Serial Fiqh Muyassar
[الباب السادس: في المسح على الخفين والعمامة والجبيرة، وفيه مسائل]
Bagian Enam: Mengenai Mengusap Atas Khuf, Imamah, dan Jubbah, Beserta Masalah-Masalahnya
Artikel Hukum Mengusap Dua Khuf ini Bagian dari Serial Fiqh Muyassar
الخُفُّ : هو ما يلبس على الرِّجْلِ من جلد ونحوه، وجمعه: خِفاف. ويلحق بالخفين كل ما يلبس على الرجلين من صوف ونحوه.
Khuf : Merupakan barang yang dikenakan pada kaki dari kulit atau bahan lainnya. Jamaknya: khifaf. Segala yang dikenakan pada kedua kaki seperti wol dan sejenisnya juga termasuk dalam khuf.
[المسألة الأولى: حكم المسح على الخفين ودليله]
Hukum Mengusap Dua Khuf dan Dalilnya
المسح على الخفين جائز باتفاق أهل السنة والجماعة. وهو رخصة من الله -عز وجل- تخفيفاً منه على عباده ودفعاً للحرج والمشقة عنهم. وقد دل على جوازه السنة والإجماع.
Mengusap atas khuf adalah boleh menurut kesepakatan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Hal ini merupakan kemurahan dari Allah – Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi – sebagai keringanan bagi hamba-Nya serta untuk menghindarkan kesulitan dan kesusahan dari mereka. Telah ada petunjuk dari sunnah dan kesepakatan (ijma’) tentang kebolehannya.
أما السنة: فقد تواترت الأحاديث الصحيحة على ثبوته عن النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – من فعله وأمره بذلك وترخيصه فيه.
Adapun tentang sunnahnya, telah banyak hadis sahih yang menyatakan kesahihan amalan ini dari Nabi – semoga Allah melimpahkan salawat dan salam atasnya – baik dari perbuatan maupun perintahnya serta izin yang diberikannya untuk melakukan hal tersebut.
قال الإمام أحمد رحمه الله: ليس في قلبي من المسح شيء، فيه أربعون حديثاً عن النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -. والمراد بقوله: ليس في قلبي أدنى شك في جوازه.
Imam Ahmad – rahimahuLlahu Ta’ala – mengatakan: “Tidak ada keraguan sedikit pun dalam hatiku tentang masalah mengusap, terdapat empat puluh hadis dari Nabi – semoga Allah melimpahkan salawat dan salam atasnya -.” Yang dimaksud dengan perkataannya adalah tidak ada keraguan sedikit pun tentang kebolehan mengusap khuf.
وقال الحسن البصري: حدثني سبعون من أصحاب رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أنه مسح على الخفين.
Al Hasan al Basri berkata: “Tujuh puluh sahabat Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wa salam – telah menginformasikan kepadaku bahwa beliau mengusap atas khuf.”
ومن هذه الأحاديث: حديث جرير بن عبد الله قال :
Dari antara hadis-hadis tersebut adalah hadis dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan :
رأيت رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بال ثم توضأ ومسح على خفيه
“Aku melihat Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wa salam – berwudhu kemudian mengusap atas khufnya.”
. قال الأعمش عن إبراهيم: كان يعجبهم هذا الحديث؛ لأن إسلام جرير كان بعد نزول المائدة -يعني آية الوضوء-.
Al A’masy telah meriwayatkan dari Ibrahim: “Para ulama mengagumi hadits ini karena Islamnya Jarir terjadi setelah turunnya Surah al Maidah, yakni ayat tentang wudhu”
وقد أجمع العلماء من أهل السنة والجماعة على مشروعيته في السفر والحضر لحاجة أو غيرها.
Para ulama dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah sepakat tentang keabsahan mengusap atas khuf dalam perjalanan maupun di tempat tinggal karena kebutuhan atau alasan lainnya.
وكذلك يجوز المسح على الجوارب، وهي ما يلبس على الرجْل من غير الجلد كالخِرَق ونحوها، وهو ما يسمى الآن بالشُّرَّاب؛ لأنهما كالخف في حاجة الرجل إليهما، والعلة فيهما واحدة، وقد انتشر لبسها أكثر من الخف، فيجوز المسح عليها إذا كانت ساترة.
Demikian pula, mengusap atas jawaarib juga diperbolehkan, yakni adalah barang yang dikenakan pada kaki yang bukan terbuat dari kulit, seperti terbuat dari kain atau bahan lainnya. Saat ini, sering disebut sebagai “syurrab” (kaus kaki) karena kedua hal ini (khuf dan kaus kaki) sama-sama dibutuhkan oleh manusia dan alasan penggunaannya sama. Penggunaan kaus kaki telah lebih umum daripada khuf, oleh karena itu, jika kaus kaki tersebut menutupi bagian yang harus ditutup, maka mengusap atasnya juga diperbolehkan.
Allahu Ta’ala ‘A’lam
Leave a Reply