Mengapa Rasulullah Menikahi Aisyah Saat Masih Belia



Mengapa Rasulullah Menikahi Aisyah Saat Masih Belia

Kompilasi dan Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Mengapa Rasulullah Menikahi Aisyah Saat Masih Belia ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan

لماذا تزوج الرسول صلى الله عليه وسلم من عائشة وكان عمرها ٩ سنوات أي قاصرة، وما الآية التي تدل على براءةعائشة، أرجو الرد لأني أسمع أن بعض أهل البدع يطعنون فيها

Mengapa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menikahi Aisyah ketika usianya 9 tahun, yang (dianggap) masih di bawah umur, dan apa ayat yang menunjukkan kesucian Aisyah ? Mohon balasannya karena saya mendengar beberapa orang dari golongan ahli bid’ah mencela beliau.

. أرجو الرد لأني بحاجة ضرورية له، لأن زوجتي مسيحية وأريد أن أجيب على كل سؤال لأنها تريد معرفة لماذا تزوج من قاصر وهذه جريمة يعتبرونها في الغرب ولكي أقنعها في الإسلام يجب أن يكون كل سؤال له جواب، وأنا معلوماتي ضعيفة أرجو أن تفيدونا ؟

Mohon balasannya karena saya sangat membutuhkannya, sebab istri saya adalah seorang Kristen dan saya ingin menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, karena dia ingin tahu mengapa Rasul menikahi seorang yang masih di bawah umur, yang dalam pandangan Barat dianggap sebagai kejahatan. Untuk meyakinkannya tentang Islam, setiap pertanyaan harus memiliki jawaban, sementara pengetahuan saya sangat terbatas. Mohon bantuannya

الإجابــة

Jawaban

فإن عائشة رضي الله عنها عقد عليها النبي صلى الله عليه وسلم وهي بنت ست سنين، وقيل سبع، بإذن أبيها،

Aisyah radhiyallahu ‘anha dinikahi oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam saat usia beliau radhiyallahu ‘anha enam tahun. Ada yang mengatakan tujuh tahun. Pernikahan tersebut dilakukan dengan izin ayahnya.

 ولكنه لم يدخل بها حتى كبرت وبلغت سن المحيض وشبت شبابا حسنا، وكانت عائشة تفخر بزواجه منها وهي بكر، وهذا يدل على أنه لم يدخل بها حتى أصبحت في مرحلة تطيق فيها الوطء فقد دخل بها وهي بنت تسع،

Namun, beliau tidak hidup bersama Aisyah hingga ia tumbuh dewasa, mencapai usia haid, dan berkembang menjadi gadis yang sehat. Aisyah pun merasa bangga karena dinikahi oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika masih perawan. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah tidak hidup bersama Aisyah sampai Aisyah benar-benar siap secara fisik. Beliau shalallahu ‘alaihi wa salamn mulai hidup bersama ‘Asiyah saat Aisyah berusia sembilan tahun.

وكان نساء قريش يبلغ بعضهن عند السنة التاسعة كما قال الإمام الشافعي، وقد هنأها النساء بهذا الزواج فقلن: على الخير والبركة وعلى خير طائر، ومثل هذا النكاح لم يطعن أحد به في ذلك العصر مع كثرة أعداء رسول الله صلى الله عليه وسلم من اليهود والمشركين، فقد كان معروفاً في الجاهلية، وجاء الإسلام وأقره، وهو أن الصغيرة تخطب وتتزوج بإذن وليها، وقد كانت عائشة مخطوبة قبل رسول الله صلى الله عليه وسلم لابن مطعم بن عدي، كما ذكر ذلك الطبري وابن كثير،

Wanita-wanita Quraisy sebagian dari mereka mencapai usia dewasa pada tahun kesembilan, sebagaimana dikatakan oleh Imam as Syaafi’i. Wanita-wanita tersebut mengucapkan selamat kepada Aisyah atas pernikahannya, mereka berkata: “Semoga dalam kebaikan dan berkah serta dalam sebaik-baiknya keberuntungan.” Pernikahan seperti ini tidak pernah dipersoalkan oleh siapapun pada zaman itu, meskipun banyak musuh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dari kalangan Yahudi dan musyrikin, karena pernikah di usia tersebut sudah dikenal pada masa sebelum datangnya Islam. Islam datang dan mengakuinya, yakni dimana seorang gadis kecil boleh dilamar dan dinikahkan dengan izin walinya. Aisyah pun sebelumnya telah dilamar oleh anak dari Muth’im bin Adi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh ath Thabari dan Ibnu Katsir,

 لكن رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يدخل بها إلا بعد أن أصبحت صالحة للجماع، وبنت تسع سنين صالحة للوطء وبالغة مبلغ النساء في كثير من البلدان، وهذا يختلف باختلاف الأشخاص والبيئات.

Akan tetapi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak hidup bersama Aisyah sampai Aisyah siap untuk hubungan suami-istri. Usia sembilan tahun adalah usia yang dianggap layak untuk hubungan tersebut dan merupakan usia sudah mencapai kedewasaan di banyak tempat, meskipun hal tersebut berbeda-beda tergantung individu dan lingkungan.

قال النوويقال الداودي: وكانت قد شبت شباباً حسناً رضي الله عنها. ولما كانت أعرف بنفسها وأنها بلغت مبلغ النساء قالت -كما روى عنها الترمذي-: 

Imam Nawawi berkata: ad Dawudiy mengatakan bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha sudah mencapai masa pemuda yang baik. Ketika Aisyah sendiri mengetahui dirinya sudah menjadi wanita dewasa, ia berkata, sebagaimana diriwayatkan oleh at Tirmidzi:

إذا بلغت الجارية تسع سنين فهي امرأة.

“Jika seorang gadis mencapai usia sembilan tahun, maka dia adalah seorang wanita dewasa”

وأما الدليل على براءة عائشة رضي الله عنها فهو قوله تعالى

Adapun bukti kesucian Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah Firman Allah Ta’ala:

 إِنَّ الَّذِينَ جَاؤُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ {النور:١١}

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar dalam penyebaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (Surah An Nur ayat 11).

فما حصل سماه الله إفكا، وندب المسلمين لأن يقولوا فيه: هذا إفك مبين، ويقولوا: سبحانك هذا بهتان عظيم، والآية نزلت في براءتها رضي الله عنها، وقد قال صلى الله عليه وسلم حينما نزلت براءتها:

Apa yang terjadi itu disebut oleh Allah Ta’ala sebagai kebohongan besar (ifk), dan Allah menganjurkan kaum Muslimin untuk mengatakan: “Ini adalah kebohongan besar yang nyata,” dan mereka mengatakan: “Maha Suci Engkau, ini adalah fitnah yang besar.” Ayat ini turun mengenai kesucian Aisyah radhiyallahu ‘anha. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda ketika ayat ini turun:

أبشري يا عائشة فقد أنزل الله براءتك. رواه البخاري وأحمد.

“Bergembiralah wahai Aisyah, Allah telah menurunkan kesucianmu.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Imam Ahmad).

وقد نوهت الآيات التالية ببراءة عائشة، وكررت بيان كذب المفترين عليها، فقد حكم الله فيها بكذبهم في قوله :

Ayat-ayat berikutnya menegaskan kesucian Aisyah dan mengulangi penjelasan tentang kebohongan orang-orang yang memfitnah Aisyah radhiyallahu ‘anha. Allah telah menegaskan bahwa orang-orang tersebut berbohong dalam firman-Nya:

 لَوْلَا جَاؤُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاء فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَاء فَأُوْلَئِكَ عِندَ اللَّهِ هُمُ الْكَاذِبُون،

Mengapa mereka tidak mendatangkan empat saksi atasnya? Karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi, maka mereka di sisi Allah adalah orang-orang yang berdusta.

وتوعد من تولى كبره فقال :

Dan Allah mengancam orang yang mengambil bagian terbesar dalam penyebaran kebohongan itu dengan Firman-Nya:

وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ،

Dan orang yang mengambil bagian terbesar dalam penyebaran kebohongan itu baginya azab yang besar.

 وبين ما كان يجب على المسلمين فعله من الظن الحسن به، والجزم بأن الخبر إفك مبين وبهتان عظيم، فقال تعالى :

Allah juga menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh kaum Muslimin, yaitu berprasangka baik terhadap sesama, dan yakin bahwa berita itu adalah kebohongan yang nyata dan fitnah yang besar, sebagaimana Firman Allah:

لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُّبِينٌ.

Mengapa ketika kamu mendengarnya orang-orang mukmin dan mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri dan berkata: “Ini adalah kebohongan yang nyata.

وقال تعالى :

Dan firman Allah Ta’ala :

وَلَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُم مَّا يَكُونُ لَنَا أَن نَّتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ.

Mengapa ketika kamu mendengarnya kamu tidak berkata: “Tidak pantas bagi kita memperbincangkan ini. Maha Suci Engkau, ini adalah fitnah yang besar.”

وبين خطر تناقل الخبر وأنه لولا رحمة الله لنزل بسببه العذاب العظيم، فقال تعالى :

Allah juga menjelaskan bahaya dari penyebaran berita ini, bahwa jika bukan karena rahmat Allah, maka azab besar akan turun akibat penyebaran fitnah tersebut, sebagaimana firman Allah:

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ* إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّا لَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ اللَّهِ عَظِيمٌ.

Jika bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu di dunia dan di akhirat, pasti kamu akan ditimpa azab yang besar karena pembicaraan yang kamu lakukan itu. (Surah an Nuur ayat 14 – 15)

والله أعلم.

 

Rujukan Utama : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.