي الله عنهم، ولعلهم مروية عن كعب الأحبار، وفي الآيات عبارة وإشارة ولا مانعاً شرعاً ولا عقلاً من هذه القصة،
Dua malaikat yakni Haarut dan Maarut, disebutkan kisah mereka berdua oleh ulama salaf dan diriwayatkan misalnya oleh : Ahmad Abdur Razaq, Ibnu Abi Haatim dan Ibnu Jariir, akan tetapi tidak ada yang shahih berasal langsung dari Hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam. Akan tetapi diriwayatkan dari Ibnu Umar, Ibnu Abbas dan Ali – radhiyallahu ‘anhum, ada kemungkinan kisah-kisah tersebut diriwayatkan dari Ka’ab Al Ahbar, sedangkan di ayat ini hanya terdapat ungkapan dan isyarat belaka, dan tidak tertolak kisah-kisah tersebut baik secara syar’i maupun secara akal.
ومفادها أن الملائكة أنكروا على بني آدم ما يرتكبون من الذنوب والمعاصي ويعجبون من ذلك، فأمرهم تعالى أن يختاروا ملكين منهم ويركب فيهم غرائز بني آدم ويكلفهم وينزلهم إلى الأرض يعبدون الله كبنى آدم ثم ينظرون هل يعصون الله أو لا يعصونه، فلما نزل إلى الأرض ارتكب كبائر الذنوب، فخير بين عذاب الدنيا وعذاب الآخرة، فاختار عذاب الدنيا فجعلا في بابل يعلمان الناس السحر فإذا آتاهما من يريد ذلك نصحاً له بأن تعلم السحر كفر، فإذا أصر وجهاه إلى شيطان فأتاه فعلمه كيفية السحر وما يصل إليها إلا بعد أن يكفر أفظع أنواع الكفر.
Inti dari kisah tersebut adalah bahwa malaikat mengingkari apa-apa kelakuan dosa dan maksiat yang dilakukan oleh Bani Adam, dan mereka merasa heran dengan kelakukan tersebut.
Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan untuk memilih dua orang malaikat dan menempatkan insting Bani Adam kepada mereka berdua, kemudian ditugaskan dan diturunkan mereka ke bumi untuk beribadah kepada Allah seperti Bani Adam, untuk kemudian dilihat apakah mereka bermaksiat kepada Allah ataukah tidak bermaksiat.
Setelah diturunkan ke bumi, ternyata mereka berdua melakukan dosa-dosa besar, sehingga disuruh memilih apakah akan diadzab di dunia ataukan diadzab di akhirat. Maka mereka memilih diadzab didunia. Lalu ditempatkanlah mereka di Babil, mengajarkan sihir kepada manusia. Jika ada yang datang kepada keduanya, maka mereka menasehati bahwa mempelajari sihir itu Kafir, jika memaksa, mereka mengarahkannya ke syaithan yang mengajarkan kepada mereka cara-cara sihir, Sungguh tidak akan diperoleh sihir itu kecuali setelah mereka melakukan perbuatan kufur dengan jenis yang besar.
Allahu Ta’ala ‘A’lam
Bersambung in sya Allah
Leave a Reply