Begadang, Antara yang Disyariatkan dan yang Dilarang (Bagian 1)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel tentang Begadang ini, bagian dari Kategori Artikel Da’wah
فإن مما ابتُليَ به أهلُ هذا الزمان، ما فُتحَ عليهم من أبواب الترفيه والتسلية والملهيات وأساليب الحياة التي تحوَّل بها ليلُ كثير منهم إلى نهار، يسهرون أغلبه وينامون أقله، ولم يعد لهم من منافعه ما كان لسابقيهم من أهل الإيمان وسلف الأمة الصالحين.
Salah satu ujian yang menimpa manusia di zaman ini adalah dibukanya berbagai pintu hiburan, kesenangan, dan pengalih perhatian, serta gaya hidup yang mengubah malam banyak orang menjadi siang. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk begadang dan hanya sedikit waktu untuk tidur. Hal ini membuat mereka kehilangan manfaat malam yang dulunya dirasakan oleh para pendahulu mereka yang beriman dan para salafus shalih.
ولما كان أكثرُ الناس يضيع ليلُه في غير قربة، أحببنا أن نبين حكم السهر والسمر والحديث بعد العشاء، وهل هو محمودٌ أم مذموم، أو ممنوع أم مشروع؟
Karena kebanyakan orang menyia-nyiakan malam mereka dengan hal-hal yang tidak berpahala, kami ingin menjelaskan hukum begadang, bercengkrama, dan berbicara setelah Isya. Apakah itu terpuji atau tercela, terlarang atau diperbolehkan?
وقد اختلف الآراء في حكم السهر والسمر “وهو الجلوس للحديث” بعد صلاة العشاء، وذلك أنه وردت أحاديث عن النبي صلى الله عليه وسلم، وآثارٌ عن الصحابةِ والسلف تنهَى عن السمرِ بعد العشاء، وأتت أحاديثُ أخرى وآثارٌ تدل على جواز ذلك، وتثبت فعلَ النبي صلى الله عليه وسلم له، وكذلك جماعة من السلف.
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum begadang dan bercengkrama (yaitu duduk untuk berbicara) setelah sholat Isya. Hal ini dikarenakan ada beberapa hadits dari Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam dan atsar dari para sahabat dan para salafus shalih yang melarang bercengkrama setelah Isya. Namun, ada juga hadits dan atsar lain yang menunjukkan bahwa hal itu diperbolehkan, dan juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam dan para salaf pernah melakukannya.
أحاديث النهي والمنع
Hadits Yang Melarang dan Mencegah Begadang
فمما ورد في المنع منه، ما رواه البخاري ومسلم عَنْ أَبِي بَرْزَةَ رضي الله عنه :
Di antara hadits yang melarang begadang adalah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ، وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam membenci tidur sebelum Isya dan berbicara setelahnya.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
وهذ الحديث أصل في هذا الباب، وقد ذكره العلماء وترجموا لأبوابه بما يدل على كراهة ذلك :
Hadits ini merupakan dasar utama dalam bab ini, dan para ulama telah menyebutkannya dan mencantumkannya dalam bab-bab yang menunjukkan ketidaksukaan terhadap hal tersebut:
فبوب الترمذي في جامعه: “باب ما جاء في كراهية النوم قبل العشاء والسمر بعدها”.
- Imam At-Tirmidzi dalam Jami’-nya: “Bab tentang apa yang diriwayatkan tentang ketidaksukaan tidur sebelum Isya dan berbicara setelahnya.”
وبوب الإمام أبو داود في سننه: “باب النهي عن السمر بعد العشاء”.
- Imam Abu Daud dalam Sunan-nya: “Bab larangan berbicara setelah Isya.”
وكذلك ابن ماجة في السنن: “باب النهي عن النوم قبل صلاة العشاء وعن الحديث بعدها”،
- Ibnu Majah dalam Sunan-nya: “Bab larangan tidur sebelum sholat Isya dan berbicara setelahnya.”
وبوب النووي في رياض الصالحين: “باب كراهة الحديث بعد العشاء الآخرة”.
- An-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin: “Bab ketidaksukaan berbicara setelah Isya.”
وقد أخذ العلماء من هذا الحديث كراهية السهر والسمَر بعد صلاة العشاء، وإن كان في الأمور المباحة.
Para ulama mengambil kesimpulan dari hadits ini tentang tidak disukainya begadang dan bercengkrama setelah sholat Isya, meskipun dalam hal-hal yang mubah.
قال الإمام النووي في شرحه على صحيح مسلم: “وَاتَّفَقَ الْعُلَمَاء عَلَى كَرَاهَة الْحَدِيث بَعْدهَا إِلَّا مَا كَانَ فِي خَيْر”[٥/١٤٦].
Imam An-Nawawi dalam Syarah-nya atas Shahih Muslim berkata: “Para ulama sepakat untuk tidak menyukai berbicara setelahnya (setelah Isya – pent) kecuali dalam hal kebaikan.” [5/146]
وقال الحافظ ابن رجب: “ومتى كان السمر بلغو، ورفث، وهجاء، فإنه مكروه بغير شك”. انتهى ” فتح الباري”[٣/٣٧٧].
Hafizh Ibn Rajab berkata: “Dan ketika berbicara menjadi omong kosong, mengumpat, dan menghina, maka itu pasti dibenci.” – Selesai kutipan dari “Fathul Bari” [3/377].
ومن الأدلة أيضا :
Diantara dalil lainnya :
ما رواه أحمد في مسنده وابنُ ماجة في سننه عن عائشة رضي الله عنها قالت :
- Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya dan Ibn Majah dalam Sunan-nya dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
ما نام رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلمَ قبلَ العشاءِ، ولا سمَر بعدَها
“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam tidak pernah tidur sebelum Isya dan tidak pernah bercengkrama setelahnya.”
وعن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
- Hadits dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
إياكم والسمر بعد هدوء الليل؛ فإن أحدكم لا يدري ما يبث الله من خلقه، … الحديث) [أخرجه البخاري في الأدب المفرد].
“Hati-hatilah kalian terhadap bercengkrama setelah ketenangan malam; karena salah satu dari kalian tidak mengetahui apa yang Allah ciptakan dari makhluk-Nya, … (hadits)” [Riwayat Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad]
وفي رواية المستدرك (إياك والسمر بعد هدأة الليل؛ فإنكم لا تدرون ما يأتي الله من خلقه) [صححه الحاكم ووافقه الذهبي].
Dalam riwayat Mustadrak: (Hati-hatilah engkau terhadap bercengkrama setelah ketenangan malam; karena kalian tidak mengetahui apa yang akan Allah datangkan dari makhluk-Nya) [Disahihkan oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dhahabi]
وجاء في مسند أحمد وسنن ابن ماجة عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال :
- Dan dalam Musnad Ahmad dan Sunan Ibnu Majah dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
(جدب إلينا رسولُ الله صلى الله عليه وسلم السمر بعد العشاء). قال خالد – هو أحد الرواة -: معنى جدب إلينا يقول: عابه وذمه.
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menarik kami dari bercengkrama setelah Isya.” Khalid – salah satu perawi – berkata: Arti “menarik kami” adalah: mencela dan menghinanya.
وممن ورد عنه النهيُ أيضا من الصحابة رضوان الله عليهم :
Beberapa sahabat juga melarang bercengkrama setelah Isya, di antaranya:
الخليفةُ الراشد عمر بن الخطاب رضي الله عنه: فعَنْ سَلْمَانَ بْنِ رَبِيعَةَ، قَالَ: قَالَ لِي عُمَرُ: (يَا سَلْمَانُ، إِنِّي أَذُمُّ لَكَ الْحَدِيثَ بَعْدَ صَلاَةِ الْعَتَمَةِ).
Khalifah Umar bin Khaththab: Dari Salman bin Rabi’ah, dia berkata: Umar berkata kepadaku: “Wahai Salman, aku melarangmu berbicara setelah sholat Isya.”
وفي رواية له أخرى قَالَ: (كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَجْدُبُ لَنَا السَّمَرَ بَعْدَ صَلاَةِ النَّوْمِ)[أخرجهما ابن أبي شيبة في مصنفه].
Dalam riwayat lain, dia berkata: “Umar bin Khaththab menarik kami dari bercengkrama setelah sholat Isya.” [Riwayat. Ibn Abi Syaibah dalam Musannaf-nya].
وعن خرشة بن الحُرِّ الفزاري قال: رأى عمر بن الخطاب قوما سمروا بعد العشاء ففرق بينهم بالدرة فقال: “أسَمَرًا من أوله ونومًا من آخره”[أخرجه عبد الرزاق في المصنف].
Dari Khurshah bin Al-Hurr Al-Fazari, dia berkata: Umar bin Khaththab melihat sekelompok orang bercengkrama setelah Isya, lalu dia memisahkan mereka dengan tongkatnya dan berkata: “Berbicara di awal malam dan tidur di akhir malam.” [Riwayat Abdurrazzaq dalam Musannaf-nya].
وكذلك نهت عنه عائشة أم المؤمنين، فعن عروة قال :
Demikian pula larangan dari ‘Aisyah Ummul Mu’minin :
سمعتني عائشةُ رضي الله عنها وأنا أتكلم بعد العشاء الآخرة. فقالت: “يا عُرَىُّ ألا تريح كاتبَيك؛ فإن رسولَ الله صلى الله عليه وسلم لم يكن ينامُ قبلَها، ولا يتحدثُ بعدها).
Dari Urwah, dia berkata: Aku mendengar Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan kepadaku, saat aku berbicara setelah Isya. Beliau mengatakan : “Wahai Urwah, istirahatkanlah penulismu (orang-orang yang mencatat hadits dan ilmu dari Urwah) ; karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak pernah tidur sebelum Isya dan tidak berbicara setelahnya.”
وروي عن سلمان رضي الله عنه وعن حذيفة: فأما سلمان فيروى عنه قوله: “إِيَّاكُمْ وَسَمَرَ أَوَّلَ اللَّيْلِ، فَإِنَّهُ مَهْدَنَةٌ، أَوْ مُذْهِبَةٌ لآخِرِهِ”.
Diriwayat dari Salman radhiyallahu ‘anha, dan dari Hudzaifah diriwayatkan dari Salman perkataannya : “Hati-hatilah kalian terhadap bercengkrama di awal malam, karena itu adalah pendahuluan atau penyebab hilangnya akhir malam.”
وأما حذيفة فعن إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى حُذَيْفَةَ، فَدَقَّ الْبَابَ فَخَرَجَ إِلَيْهِ حُذَيْفَةُ، فَقَالَ: مَا جَاءَ بِكَ ؟ فَقَالَ: جِئْت لِلْحَدِيثِ، فَسَفَقَ حُذَيْفَةُ الْبَابَ دُونَهُ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ عُمَرَ جَدَبَ لَنَا السَّمَرَ بَعْدَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ أخرجهما ابن أبي شيبة، وفيهما مقال.
Hudzaifah: Dari Ibrahim, dia berkata: Seseorang datang ke Hudzaifah dan mengetuk pintu. Hudzaifah keluar kepadanya dan berkata: “Ada apa?” Dia berkata: “Aku datang untuk berbicara.” Hudzaifah kemudian menutup pintu di depannya dan berkata: “Sesungguhnya Umar telah menarik kami dari bercengkrama setelah sholat Isya.” [Riwayat Ibn Abi Syaibah, dan di dalamnya ada komentar].
Bersambung
Sumber Artikel Bahasa Arab : IslamWeb
Leave a Reply